📌
Ini hanya cerita fiksi, murni imajinasi penulis dan tidak berhubungan atau terjadi di dunia nyata
📌
Harap bijak dalam berkomentar, ya:)
🌛Thanks and Happy Reading🌜•°•°•°🌛☀️🌜•°•°•°
14 Januari 2023
Pukul 8 malam Minggu.
Siapa yang tidak tahu malam Minggu? Malam dimana sejuta umat tumpah ruah ke jalan untuk menikmati sisa akhir pekan mereka bersama orang-orang yang tersayang. Gemerlap lampu di pusat kota menyala terang bagai bintang, alun-alun tampak ramai oleh suara teriakan anak kecil yang saling berkejaran. Para pedagang kaki lima juga turut mengambil peruntungannya malam ini. Cahaya kecil yang timbul dari mainan meteor beterbangan menghiasi langit malam yang bersih tanpa awan dan bulan.
Tidak terkecuali dengan cafe yang berada di ujung jalan. Para pelayan di sana sibuk bukan main. Tempat yang luas, nyaman, dan memilik desain interior yang instagramable membuat tempat tongkrongan ini selalu ramai terutama di malam Minggu.
Satu hal yang menarik dari cafe ini adalah pemandangan di lantai tiga. Tingginya hampir sepuluh meter dari tanah hingga pengunjung bisa melihat hiruk pikuk malam. Lantai tiga memang dibuat outdoor, beberapa pot tanaman disusun mengitarinya agar lebih teduh dan asri. Terdapat pembatas kaca tebal setinggi hampir 1,5 meter agar pengunjung tidak bisa terjun langsung ke bawah. Khusus lantai tiga, harus reservasi tempat lebih dulu.
Dari banyaknya pelnggan yang datang berpasangan, ada satu meja di lantai tiga yang hanya diisi oleh satu orang. Siapa lagi kalau bukan Velyna Kumala-semua orang memanggilnya Velyn-yang berhasil menyita perhatian para pelanggan lain. Tidak seperti meja mereka yang terisi coklat panas istimewa dan camilan roti kering, meja Velyn justru terisi bungkus sisa coklat beng-beng berukuran max di seluruh sisi dan sebuah buket bunga kecil yang hampir tak terbentuk.
Soraya yang bertugas melayani cafe hari ini menggeram kesal melihat tabiat sahabatnya di tempat kerja. Velyn sudah bersiap untuk membuka bungkus ke lima belasnya, namun segera diambil oleh Soraya yang datang menghampiri.
Tatapan Soraya tidak lepas dari penampilan Velyn. Rambut agak berantakan, bungkus coklat dimana-mana, handphone yang sejak tadi terus bergetar-sangat tidak mencerminkan manusia yang menikmati malam minggu.
"Raya! Kok Lo ambil coklat gue??" tukas Velyn tidak terima.
Wajahnya tertekuk cemberut saat Soraya membersihkan mejanya cepat. "Lo kalo mau bunuh diri jangan di sini, Lyn. Ntar disangka gue yang bunuh Lo," jawab Soraya.
"Gue cuma numpang doang. Emang gue nggak boleh menikmati malem minggu kayak yang lain?"
Gerakan mengelap meja berhenti. Kepala Soraya terangkat seraya tersenyum mengerikan saat mendengar keluhan dari Velyn.
Tukkk!
Soraya menyentil pelan dahi gadis remaja di depannya. "Boleh, tapi jangan di sini. Lo kayak orang putus cinta, tahu nggak?!"
Velyn memanyunkan bibirnya lebih panjang. Sambil mengusap dahi yang bisa saja benjol, tangan lainnya mengecek handphone yang sejak tadi bergetar.
23 message from Kak Uki
Velyn menghela napas kasar, kembali menaruh handphone nya secara terbalik agar layarnya tidak terlihat.
Laki-laki yang kini bergelar S-1 itu tidak henti mengiriminya pesan. Harusnya hari ini ia bertemu dengan Ryuki setelah 10 tahun saling lost contact.
Tepat enam jam lalu, Velyn penuh percaya diri masuk ke gedung tempat acara perpisahan angkatan Ryuki mengenakan dress panjang peach, alas kaki berwarna senada, menata rambutnya dengan model half ponytail serta membawa sebuket bunga yang manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SetaLyna
Teen Fiction"Kita bertemu karena sebuah janji, dan kita hanya akan berpisah karena sebuah takdir." -SetaLyna •°•°•°•°•°•°🌛☀️🌜•°•°•°•°•°•° Sejak kedua orang tua angkatnya menjadikan Velyna Kumala jaminan hutang rentenir, hidup perempuan blasteran Indonesia-Kor...