21

14.4K 970 21
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









Pa kabar gais🤙🤙🤙








Wajah murung Rafa kini tergantikan dengan semburat kebahagiaan yang menghiasi wajahnya. Yang tadinya lesu tak bersemangat, kini bersemangat. Bukan tanpa alasan. Barusan nyonya Alarick –Vania- mengatakan pada Rafa tentang sekolahnya. Mulai tiga hari ke depan, ia akan masuk ke SMA Wijaya sebagai murid baru.

Akhirnya ia bisa masuk ke sekolah impiannya. Raut muka bahagianya tak terbendung lagi. Sedari tadi Rafa tak melunturkan ekspresi bahagianya.

"Senang?" tanya Dean pada Rafa yang kini memamerkan  wajah penuh bahagianya. Ekspresinya yang menggemaskan ketika tersenyum lebar membuat seluruh keluara Alarick menerbitkan senyum tipis mereka. Aura bahagia Rafa menular pada mereka. Sifat dingin tak tersentuh mereka pada tiga hari sebelumnya kini lenyap entah kemana. Kehadiran Rafa di keluarga ini memang sangat berpengaruh besar. Mampu membuat suasana mansion tak mencekam lagi.

Rafa mengangguk riang menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Dean. Tentu saja ia senang, bahkan sangat senang.

"Nanti Rafa akan sekelas dengan Vano. Vano akan menjagamu," ucap Dirga mutlak. Dengan suara tegas dengan sorot mata yang menyakinkan Rafa jika kejadian yang Rafa alami dulu tak akan terulang kembali. Mencoba meyakinkan Rafa jika ia akan aman bersekolah di sana karena ada abangnya. Mencoba menghilangkan memori-memori Rafa ketika bersekolah di sekolah dulu.

Ucapan Dirga disambut pekikan lucu Rafa, "vano, kita akan sekelas." Dengan tak melunturkan senyum lucunya, Rafa menghadapkan tubuhnya mengarah penuh kepada Vano yang berada di seberang. Saking bahagianya, Rafa sampai lupa memanggil Vano dengan embel-embel ‘abang’.

"Ekhem." Deheman penuh tekanan dari Vano membuat Rafa langsung tersadar akan ucapannya. Dari seberang sana, Vano menaikkan sebelah alisnya dengan ekspresi datar andalannya. Menunggu balasan dari Rafa.

Rafa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan bibirnya yang menyunggingkan senyum canggung. Ia baru menyadari jika telah memanggil Vano tanpa embel-embel ‘abang’.

"Abang Vano hehehe," ralat Rafa dengan cengiran lucunya. Ia merutuki dirinya sendiri yang sampai salah ucap. Jangan sampai ia membuat abangnya marah lagi. Vania yang tepat berada di sebelahnya tak sanggup menahan rasa gemasnya pada Rafa. Tangannya mengacak-acak surai Rafa dengan gemas disertai senyum manisnya yang terbit di kedua belah bibirnya.

Vano terkekeh ringan, "Ya, kita akan sekelas. Dan aku akan memastikan tidak ada yang berani mengganggumu lagi. Jika pun nanti ada, biar abang yang mengurusnya," ucap Vano dengan akhiran katanya disertai seringai tipisnya. Pegang ucapan Vano, ia sendiri yang akan menghabisi orang yang menganggu adiknya. Selama Rafa berada di dekatnya, ia pastikan tidak akan ada yang mengganggu Rafa.

Tentang masalah kemarin yang Rafa menelponnya dengan niatan menetap di desa. Lebih baik tidak ia bahas lagi. Yang terpenting Rafa sudah kembali sekarang. Tak tega rasanya melunturkan ekspresi bahagia Rafa saat ini. Ia tau tabiat keluarganya jika mendengar kabar ini.

Rafa (Hiatus🤎) Where stories live. Discover now