11

61 8 0
                                    

Selamat membaca 🐝

Jangan lupa vote dan komen di tiap paragrafnya.

***

"Udah mendingan?"

Rubi mendongak, lantas menjawab. "Udah," jawabnya sambil melengos pergi, menghampiri Shaka yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

Hakam membuntuti, ia duduk di sofa single. Ia mengamati interaksi abang dengan sepupunya itu. Mulutnya mengunyah kacang yang tersedia di meja.

"Bang, gue tadi ke tempat bagus banget, di ajak Hakam." ujar Rubi, enggan melirik Hakam sedikitpun. Ia mendekati Shaka agar bisa menunjukkan hasil foto tadi siang.

Shaka melihat foto yang ditunjukkan Rubi. Kemudian ia berdecak, "nanti abang ajak ke tempat yang lebih bagus."

Sontak Rubi langsung berbinar, "kapan?" tanyanya antusias hingga tak sadar merangkul lengan Shaka yang berlengan koko panjang.

Belum sempat Shaka menjawab. Hakam berdehem keras membuat keduanya mengalihkan atensi.

"Bukan mahram Rubi." ujarnya seraya bangkit.

Hakam beranjak meninggalkan keduanya dengan tangan yang menggerakkan kerah kemeja untuk mengipasi wajahnya. Ia mengambil air di dapur untuk melepas dahaga.

"Haus amat, Kak?" tanya Jian menghampiri anaknya yang minum seperti orang rakus.

Hakam menoleh, lantas menyimpan gelas di meja. "Gerah banget, Mah." cicitnya.

"Oh? Emang ya?" tanya Jian sedikit bingung.

Sebelum ibunya bertanya panjang lebar, Hakam memilih pamit ke kamarnya.

"Kakak ke kamar ya, Mah?!" pamitnya sambil berlalu.

Jian menatap bingung anaknya.

"Kenapa sih 'tuh anak?"

***

"Sengaja banget lo mepet-mepet gue?" celetuk Shaka setelah bergeming beberapa saat.

Rubi yang kini sudah duduk berjarak dengan sepupunya itu menoleh singkat, ia meraup kacang dalam toples.

"Biasa aja," balasnya.

Shaka meraih bantal sofa dan memukulkannya pada wajah Rubi. Dan langsung membuat gadis itu merengek kesal. Ia pun segera membalas perbuatan serupa.

Sebelum semakin jauh, Jian segera datang dan melerai keduanya.

"Heh! Cepet ke kamar masing-masing! Udah malam!" titahnya tegas. Wanita berparas teduh itu tengah berkacak pinggang dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang secangkir teh hangat untuk suaminya di kamar.

"Iya Ummah!" sahut Rubi dan Shaka setelahnya mereka langsung berlalu dengan terbirit-birit.

Jian menggeleng pelan, melihat tingkah keduanya. Ia pun beranjak pergi ke kamarnya untuk berisitirahat.

"Tetep aja kayak anak kecil."

***

"Bang, gue ikut ke tempat Abang, dong..." bujuk Rubi mengikuti langkah Shaka yang menuruni anak tangga.

"Mau ngapain?" tanya Shaka heran.

"Pengen ikut aja, bosen gue..." rengeknya manja.

Hakam yang berada di belakang keduanya tentu melihat hal itu, ia memutar bola matanya malas.

"Lo siapin kebutuhan buat ospek aja, besok mulai kan?" saran Shaka. Ia sudah rapi dengan pakaian formalnya.

"Udah siap semua, Bang!" ungkap Rubi, "ayolah, Bang..." lanjutnya merengek.

BAHTERA HARUWhere stories live. Discover now