CH 07

4.1K 345 10
                                    

Setelah acara live mereka yang dinikmati langsung oleh pengunjung restoran, Yibo pamit untuk kembali ke kantornya. Zhan pun kembali ke pekerjaannya dengan sisa rona merah di pipinya. Zhan langsung melayani pengunjung restoran yang baru datang. Setelah mencatat pesanan, ia langsung ke belakang untuk mengambil pesanan dan kembali lagi untuk mengantarkannya. Setelah selesai ia menghampiri sepupunya yang sedang beristirahat.

"A-cheng, kau sedang apa?" tanya Zhan yang langsung duduk di samping A-cheng.

"Makan roti, kau mau?" A-cheng menyodorkan roti yang masih utuh ke depan Zhan.

Zhan menggeleng. "Aku masih kenyang. Kau makan saja semuanya."

A-cheng menoleh untuk melihat wajah sepupunya yang ternyata masih menyisakan rona merah tapi tipis. Ia menelan roti yang ada di dalam mulutnya sebelum bertanya suatu hal yang membuatnya penasaran.

"Zhan," panggilnya.

"Hm?" Zhan sedang membuka lokernya untuk mengambil ponsel.

"Kau dengan tuan muda kedua Wang sudah official?" tanya A-cheng yang membuat Xiao Zhan langsung menegang.

Zhan menoleh kaku. "Apa yang kau tanyakan, A-cheng. Sudah jelas aku dan dia sama-sama berbatang."

A-cheng mendengus. "Tapi adegan ciumanmu di depan tadi sudah jadi tontonan gratis para pengunjung restoran.

Zhan menatap sepupunya melotot. Ia sadar jika adegan tadi memang terjadi di depan, tapi jadi tontonan semua pengunjung? Apa mereka sesenggang itu untuk memperhatikan pelayan restoran yang sedang berciuman dengan bosnya?

"Tadi ... Tadi itu ... Emmmm ...."

Zhan bingung harus berkata apa. Tadi memang ada adegan cium-mencium, tapi bukan ciuman. Tadi kan yang menyerang duluan si singa, dirinya tidak melakukan balasan. Jadi Zhan berpikir tadi bukan adegan ciuman seperti yang dipikirkan mereka para penonton. Dan lagi, adegan itu hanya terjadi beberapa detik, itu artinya sebentar kan? Bukankah kalo ciuman harus lama? Begitulah pikiran Xiao Zhan.

"Sudahlah, Zhan! Kau dan aku bukan anak kecil polos lagi. Kau tak perlu menjelaskan. Apa yang kulihat tadi sudah bisa kutebak sendiri apa yang terjadi diantara kalian." A-cheng kembali menikmati rotinya tak mempedulikan wajah Zhan yang kini kembali memerah.

Xiao Zhan melihat ponselnya. Di sana ada notifikasi pesan dari seseorang yang sedari tadi menjadi topik obrolan dirinya dengan A-cheng. Ya, pesan itu berasal dari sang singa yang kini sudah bisa menguasai pikiran dan hatinya. Perlahan ia membuka pesan itu.

Yibo Ge

Tuzi, nanti pulang dari restoran aku jemput. Tunggunya di dalam resto ya, jangan di luar. Nanti kalo kamu diculik, aku yang kebingungan. Kamu kan satu-satunya, tak ada yang lain.

Wajah Zhan yang tadi merah kini semakin memerah setelah membaca pesan yang dikirimkan si singa padanya. Ia bahkan belum mengatakan setuju untuk menjalin hubungan dengan Yibo, tapi Yibo sudah menunjukkan perhatiannya seperti sekarang. Jangan tanya bagaimana jantungnya saat ini. Rasanya ia sudah tidak bisa diam. Ia ingin loncat untuk mengungkapkan perasaannya kini. Namun ia sadar saat ini masih ada A-cheng yang duduk di sampingnya.

"Kau kenapa, Zhan?" A-cheng menatap curiga sepupunya.

"Hah?" Zhan seperti orang linglung sejenak. "Oh ... I ... Itu, tak apa."

"Kau dapat pesan dari Tuan muda Wang?" terka A-cheng tepat sasaran.

Zhan menghela napas sejenak sebelum mengangguk. A-cheng kembali mendengus. Ia berdiri untuk membuang bungkus rotinya.

"Kalau memang suka, jalani saja dulu! Aku tahu kau tak ingin jadi gay, tapi kau juga tak berani menolak tuan muda Wang kan?" A-cheng berkata tanpa menatap Zhan.

Mommy Or Papah?? (END)Where stories live. Discover now