Chapter 46

1.4K 47 6
                                    

Suara pecahan terdengar di satu unit apartment. Dua orang berlawan jenis nampak sedang beradu argumen dengan kondisi keduanya sama-sama tidak serapi saat salah satunya baru berkunjung.

"But he is my son..." Si pria melirih, sedari tadi perempuan dihadapannya selalu menolak kenyataan yang sebenarnya.

"Ya, aku akui ini memang anakmu tapi aku tidak ingin menikah denganmu sampai kapanpun!"

"Why? Apa bedanya aku dengan dia? Aku mencintaimu sementara dia sudah bersama perempuan lain." Dia memohon penuh didepan perempuan dambaannya bahkan dirinya rela menekuk tubuhnya untuk memohon.

Dengan raut tak terima perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras, dia tidak menerima kenyataan yang terlontar dari pria dihadapannya ini.

"TIDAK, DIA SANGAT MENCINTAIKU. DIA BERJANJI AKAN MENIKAHIKU DAN MENINGGALKAN PEREMPUAN ITU." Jeritan dan tangisan pilu bercampur menjadi satu, rasa frustasi melingkupi dirinya. Perempuan itu seperti sudah kehulangan kewarasannua

"Aku mohon lupakan tentang dia dan hiduplah bersamaku, aku berjanji akan membahagiakanmu selamanya. Bukankah sedari dulu aku yang selalu ada untukmu? Lalu mengapa kau hanya melihat kearah dia yang tidak pernah melihatmu sama sekali." Ya memang dia yang selalu ada untuk perempuan itu bahkan disaat kembali dia orang pertama yang menyambut kedatangannya. Sudah lama dia selalu memendam rasa ini karena dia tahu bukan dirinya yang perempuan itu inginkan bahkan hingga saat perempuan itu mengandung darah dagingnya.

"Kau gila aku tidak pernah sudi untuk hidup denganmu." Perempuan itu mendesis.

Ini penolakan kesekian kali yang pria itu terima,"Katakan apa yang membuatmu tergila-gila padanya, katakan padaku! Aku akan berubah sesuai maumu." Pria itu bangkit berdiri sambil menekan kedua bahu sosok dihadapannya, nadanya terdengar putus asa. Dia juga tidak ingin menghianati persahabatannya.

Tidak ada jawaban sama sekali tapi suara raungan terdengar keras, perempuan dihadapannya memberontak hebat mengambil pecahan kaca dibawah lantai keramik yang bernoda. Diarahkannya pada lehernya sendiri.

"Arthur, kau mencintaiku bukan? Maka turuti apa mauku atau kau akan kehilangan diriku selamanya." Alena berkata tak main-main serpihan kaca yang ia raih ditekan, menimbulkan luka kecil dileher jenjangnya.

Arthur yang melihat itupun dilanda rasa panik berlebih, lebih baik dia menghianati persahabatannya daripada harus kehilangan cintanya selamanya tidak peduli meski dirinya tidak menerima balasan apapun dari Alena, asal dia masih bisa melihat perempuan itu hidup dengan sehat dan bahagia itu sudah cukup membalas rasa cintanya walau tak bersama dirinya.

***

"Untuk bagian kepala tidak terjadi apapun, mungkin Mrs. Darwin hanya sedang mengalami shock saja akibat kejadian yang telah membuatnya seperti ini sehingga dia melupakan sejenak hal yang menyakitinya. Untuk kondisi selanjutnya Tuan bisa ikut bersama Saya." Jelas Dokter Nich yang menangani Selena tadi. Nich baru mengetahui, ternyata pria yang ia anggap kurang waras adalah pria yang memiliki nama cukup terkenal memiliki Iq tinggi dalam membangun bisnis. Yah memang yang berlebihan tidak selalu waras pikir Nich.

Rasa Syukur Selena panjatkan, nampaknya Dokter itu peka terhadap raut permohonannya.

"Edwin kau ikut dengannya saja, aku malas berurusan."

Edwin mengangguk pelan.

Selena benar-benar berharap yang menyingkir Suaminya dibanding Edwin, dan yah harapan Selena terkabul begitu mendengar Dokter Tampan itu kembali bersuara.

"Saya rasa anda sebagai Suaminya yang wajib mengetahui kondisi Istri anda."

Satu kalimat yang membuat Carlos memelototi Dokter Nich, enak saja dirinya sedang ingin bersama Selena malah Dokter alay itu menyuruh-nyuruhnya. Walau begitu Carlos tetap mengikuti langkah Dokter Nich.

Sesampaimya diruangan Dokter Nich, kedua pria itu duduk berhadapan dari raut Carlos sama sekali tidak ada keramahan sedikit pun sementara Dokter Nich selalu berusaha menahan kesan baiknya.

"Kondisi Istri Anda untungnya tidak terlalu parah, dia hanya mengalami kram perut pada masa kehamilannya akibat terlalu melakukan aktivitas berat jika dipaksa bisa menyebabkan keguguran," Dokter Nich mulai memberi penjelasannya.

"Saya sarankan untuk tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu karena usia kehamilan Istri Anda masih sangat dini tentu dapat mempengaruhi sang janin."

"Kenapa heh? Kau iri karena tidak pernah bercinta dengan Istriku?" Carlos menyeringai, bisa-bisanya dia dilarang untuk melakukan itu yang menjadi candunya. Penjelasan yang sangat tidak masuk akal, pasti Dokter bajingan ini hanya akal-akalannya saja karena tertarik pada Selena.

"Jika Anda tidak percaya, Anda bisa keluar dan mencari Dokter lain." Dengan tersirat Dokter Nich mengusir pria emosional itu sebelum dirinya ikut terbawa emosi lebih baik begitu.

"Tanpa kau suruhpun aku akan membawa Istriku pada Dokter yang lebih layak." Carlos menggeram tak terima. Dokter dihadapannya ini sama sekali tidak menghargai sosok dirinya, ah mungkin nanti Carlos akan memberi sedikit kenangan untuk Dokter itu.

Tanpa ucapan terimakasih apapun justru gebrakan pintu yang ditutup diterima Dokter Nich dengan rasa dongkol. Dalam hati Dokter itu menyebut seluruh umpatan kasar untuk pria itu.

Carlos tersenyum haru melihat Istrinya yang sudah seperti sedia kala sedang mengelus perutnya penuh kasih sayang artinya Selena benar-benar menyayangi calon penerusnya kelak. Tanpa basa-basi Carlos langsung menghampiri.

Carlos berkata,"Sayang, aku kira bajingan itu tidak becus mengobatimu ternyata kau hanya shock dan melupakan ku sebentar." Kepala pria itu menunduk mencium sayang kening Selena.

"Jika bisa aku ingin melupakanmu selamanya." dengan nada ketusnya Selena berkata, tangannya yang semula mengelus perutnya berpindah mendorong kepala Carlos yang tidak bisa diam mencium kesana kemari.

Lagi pula kemana Edwin, begitu Carlos datang pria itu pergi begitu saja padahal Selena enggan berduaan diruangan ini.

"No sayang, kau tidak kuijinkan untuk melupakanku." Kecupan terakhir tersemat dibibir pucat Istrinya.

Rasa risih dan jijik menyerang perasaan Selena membayangkan jika bibir Suaminya itu bekas mencium perempuan lain, demi Tuhan Selena tidak ikhlas harus menerima bibir bekas selingkuhan Suaminya.

Saat Carlos menghadap kearah lain, Selena gesit mengelap wajah yang diciumi Carlos. Nampaknya Carlos sedang mengambil semangkuk bubur yang telah disediakan rumah sakit.

"Istriku, sekarang makanlah kau sudah melewati sarapan pagi tadi," ucap Carlos.

Satu sendok sampai dihadapan bibir Selena yang terus bungkam, "Ayolah Sayang, apa kau tidak sayang pada bayi kecil kita."

Tatapan mata pria itu menatap perut Selena, jelas sekali Carlos terlihat sangat menyayangi hasil buah cintanya itu. Dalam pikirannya, ia sudah merencanakan masa depan anaknya yang bahkan belum terbentuk manusia seutuhnya. Dari hal kecil maupun besar Carlos sudah mencatatnya dengan jelas di otaknya.

"Aku bisa makan sendiri," ketus Selena. Yang sakit itu hatinya bukan badannya, jadi ia rasa tidak perlu sampai disuapi selebay itu.

Carlos menggeleng dengan decakan kesalnya, "Biarkan Suamimu ini merawatmu."

Tidak ada jawaban untuk melawan si keras kepala Carlos. Dengan terpaksa Selena membuka mulutnya dan menerima suapan Suaminya itu tentu membuat sang penyuap tersenyum kegirangan. Tanpa tau badai menanti mereka diluaran sana.

***
Hai guyss akhirnya aku berhasil update lagi mwehee setelah mengumpulkan niat jiwa dan raga untuk menggerakkan jari mengetik, tapi jujur si ges aku kadang suka down ngelihat tulisan aku yg masih jauh banget dari kata bagus
So, terimakasih para pembaca setia xoxoxo
Aku bakal banyak belajar lagi mengenai tulis-menulis agar lebih enak lagi dibacanya
Btw aku ganti judul dan sampul yah
Thanks thanks😘
Jangan lupa vote, komen dan follow

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asisten Miliarder Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang