Chapter 9

15.1K 673 48
                                    

Dubai, Unite Emirates Arab | 1.05 pm

Di tengah teriknya matahari memadu jalan para pengemudi mobil yang lalu lalang. Minim sekali pengemudi motor lalu lalang di jalan tersebut. Trotoar jalan nampak sepi hanya beberapa orang yang berjalan disana selebihnya mereka menggunakan kendaraan. Selena, gadis yang sedang berjalan di trotoar tanpa menggunakan alas kaki sedang mengusap peluh keringat di keningnya. Sebelah tangannya menenteng sepatu yang sudah berubah status menjadi jomblo.

Mulut Selena terus berkicau sepanjang jalan, mengeluarkan kata-kata yang menggambarkan kekesalannya. Maka tak aneh jika orang menatapnya seperti orang gila saat berpapasan dengannya di jalan. Bergerutu menggunakan bahasa asal kota kelahirannya yang tentunya tidak di mengerti para penduduk disini.

"Geleuh ka sia."

"Jurig."

"Belis."

"Halig sia."

Sekiranya itulah daftar kata umpatan yang di lontarkan bibir sexy Selena. Kakinya sering kali berjingkrak akibat panasnya trotoar yang ia injak. Selana menatap sengit para pejalan kaki yamg menatapnya aneh. Dirinya tak terima di tatap macem orang gila.

Perempuan itu sedikit terengah, perjalanan menuju apartemennya masih cukup jauh. Dia memegang perut yang berbunyi nyaring. Untung saja orang-orang tidak menyadarinya suara gemuruh yang berasal dari perut malangnya itu. Tenggorokannya terasa kering, dia haus dan lapar. Halte bus terlihat dekat, dia sedikit menambah kecepatan jalannya.

Selena kembali terengah, dia duduk bersila di kursi yang di payungi atap halte bus itu. Tidak perduli dengan orang di sekitarnya yang berdecak sebal melihat ketidaksopanannya. Dia meraba kedua telapak kakinya, terasa ada yang mengembung. Telapak kakinya melepuh.

"OMG! My foot ugh." Perempuan berkuncir itu mengusap telapak kakinya sembari meniup-niupnya, berharap telapak kakinya bisa mulus seperti semula tanpa adanya benjolan bening ituu.

Perutnya kembali berbunyi. Tangannya bergerak meraba saku belakang celananya, tidak ada yang ia adapat selain kertas struk belanjaan. Matanya membulat sempurna, dia menepuk jidatnya cukup keras. Dia baru ingat, dia tak membawa tas selempangnya. Dompet dan uangnya ada di dalam sana dan tas selempangnya itu ia letakan di kasurnya. Selena bodoh, rutuknya.

Dia sudah sangat letih, tidak mungkin kan dia naik bus tanpa membayar? Pinjam uang dengan orang asing, Selena tidak seberani itu. Dia tidak mau menjadi orang yang sok kenal sok dekat.

Kepalanya menengok kanan kiri, menatap sekelilingnya. Aish tidak ada yang bisa ia pinta bantuan. Oh tidak, dia tidak mau menjadi gembel di negara ini. Niatnya bekerja di perusahaan malah harus menjadi gembel yang kelaparan, tidak itu tidak akan pernah terjadi.

Selena turun dari kursi panjang besi tanpa sandaran itu. Dia kembali berjalan walau sedikit tertatih. Semangat Lena, semangat. Dia menyemangati dirinya sendiri sampai langkahnya terhenti, melihat ada mobil mewah yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.

Selena sedikit mengernyit, dia tidak tau siapa orang yang mengemudi mobil mewah itu. Lagi pula dia tidak terlalu kepo. Kaca mobil bergerak ke bawah, menampilkan siluet pria dengan kacamata hitamnya yang bertengger di hidung bak paruh beo. Pria itu menyeringai, menatap perempuan di hadapannya yang mirip seperti gembel jalanan.

"Hi Nona, butuh tumpangan hm?"

Selena kembali di buat bingung, ia tak kenal dengan pria itu. Pikiran negatif merasuki otaknya, alamak dia hanya sendiri disini tidak ada saudaranya atau pun orang terdekatnya. Anita ya Anita dia harus menelfon Anita tapi ah siall.

Tak ingin berlama-lama dengan orang asing, Selena meneruskan langkahnya tanpa memperdulikan pria pengemudi itu mengikutinya dengan mobil yang di kendarainya.

Klakson terus berbunyi nyaring di telinga Selana. Perempuan itu menghentakkan kakinya kesal, dia berbalik ke belakang, menghampiri mobil stalkernya itu.

"WHAT DO YOU WANT? HAH." Selena bertanya dengan nada yang tidak santai, tepat di wajah pria sok misterius itu. Puncak kekesalannya sudah di luar batas. Apa tidak cukup kesialannya hari ini. Bertemu dengan sosok CEO mesum, berjalan di bawah sinar matahari yang begitu terik tanpa alas kaki, di tatap seperti orang gila dan terakhir bertemu orang asing yang sedang mengikutinya. Hari ini benar-benar hari sial baginya, baru beberapa hari disini sudah banyak yang menimpanya apalagi nanti hari-hari berikut.

Selena terkejut saat pria itu melepas kacamata hitamnya. Sosok itu iya sosok itu.

"Kau!!!!"

~o0o~

Who is he?
Komen, vote and follow

Asisten Miliarder Where stories live. Discover now