Chapter XXVI

106 37 6
                                    

Happy Reading

_Aku akan mengejar apa yang sudah ku usahakan_

"Kamu kenapa gak ikut les hari ini? Kamu gak ikut Les sama Bu Dewi, terus belajar sama Langit, tidak sama sekali kan?, terus sepulang sekolah kamu darimana?" tiga pertanyaan dari Nias membuat putrinya terdiam mematung.

Nasya mendongak kaget saat mendengar introgasi bundanya secara tiba-tiba, gadis terkejut saat bunda mengetahui semuanya.

"Bunda, aku jelasin yah, jadi.._"

"Ke ruang kerja ayah, kamu dipanggil" potong Nia berdecak kasar, menatap sendu putrinya.

Panas gak? Yah panas lah, saat sikap itu ditunjukan, sikap Nia yang selalu tulus, selalu membawa ketenangan, selalu membawa suasana damai, benar-benar berubah di hari itu dari nada bicara hingga ekpresinya menunjukan rasa tidak suka pada sikap putrinya yang mulai nakal, walau dari hal kecil.

Dengan berat, serta takut Nasya tetap melangkahkan kakinya, seharusnya Nasya tidak perlu takut, karena gadi ini tumbuh dengan seribu cinta yang ia terima, walau pasti hanya memberikan peringatan, namun setiap kalimat dan eksperesi bundanya tadi mengubah semua pikiran positif tentang ayahnya sendiri.

Dengan pelan Nasya mengetuk pintu ruang kerja Herman.

To tok tok........

Nasya mengetuk tiga kali dengan pelan lalu membuka pintu kerja ayahnya. "Ayah manggil Nasya yah?"

"Hm" respon Herman masih dengan fokus sambil mengetik di komputernya. Sekujur tubuh Nasya merasa dingin, takut dan gugup.

Pria itu lalu menurunkan kacamatanya dan mendongak menatap putrinya, "jelasin alasan kamu tidak ikut les dengan Bu Dewi hari ini, ayah sudah banyak menghabiskan uang untuk kamu, tapi kenapa kamu melanggar?"

"Aku udah ijin kok sama Bu Dewi untuk gak masuk hari ini"

"Alasannya?"

"Aku butuh istirahat aja ayah"

"ingin istrahat, dengan pulang jam 5 sore?" pertanyaan itu membuat Nasya semakin menegang. "kemana aja kamu?"

"Ayah kok gitu?, ayah bisa gak sih jangan buat Nasya takut? Ayah gak biasa introgasi Nasya sampai segininya"

Mendengar perlawanan putrinya Herman semakin tak habis piker, keras kepala yang tak biasa ada pada putrinya, hari ini Nasya menunjukan sikap itu.

"Ya udah, keluar sana kalau kamu memang tidak suka di atur"

Tak menyangka kalimat itu akan keluar. Kenapa sikap ayah berbeda? Kenapa ayah marah? Aku tau ini semua salah ku, tapi kenapa manyakitkan.

Walaupun memiliki karekter yang ceria, menjadi anak yang bar-bar juga tapi soal hati, Nasya memang memiliki hati yang lembut, mudah sensitif dengan kalimat yang menyakiti perasaan.

"Ayah" panggil Nasya pelan saat kalimat terakhir itu membuat hatinya benar-benar sakit. Dengan pelan gadis itu melangkah pelan mendekati Herman yang menatap marah padanya.

"I'am sorry dad" dengan takut Nasya hanya menunduk merasa bersalah atas kesalahannya, tak terbiasa atau bahkan tak pernah sekalipun dirinya menerima kemarahan dari Herman, membuat perasaanya begitu sakit. Tak menyangka akan serumit ini ketika melakukan kesalahan kecil.

Pria itu berdiri lalu mendekati Nasya dan membawa putrinya masuk kedalam pelukan.

"Kalau capek istrahat, kalau pengen keluar sama teman bilang, ayah gak marah, ayah hanya tidak suka jika kamu berbohong seperti ini, paham?"

Aurora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang