Bab 21

259 6 0
                                    

(Pagi hari)
" Pelan2 sayang berdirinya"
" Awwww"
" Tunggu abg atur dulu kursi rodanya" Bagas pun mengarahkan kursi roda tepat dibelakang badan nesya
" Nahh duduk, pelan dekk"

" Abg hari ini nesya mau ke taman ya, sekalian ajak milo"
" Boleh ya bg" Bujuk nesya
" Hmm iya boleh, tapi inget ya duduk aja dikursi roda, gaboleh berdiri" Ucap bagas

Bagas mendorong nesya yang tengah duduk di kursi roda menuju taman di halaman rumah mereka.
" Bg aksa sama bg deva kemana bg? "
" Bg aksa tiba2ada urusan di kantornya, kalo deva masih molor dikamar"

" Nahh udah sampe"
Bagas mengunci bagian roda agar tidak bisa bergerak
" Abg ambil milo dulu ya"

Tak lama bagas kembali dengan seekor kucing digendong annya.
" Aaa milooo aku kangenn, bg sinii biar nesya gendong"
" Ehh gaboleh lah, tangan kamu kan masih sakit. Udah tau milo lasak. Udah biarin aja dia main dibawah tu banyak kupu2 dia suka ngejar kupu2 kan"

" Yaudah deh, milo liatt banyak kupu2, milo gak kangen ya sama akuu"

Bagas sudah tidak heran lagi melihat adiknya itu berbicara sendiri dengan seekor kucing.

" Nes abg masuk sebentar ya, abang kebelet nihh. Nesya jangan kemana2 lo ya, dan jangan ngapa2in. Diem aja liatin milo"
" Iya iya bg"
" Mang, tolong titip nesya sebentar ya. Saya mau ke toilet" Ucap bagas
" Siap den tenang aja" Jawab mang saka
Kebetulan jarak taman dan pos satpam tidak jauhh

Tiba2 ada seorang pria paruh baya yang nyelonong masuk kearah nesya. Kebetulan pintu pagar memang belum di kunci oleh mang saka.

" Nesyaa"
Mendengar namanya dipanggil, nesya pun langsung menoleh ke sumber suara

" Ehh ehh bapak siapaa main nyelonong ajaa dirumah orang, keluarr pakkk" Ucap mang saka sambil menarik tangan laki-laki itu.
" Om reno yaa" Ucap nesya
" Nahhh iyaaa, kamu masih inget juga sama om ness"
" Loh loh non nesya kenal sama bapak ini?" Tanya mang saka
" Iya mang, om ini salah satu temen kerja papa dulu " Jawab nesya
" Oh gitu, yaudah deh kalian lanjut ngobrol lagi, maafin saya ya pak tadi sedikit gasopan"
" Oiya gapapa2 santai ajaa"

" Om kemana aja selama ini? "
" Om tugas diluar kota, dan baru2 ini ditugasin lagi dideket daerah sini. Makanya om nyari rumah disekitar kompleks sini, eh malah liat kamu"
" Kamu gapapa kan nes? Kaki kamu gak lumpuh kan? Kok sampe harus pake kursi roda" Tanya reno
Mendengar pertanyaan itu nesya sedikit kesal.
" Kenapa om ini nanyanya brutal bangetsih, gaada rasa segannya sedikitpun. Ih kesel" Batin nesya
" Ohh gak kok om ini kaki sama tangan nesya cuman patah, jadi sementara harus pake kursi roda"
" Oh gitu, syukurlah"
" Oiyaa nes om turut berduka cita ya, maaf ya terlambat, om baru dapet kabar dari tetangga2 juga kemarin karna pindah kesini, om juga awalnya ga percaya sama kabar ini, apalagi papa kamu dulu deket sama om"
" Emm maksud om apa ya? "
" Turut berduka cita atas apa? Siapa yang meninggal? " Tanya nesya bingung

" Lohh ya karena mama sama papa mu meninggal dunia nes. Kamu yang sabaarr yaa. Kamu kalo ada apa2 bisa bilang aja sama om ya nes, jangan sungkan2. Anggap aja om sebagai orangtuamu juga"
Dengan keadaan terpaku, nesya masih mencerna informasi yang baru saja ia dengar.

Tiba2 suara nada dering ponsel berbunyi. Ternyata berasal dari ponsel milik reno.

" Ya hallo"
" Ohh okee saya segera kesana sekarang"
" Ah nes om pamit dulu ya ada urusan mendadak. Kamu jangan lama2 diluarr panass" Ucap reno sambil menjauh meninggalkan nesya yang masih terpaku.

Tak lama bagas pun datang menghampiri nesya
" Lohh milonya mana dek" Tanya bagas
Nesya hanya diam tak bergerak dan tak menjawab sedikitpun
" Ness"
" Nesya kenapa? Ada yang sakit?" Tanya bagas dengan posisi jongkok di samping nesya.

" Abg apa bener mama sama papa udah meninggal"
Pertanyaan itu seketika membuat badan bagas merasa kakuu, kakinya lemass serasa ingin jatuh. Namun ia tahan didepan adik bungsunya itu.

" Abang jawab! " Ucap nesya dengan nada bicara sedikit tinggi.
" Nesya dapet info dari mana hm? " Tanya bagas sambil mengelus rambut nesya. Bagas berusaha setenang mungkin agar nesya tidak semakin emosi.
" Gak penting nesya tau darimana, yang jelas jawab apa bener mama sama papa udah meninggal? " Tanya nesya lagi dengan nada tinggi dan matanya mulai berkaca2.
" Kita masuk aja yuk"
" Gakk! Jawab pertanyaan nesya dulu bg"
Tangan nesya menahan tangan bagas, tetapi bagas tetap mendorong nesya masuk kedalam rumah.

Saat ini mereka berdua berada di ruang keluarga.
Bagas berusaha tenang untuk meyakinkan nesya agar tidak terbawa emosi. Disatu sisi diapun bingung apa yang harus ia jawab.
" Abang jawab! Kenapa diem ajaa!! " Ucap nesya sudah tidak bisa mengontrol emosinya

" Loh nesyaa, kok adik kakak nangiss? Kenapa ada yang sakit? " Tanya deva sambil memeluk nesya.
Kemudian nesya segera mendorong abg nya itu.

" Bener kan mama sama papa udah meninggal? "
Deva kaget mendengar pertanyaan dari adik bungsunya itu.

" Kamu tau dari mana? Lu yang ngasih tau ya gas? " Tanya deva
" Ya gaklah, gila lu" Jawab bagas

Mendengar percakapan kedua abgnya itu, nesya semakin yakin bahwa informasi yang ia dapatkan itu benar.

" Jadi mama sama papa selama ini udah gaada? Dan aku udah gabisa ketemu mereka lagi? Beneran udah gabisa lagi?Gimana hidupku tanpa mereka? Tanpa papa? Tanpa mama? " Batin nesya

" Nggak nggak, gaboleh. Mereka gaboleh pergi"
Tiba2 nesya beranjak berdiri namun ditahan oleh bagas dan deva
" Ehh nesya jangan berdiri dekk. Itu kakinya"
" Minggir!! " Dengan sekuat tenaga nesya mencoba memberontak dari kedua abgnya dan berlari menuju lantai dua kamar mama dan papa nya.
"Nesyaa!!" Bagas dan deva berusaha menghentikan nesya namun tetap tidak mau terlalu keras menahannya. Takut akan menyakiti adiknya itu

Saat hendak berlari menaiki tangga, kakinya berasa sakit sekali.
" Akhhh awwwww" Nesya berhenti tepat di anak tangga kelima. Ia memegang  kakinya dan terus menahan untuk bisa naik ke tangga.
" Nesya udah stopp! Nesya! Abg gendong ajaa" Deva yang sudah mengulurkan tangannya untuk menggedong nesya namun di tepis oleh adiknya itu. Dan nesya terus naik keatas sambil meringis kesakitan.

" Dev lu buruan telpon bg aksa cepet"
" Oke oke"

Kali ini nesya sudah berhasil naik dan telah berada di lantai dua. Ia terus berlari menuju kamar orang tuanya itu.
" Ini pasti bercanda, mereka pasti mau ngerjain aku kan, mereka mau prank aku kann" Batin nesya berusaha meyakinkan dirinya sendiri

"Nesya jangan dipaksain! Nesyaa berhentiii! " bagas  memeluk nesya dengan sekuat tenaga berusaha menahan nesya untuk berjalan.
" Lepass abg! Lepas nesya bilang!"
" Nesyaa udahh stop. Kaki kamu sakit udah gabisa dipaksain lagi!"

"Hallo bg"
"Kenapa"
" Nesya bg"
" Nesya kenapa? " Mendengar nama adik bungsunya. Seketika aksa menjadi khawatir
" Itu anu, nesya bg"
" Deva jawab yang jelasss!!" Tegas aksa
" Nesya udah tau semuanya bg, dan sekarang dia ngamuk banget"

Mendengar itu seketika ingin sekali jantungnya berhenti..
" hal yang paling aku takutkan akhirnya terjadi juga"
Aksa langsung bergegas menuju rumah.

" Akhhhh"
Nesya menggigit lengan bagas yang berhasil membuat bagas melepaskan pelukannya.

Dengan keadaan pincang, nesya terus masuk ke kamar orang tuanya.
" Maaa"
"Papaaa"
" Mamaaa"
" Kalian pasti sembunyi kann"
" Nesya kangen. Ayo dong keluar maaa paaa"

Nesya terus menelusuri kamar, menuju kamar mandi, menuju ruang baju dan balkon tetap tidak ada siapa2 dikamar itu.

" Hahaha aku semakin tidak sabar melihat kehancuran keluarga aditama!!"

Nesya KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang