29

5.6K 392 38
                                    

Sudah mencoba berkali-kali untuk membujuk Jaemin, agar pria itu memaafkanya, namun hal itu sia-sia bagi Jeno. Dia tahu seberapa kecewanya Jaemin, namun saat ini yang tidak punya keadilan adalah dia, dimana dia di bohongi begitu saja.

Cuaca hari ini tak begitu mendukung, awan yang tampak cerah menjadi gelap gulita. Sambaran petir pun mulai terdengar, lamat-lamat rintikan hujan menetes kedasar bumi.

Jeno membuka kaca jendela mobilnya, dia memarkirkan kendaraan tersebut di samping rumah Jaemin. Dia pandang jendela kamar yang terletak di lantai dua, memancarkan cahaya lampu. Di balik tirai biru, Samar-samar bayangan seseorang dia lihat.

"Kenapa kita jadi seperti ini?" Monolog nya terdengar sendu.

Karena dia harus pulang ke rumah orang tuanya, Jeno memutuskan untuk memutar balik mobilnya, melaju meninggalkan rumah sang kekasih.

Tak di sangka bahwa Jaemin sudah memperhatikan Jeno dari jendela kamarnya, dia menghela nafas lelah dan terus menyeka air mata yang terus keluar.

Hatinya sakit melihat mobil yang tak asing di natanya terparkir dan tiba-tiba hilang begitu saja.

Ini bukan yang diinginkan Jaemin, tapi pria itu sudah menghancurkan semuanya. Apabila ada kesalah pahaman antar keduanya, sebenarnya Jaemin masih menyayangi sosok yang kini masih menjadi kekasihnya.

...

Mobil sport berwarna kuning terparkir di wilayah manshion keluarga Lee, sang penjaga yang ada di sana terheran heran mendapati mobil mahal itu yang hendak masuk melalui gerbang.

Seseorang menyembulkan kepalanya dari jendelankaca mobil yang terbuka.

"Pak Kim, tolong bukakan gerbangnya" seru Chenle membuat Penjaga di sana gelagapan.

"B-Baik Tuan" kata penjaga, lalu gerbang itu di buka hingga menampilkan teman kecil.

Mobil sport tersebut Berhenti tepat di depan garasi rumah pribadi. Tiga orang turun dari mobil tersebut, di sana Maid yang melihat hanya bisa melongo melihat penampilan satu dari ketiga pria di sana.

Jisung berdiri di depan pria bercasual mahal, dia menepuk pundak pria tersebut dengan sedikit cengkraman. "Kau tahu kan, apa yang harus kau lakukan?" Tanyanya.

Liam mengangguk malas serta memalingkan wajahnya. "Ya, kau tenang saja"

Lalu ketiganya masuk kedalam rumah besar tersebut. Disana para maid menyambut dengan sedikit tatapan penasaran tentu saja. Mereka tak pernah melihat sosok pria berambut pirang itu.

Tiffany melengos menatap tiga pria tersebut, dia yang hendak pergi ke dapur harus berbalik arah karena penasaran.

"Chenle, kau membawa teman?" Tanya Tiffany menghampiri.

"Begini Bu..."

Shion datang dari arah belakang menggunakan pakaian santinya berjalan menuju ruang tamu, namun langkahnya tercekat melihat sosok yang tak asing di matanya.

Begitu pula, lainya yang ada di ruang tamu reflek menatap kehadiran Shion tak jauh dari mereka.

Mata Liam berbinar mendapati sang kekasih disana, lantas dia menghampiri dan langsung memeluk tubuh ramping Shion.

"Sayang? Kau kemana saja, kenapa kau tidak datang kemarin"

Shion panik setengah mati, dia mendapat tatapan tajam dari Tiffany. Lalu dengan berontak kecil dia melepas pelukan Liam dengan paksa, membuat si empu menatapnya bingung dan kecewa.

"B-Begini ibu...ini...ini tidak seperti apa yang Ibu lihat" Shion gelagapan berjalan mendekat kearah Tiffany, hendak menyentuh tangan wanita tua itu.

"Ibu?..."

Love With Boss | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang