16.Separuh Hati Yang Hilang

244 23 18
                                    

Hai...

Aku katakan padamu!
Aku sering jatuh cinta padamu,
Sesering kau mengabaikanku.

Aku begitu gigih ingin bersama mu,
Segigih kau ingin melepasku.

Harapan ku ingin bersamamu begitu besar,
Tapi aku mengerti,semua berjalan tidak sesuai dengan keinginanku.

Setidaknya aku telah berjuang.

Terimakasih...

*
Sisa mabuk semalam yang Net sendiri tidak yakin berapa banyak dia telah menelan minuman beralkohol itu,yang jelas sakit dikepalanya begitu berat ketika kesadarannya mulai kembali.Dari desisan yang terdengar,serta tangannya yang memegang kepala membuktikan bahwa efek mabuk semalam masih belum hilang.Menahan rasa berat dibagian kepalanya,perlahan penglihatannya semakin jelas.Ketika pandangannya tak lagi buram,Net terkejut mendapati dirinya terbangun dikamar orang lain.Nuansa kamar yang begitu feminim dan wangi yang tercium oleh hidungnya,Net sangat mengenali wangi itu,pewangi kesukaan Fida.

Selain berada dikamar Fida, hal yang membuatnya lebih terkejut adalah, ketika Net menyadari bajunya yang telah terlepas dan memperlihatkan dadanya yang telanjang.Jantung Net berdebar dengan sangat cepat,dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam setelah dia mabuk.Namun, yang membuat Net putus asa, tidak ada satu kejadianpun yang dia ingat setelah mabuk.Yang terpatri didalam ingatannya hanyalah moment dimana James menerima lamaran Phi Daw di restoran.

Setelah mencari dengan perasaan yang gelisah akhirnya Net menemukan kemejanya yang tergeletak dilantai,tanpa peduli apapun lagi,Net dengan cepat meraih dan memakainya.Setelah itu pandangannya mengedar keseluruh area dan berakhir ketika mata hitamnya menatap Fida yang berdiri dibalkon kamar sedang menikmati secangkir kopi panas.

Debaran jantungnya masih belum mereda dan kini bertambah dengan perasaan was-was yang memenuhi hatinya.Net segera bangkit dan menghampiri Fida dengan tergesa,bahkan pintu kaca yang memisahkan antara ruang kamar dan balkon manjadi korban ketidak sabaran dirinya.

Fida menoleh ketika dia mendengar suara pintu yang dibuka dengan kasar.
"Net" sapa Fida dengan senyum cerah secerah matahari di pagi itu.Tapi senyum cerahnya tidak berbalas,Net malah menatap Fida dengan penuh keburaman, dadanya naik turun seakan dirinya baru saja melakukan aktifitas olahraga yang berat di pagi hari.

Tidak ingin menghiraukan tatapan yang Net layang ke arahnya,Fida meletakkan cangkir kopinya ke atas pembatas teras disamping pot bunga kesayangan miliknya,kemudian dia berjalan mendekati Net yang berdiri tidak jauh dari pintu.
"Kau sudah bangun?" tanya Fida lembut.
Tangannya terangkat untuk memperbaiki kancing kemeja yang Net pasangkan secara asal hingga tidak sesuai pada tempatnya.Namun, belum sempat tangannya menyentuh permukaan kemeja, Net sudah menghentikannya.

Tanpa berkata apapun, Fida menatap pergelangan tangannya,cengkraman Net tidak main-main semakin lama semakin terasa erat.Tapi Fida sama sekali tidak bersuara untuk protes atau apapun itu, hingga suara berat Net terdengar olehnya.

"Apa yang terjadi semalam?" tanya Net dengan tatapan matanya yang berkilat.

Fida menghela nafas panjang, melihat pergelangan tangannya yang sudah memerah, kemudian menatap Net dengan getir.Rasa sakit dipergelangan tangannya menjalar sampai kehatinya,kemudian rasa sakit itu menguap keluar membentuk cairan bening disudut matanya yang indah,bibir tipisnya bergetar menahan rasa sesak yang terasa semakin menghimpit di dalam dadanya.

Melihat mata Fida yang hampir menangis, Net tersadar dia telah menyakiti teman lamanya itu.Perlahan Net melepaskan genggaman tangannya dipergelangan tangan Fida.Air mata Fida jatuh seiring tangannya yang terlepas dari genggaman Net.
"Kenapa Net...Kenapa?" tanya Fida mulai terisak.

Demi waktu ~ NetJamesWhere stories live. Discover now