4 - Rumah 23.55 -

28 15 3
                                    

Rumah kecil yang hanya ditempati oleh aku seorang kini menjadi sedikit ramai? Iya, ramai. Sekarang aku bisa melihat dengan jelas bayang - bayang perempuan di kaca kamar mandi ku. Perempuan itu berambut hitam panjang, mengenakan kemeja berwarna putih yang terdapat sedikit bercak merah, apakah itu darah? Perempuan itu juga mengenakan celana jeans berwarna biru, wajahnya? Terlihat pucat terlebih lagi dibagian lehernya terdapat bekas luka memar yang melingkari lehernya.

"Hai Kak Rico, tolong aku kak... namaku Nia"

Nafasku terhenti seketika, bulu kuduk ku langsung berdiri dan aku diam mematung tidak bisa bergerak. Hantu itu perlahan berjalan mendekatiku, mulutku hanya bisa komat - kamit membaca doa. Saat hantu itu persis di belakang ku dia berkata,

"Kak Rico, tolong aku... orang itu membunuhku dan membuatku seolah - olah mati karena bunuh diri dengan gantung diri... Kak Rico tolong balaskan dendamku..."

Selesai mengatakan itu, hantu itu langsung menghilang dan aku pun langsung jatuh ke lantai karena kaki yang lemas. Nafasku tersengal - sengal, kepalaku terasa pusing nyeri dan tiba - tiba semua menjadi gelap.

***

Badanku terasa sakit semua, kepalaku masih pusing juga tapi sudah tidak senyeri tadi. Perlahan aku coba untuk membuka mataku, dan saat mataku melihat ke langit - langit ruangan aku mulai menyadari kalau aku sudah di atas kasur kamarku bukan di kamar mandi.

"Perasaan tadi aku di kamar mandi deh? Kenapa jadi di kamar? Mimpi kah tadi? Ehh... tadi??"

Seketika bulu kuduk ku naik semua dan dengan cepat aku meraih ponsel yang ada di meja dekat kasur ku. Ponsel itu menunjukkan jam setengah 4 pagi yang artinya sudah sekitar 3 - 4 jam aku tertidur di kasur? Cepat - cepat aku membuka kontak di ponsel,

"Halo... Buk, udah bangun?" Tanyaku.
"Halo nak, ibuk barusan bangun... kenapa telepon pagi - pagi?" Tanya ibukku.
"Nggak apa-apa buk, doain aja anakmu disini ya buk, doain Rico dijaukan dari yang jahat - jahat nggih buk" kataku.
"Walah ada apa le? Cerita sama ibuk kalau ada apa - apa" jawab ibuk.
"Nanti Rico ceritain kalau udah bisa ketemu sama ibuk langsung ya buk, sekarang doain Rico aja ya buk" kataku.
"Iya le, ibuk selalu doain Rico, sing lancar - lancar ya le, perilaku sama bahasanya dijaga ya le" nasihat ibukku.
"Iya buk, Rico mau tidur lagi buk soalnya tidur tadi kurang nyenyak buk" kataku.
"Iyaa... jaga kesehatan juga ya Ric, kamu sendirian disana jadi kalau ada apa - apa kamu harus kuat harus bisa ngehadapin dulu... kalau mau pulang, pulang aja ya Ric... pintu rumah selalu kebuka kalau kamu mau pulang" kata ibukku.
"Nggih buk matur nuwun nggih buk, teleponnya Rico matikan ya buk" kataku.
"Iya Ric, matikan aja" jawab ibukku.

Aku menekan tombol matikan telepon dan menaruh ponselku di sampingku, aku kembali mencoba untuk tidur tidak lupa aku kembali membaca doa agar kali ini aku bisa tidur dengan lebih nyenyak tanpa diganggu.

***

Alarm ku berbunyi tepat pukul 07.30 pagi, saatnya untuk bangun. Aku langsung ke kamar mandi dan bersiap untuk mencari sarapan. Setelah mandi aku langsung membawa motorku untuk mencari warung yang menjual soto.

"Buk, sotonya 1 yang ayam mangkok besar"
"Oke mas, minumnya apa?" Tanya ibuk itu.
"Es jeruk manis aja buk" kataku.

Sambil menunggu pesanan sotoku diantar, aku mengecek sosial mediaku dan membaca pesan - pesan yang dikirim oleh staff - staff di stasiun radio, kebanyakan dari mereka hanya membicarakan masalah pekerjaan sampai aku membaca pesan - pesan dari ibuku. Ibuku mengirimi banyak sekali pesan - pesan nasihat yang intinya agar aku tetap menjaga perilaku dan perkataan di kota orang. Saat itu juga aku teringat kejadian semalam, saat aku berada di kamar mandi dan tiba - tiba aku ada di kamar saat terbangun. Aku tiba - tiba pusing dan kepalaku terasa nyeri,

"Ini mas soto ayam mangkok besar sama es tehnya"
"Eh buk tadi saya pesannya es jeruk manis" kataku.
"Loh, maaf - maaf saya ganti dulu," kata ibuk itu.

Aku menyuap soto ayam itu, rasa hangat dari kuah soto itu sedikit meredakan. Ibuk itu kembali dan memberikan es jeruk manis yang kupesan. Es jeruk manis itu menyegarkan pikiranku dan membuat tubuhku lebih fresh tidak setegang tadi.

Notif pesan muncul di layar ponselku, menunjukkan pesan dari Mas Aron yang merupakan salah satu staff di stasiun radio tempatku bekerja. Saat ku buka pesan itu ternyata dia mengirimkan foto selfie-nya, hmm dia salah kirimkah? Pikirku. Di foto itu terlihat wajah Mas Aron yang hampir memenuhi layar dengan rambutnya yang berwarna hitam pekat dan ikal itu, alisnya yang tebal serta garis wajah yang tegas menunjukkan bahwa sebenarnya dia adalah cowok yang tampan, pantas saja banyak staff cewek di stasiun radio yang diam - diam ngefans sama dia.

"EHH MAAF MAS RICO"
"SALAH KIRIM SALAH KIRIM"

Mas Aron tampaknya cepat menyadari kalau foto itu telah terkirim ke orang yang salah. Yahh, untungnya dia cepat sadar kalau nggak mungkin pacarnya akan ngambek karena dia nggak ngirim foto selfie-nya. Aku kapan ya punya pacar? Nggak kepikiran banget buat cari pacar sekarang, aku masih terlalu sibuk buat jadi kaya dan sekarang pun beban pikiranku bertambah dengan kejadian - kejadian aneh.

"Kak Rico tolong balas dendam kami..."

Hah? Kami???

__________________________________

*Haii... ada yang notice kalau di chapter ini ada Bahasa Jawa-nya??

*Alasan aku pakai Bahasa Jawa adalah karna aku orang Jawa kwkwkw selain itu aku juga pakai Bahasa Jawa karena emg udah terbiasa, aku takut kalau diganti pakai sebutan kayak nyokap/bokap nanti jadi aneh karena aku sebagai penulis ga biasa pakai kata2 itu🥲

*Semoga dialog antara Rico dan Mama-nya nggak bikin kalian bingung yaa.. kalau ada yg kurang paham sama dialog mereka bisa langsung komen aja nanti aku jelasin😆🫶 (sbnrnya aku sendiri manggil orang tua ku pake mama papa tapi karena aku mau ada kesan yang lbh Jawa lagi jdi aku pake Ibuk dan nanti ada Bapak😆)

THE CALLWhere stories live. Discover now