11. Oct, 2019

83 69 4
                                    

Kazaro duduk sendirian, tapi dia tidak meminum minuman apapun di sana. Laurena terpaku karena tak menyangka, untung Kazaro tidak menyadari kehadirannya.

Si berandal itu, tampak seperti mengawasi seseorang dari jauh, sambil menghisap rokok sesekali.

Dari arah seberang Liam datang menghampiri Kazaro yang semakin membuat Laurena bingung bagaimana mereka bisa saling kenal dan apa yang mereka lakukan di sini?

Liam seperti mempunyai indera keenam, dia menengok ke arah Laurena yang masih terpaku, Kazaro lantas melihat ke arah yang sama.

Dia berkata sesuatu pada Kazaro, dan si berandal itu mengangguk. Lalu ia didatangi sepupunya tepat pada posisi dia berdiri.

“Ngapain ke tempat ini?” Ujarnya santai.

“Dicari keluarga.”

“Gua males balik, balik aja sendirian.”

Saat Liam hendak berbalik Laurena mencegatnya, “darimana kenal Kazaro? Lo gatau dia seberandal apa?”

Yah, walaupun sebenarnya mereka ini tidak dekat, tapi Laurena bertanya agar sepupunya tidak tertular sifat berandal kakak kelasnya itu.

“Bukan urusan lo, pulang sana,” usir Liam.

“ANTER GUE!” Terpaksa dia berteriak agar Liam tidak kembali ke tempat Kazaro berada.

Laurena berdalih, “gue gabisa pulang sendiri, nunggu mereka selesai mungkin tengah malem”

“Naik taksi online,” Liam melanjutkan langkahnya lagi, Laurena tak kehabisan akal, “bisa jadi alesan lo pulang juga kalo nganter gue pulang.”

Berhenti melangkah, tampaknya sepupunya mempertimbangkan keuntungan itu. Laurena tau jika Liam pasti akan setuju, karena dia selalu merasa malas berinteraksi dengan keluarga mereka.

Sesuai harapan, dia memberi isyarat agar Laurena menunggu dan sepertinya dia memberi tahu Kazaro bahwa dia ingin mengantar adik sepupunya pulang.

Untung saja Liam juga bisa mengarang cerita kalau Laurena tidak enak badan sekarang agar mereka bisa pergi dari sana.

Perjalanan mereka sudah hampir setengah jalan, tidak ada yang membuka topik pembicaraan.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, nekat dia masih mempertanyakan hal yang sama, “Apa hubungan kalian berdua?”

“Sohib,” singkat.

Laurena tercengang mendengar pernyataan tadi, “lo tau dia seberandal apa?”

“Jangan mencap seseorang berandal, kalo belum liat kepribadian aslinya Lau,” ujar Liam yang masih fokus menyetir.

“Suatu saat, kalau lo kenal dia lebih mendalam, lo pasti paham maksud gua,” Liam melanjutkan perkataannya sambil melihat ke arah kaca mobil yang memantulkan kondisi wajah Laurena yang masih tak menyangka.

Memang, kita tidak bisa melihat kepribadian asli seseorang jika tidak dekat.

Tapi Kazaro, apa alasan dia punya sifat berandalan?

Meski tak merespons langsung ucapan sepupunya itu, dia lebih memilih menyimpan berbagai spekulasi di bantinnya sendiri.

Sampai pada rumah yang mereka tuju, Laurena hanya mengucapkan terimakasih dan tidak memperpanjang pertanyaannya.

Dilihat malam itu masih pukul jam sembilan malam. Namun rumah di seberang tampak gelap gulita tak diterangi dengan pencahayaan lampu.

Walaupun punya prestasi dalam pertandingan volley, Kazaro terkadang suka berbuat onar, kasar, kecanduan merokok, lalu sekarang? tak seharusnya Kazaro sebagai seorang pelajar berada di bar.

Laurena khawatir dengan Athalia sahabatnya yang menaruh hati pada si berandalan itu.

MEMORIES OF BLUE ROSES [REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora