2

401 23 0
                                    

Naruto mengenali suara itu, suara istrinya, “Hinata? Masuklah.”

Untuk apa dia kemari? Batin Naruto bingung.

TING! Suara kunci pintu terbuka terdengar, pintu lalu dibuka dan Hinata masuk. Kunci pintu Naruto sudah memakai teknologi tinggi yang dapat dibuka dengan pin, kartu, dan sidik jari. Untuk membuka dengan sidik jari, akan ada alarm dari dalam ruangan untuk mengetahui siapa yang membuka karena dapat diatur suaranya per orang.

“Naruto, apa kau akan lembur?” tanya Hinata lembut, dia berdiri di samping Naruto.

Naruto tersenyum, “ya, kau tau sendiri kan sekarang sedang ada banyak masalah. Aku harus membereskan ini dulu.”

Naruto berdiri, dia menggandeng tangan Hinata dan menariknya untuk duduk di sofa. Saat mereka telah duduk, Naruto bertanya.

“Ada urusan apa kamu kesini? Ada masalah di rumah?”

“Tidak, aku cuma  khawatir padamu. Kamu pergi dari pagi dan belum kembali hingga tengah malam. Kau juga tak menghubungiku.” Hinata menjawab dengan nada yang terkesan merajuk.

Naruto mengelus rambut Hinata lembut, “maafkan aku, ponselku tadi pagi jatuh dan sampai sekarang mati. Aku ingin menyelesaikan semua masalah hari ini, jika aku tunda aku takut akan semakin runyam nanti.”

Hinata mengangguk lalu bersandar pada pundak Naruto, “baiklah. Aku akan menunggu disini.”

“Jangan!” ucap Naruto tanpa sadar meninggikan suaranya, “eh maksudku kamu lebih baik pulang, aku tak ingin kamu kelelahan.”

Hinata tersenyum lesu, “baiklah, aku akan pulang. Kamu harus pulang setelah ini semua selesai ya.”

Naruto mengangguk yakin, “pasti! Aku akan pulang setelah ini semua selesai. Aku menyayangimu Hinata,” Naruto mencium dahi Hinata, Hinata lalu tersenyum lembut lalu pergi.

Melihat Hinata yang sudah keluar,  Naruto meminum air dan mengusap bibirnya dengan tangan. Dirinya kembali ke meja kerjanya untuk membereskan pekerjaannya yang sangat menumpuk, dia menghela napas.

Jarum jam telah mengarah ke utara, Naruto masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya, ”Arghh kapan ini selesai,” Naruto mengacak-acak rambutnya frustasi.

Helaan napas terdengar dari mulut Naruto, dia bersandar pada kursi kerjanya dan menutup mata, “kapan kamu akan kesini, apa kamu tidak merindukanku?” gumamnya lalu tanpa sadar tertidur.

Ting! Seseorang masuk ke ruangan saat Naruto telah tertidur lelap dalam duduknya. Dia menatap Naruto lembut dan berjalan kearahnya.

“Dobe,” gumamnya pelan sambil tersenyum.

Orang itu membuka jasnya dan menyelimuti Naruto. Naruto yang mencium aroma familiar semakin tidur nyenyak tanpa tau orang yang dia tunggu telah ada di sampingnya.

Jika aku mengangkatnya, dia pasti akan bangun, pikir orang itu.

Orang itu melihat dokumen-dokumen di meja kerja didepannya, dia mengambil dokumen-dokumen itu dan menyelesaikannya di sofa. Dia mengerjakannya sampai 3 jam lamanya.

“Selesai,” ucap orang itu.

Orang itu mengembalikan dokumen-dokumen itu ke meja Naruto dan segera pergi dari sana. Tak lama setelah orang itu pergi, Naruto terbangun dari tidurnya. Dia merenggangkan tubuhnya dan terheran melihat barang-barang di atas meja telah tersusun rapi.

“Siapa yang merapikannya?” Naruto melihat sekeliling tapi nihil, kemudian dia sadar ada jas yang di kenalnya sedang menyelimutinya, “tunggu, jas ini? Sasuke!! Dia tadi kesini? Kenapa kamu tidak membangunkanku! Dasar Teme!!”

Bukan Hubungan GelapWhere stories live. Discover now