P.09

1.6K 141 11
                                    

Suara teriakan nyaring tara di pagi hari menandakan bahwa sudah waktunya untuk memulai kegiatan di hari senin pagi yang sedikit mendung ini, Januar sudah rapi dengan jas dan mata yang tertuju pada iPad kerjanya sambil meminum kopi buatan tara.

Tak lama setelah itu kedua anaknya turun dengan seragam yang sudah rapi sambil menicum pipi januar kanan dan kiri.

"Katanya hari ini mau ujian kok kusut gitu mukanya dek ?" Tara mengecup pelipis sang anak yang sedang memeluknya dari belakang

"Javas kemarin cuma belajar dikit bu, gara-gara papa nyuruh adek tidur sore sih jadi belajarnya dikit kalo nilai adek jelek gimana nanti !" Sungut javas kepada papa nya.

"Heh, papa nyuruh kamu tidur sore biar gak ngantuk waktu lagi ujian di kelas nanti ya, entar kalo kamu ngantuk yang ngerjain soal ujian kamu siapa ? pengawas ujian ? atau kipas angin yang ada dikelas kamu itu bisa ngerjain soal ujian ?" Sungut januar tak terima disalahkan sang anak membuat javas mendengus lucu

"Candaan papa udah gak masuk daftar humor terlucu menurut analisis adek, terlalu kuno ! masa kipas angin bisa ngerjain soal, yang bener aja" Dengan nada yang sama persis seperti sound tiktok yang akhir-akhir ini muncul terus di beranda javas.

"Stop ya, kalian berdua kalo masih mau lanjutin debat mending diluar aja, bubu sama kakak cuma mau makan dengan tenang, iya kan kak ?" Ujar tara sambil meminta persetujuan manggala

"Kakak halo ?" Yang dipanggil tersentak kaget

"Iya bu, bubu bilang apa tadi ?" Tara melihat januar sekilas lalu memandang manggala dengan tatapan khawatir

"Kalo sekiranya ada yang mengganggu pikiran kakak sebisa mungkin cerita sama bubu, papa atau adek ya kak ?" Tara menggenggam tangan manggala pelan

"Iya bubu kakak cuma pusing aja sedikit, maaf bikin bubu khawatir" Jawaban manggala diterima tara dengan anggukan lalu tara mengambilkan manggala beberapa obat dan menaruhnya di sampingnya.

"Sehabis makan minum obat dulu kak atau kakak mau izin sakit sehari ? biar bubu telfon guru kamu" Gelengan dari manggala menandakan bahwa ia tidak mau izin libur sekolah, hanya dibalas anggukan oleh tara, mereka semua pun akhirnya sarapan dengan tenang.

Seperti biasa setelah mereka selesai sarapan Januar, javas dan gala berpamitan pada tara seperti keluarga 'pada umumnya', Karna gak semua keluarga bisa merasakan hangatnya rumah itu seperti apa.

"Hati hati ya pa, nanti bubu mau ajak kalian makan malam diluar pokoknya harus pulang tepat waktu gak boleh ada yang mampir mampir !" Teriakan tara dari gerbang depan dibalas dengan klakson manis dari sang suami lalu mobil itu melaju meninggalkan tara dengan tangan yang melambai lucu.

"

Mobil yang dikendarai januar melaju membelah ramainya kota di senin pagi, Karna januar tau hari senin adalah hari sibuk maka jalanan kota pasti sedikit macet membuat mereka harus benar-benar berangkat agak pagi.

"Papa, boleh gak kalo adek duluan yang dianter ke sekolah ? Kalo papa ada meeting atau keberatan putar balik, gala juga gak maksa kok pa, gala cuma tanya aja" Ucap manggala lirih

Tak seperti biasanya gala meminta januar untuk mengantar javas dulu ke sekolahnya karna memang sekolah javas ke kantor januar itu satu arah, sedangkan kalau januar harus mengantar manggala di akhir ia harus putar balik lagi untuk menuju ke perusahaannya, jarak dari sekolah manggala ke arah perusahaan milik januar juga cukup jauh sehingga biasanya ia mengantar manggala terlebih dahulu.

"Boleh sayang, papa selalu free kalau sama anak-anak papa" Bohong. Januar berbohong pada gala, sebenarnya pagi ini ia ada meeting penting dengan petinggi dari perusahaan lain tapi biarlah, waktu dengan anak lebih berharga dibandingkan dengan berkas berkas kerja, prinsip januar.

Pravda | Jung Fams ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang