P.10

1.6K 135 9
                                    

Full of flashback.

Sudah sebulan semenjak pak darmo menemukan manggala, kini pak darmo, gala dan javas selalu bersama setiap sore mereka bertiga selalu bermain di taman belakang dengan pak darmo yang selalu menyanyikan lagu yang sama setiap harinya.

"Akong tidak bosan dengan lagu itu itu saja ? Adek bosan dengarnya tau !" Keluhan javas dibalas kekehan ringan oleh pak darmo

"Kakak suka kok, nanti kalau kakak sudah besar kakak mau seperti akong yang bisa bermain gitar" Senyum manggala kian melebar setelah mengatakan itu.

"Wih, pintar sekali ya kakaknya adek javas ini, kalau adek javas nanti gedenya mau seperti akong juga ?" Tanya pak darmo sambil memangku javas di paha kanannya dan manggala di paha kirinya

"Mau !! Aku mau bisa berhitung cepat seperti akong nanti kalau sudah dewasa, nanti adek yang bakalan ngalahin akong"

"Pintarnya, nanti kalau sudah dewasa selalu ingat akong ya, selalu berkunjung ke rumah akong" Tutur akong sambil mencium pucuk kepala dua bocah yang sedang tersenyum manis menghadap akongnya

"Memangnya Akong mau kemana ? Akong tidak boleh kemana-mana ! Akong harus sama adek dan kakak !" Sifat posesif javas mulai muncul

"Hahaha, baiklah akong nanti temani kalian sampai punya pasangan masing-masing ya ?" Tawa khas dari pak darmo begitu merdu terdengar di telinga mereka berdua

"Pasangan itu apa akong ?" Tanya javas polos dibalas anggukan oleh manggala yang sama tidak taunya.

"Pasangan itu seperti papa dan bubu nanti kalau kalian dewasa juga sama seperti mereka" Ucap pak darmo dan diangguki oleh dua bocah itu dengan mulut mungil yang berbentuk huruf 'o'

Pemandangan dihadapan januar dan tara tidak akan mereka lewatkan rasanya hangat sekali melihat manggala dan javas bisa tersenyum riang seperti anak pada umumunya.

"Manggala sudah mulai gelap, mau pulang sekarang nak ?" Interupsi januar pada ketiga manusia didepannya yang masih senang bercanda ria seperti tidak ada hari esok lagi.

"Papa boleh tidak kalau manggala diantar akong ? Untuk malam ini saja gala mau diantar akong" Pak darmo yang mendengar itu menganggukkan kepalanya kepada januar kode bahwa pak darmo tidak keberatan sama sekali dengan kemauan manggala.

"Baiklah untuk malam ini manggala boleh pulang diantar akong" Suara sorakan kegembiraan menggema di rumah januar.

"Adek boleh ikut tidak ?" Skill mata mungil yang bisa menyihir orang dewasa dari javas kini ditunjukkan kepada sang papa.

"Tidak, adek lagi batuk besok saja kalau batuk nya sudah hilang" Sela tara dengan januar yang mengambil alih javas dari gendongan pak darmo.

"Sudah berat gini kok masih mau gendong akong" Ucapan januar membuat javas menangis kencang dan dihadiahi cubitan dari tara karna sudah menggoda anaknya.

"Kalau begitu saya antar manggala dulu ya nak" Ucapan pak darmo diangguki oleh keduanya.

"Hati-hati ya pak darmo, besok kesini lagi ya kakak jangan tidur malam-malam" Lambaian tangan dari keduanya mengakhiri malam yang cukup indah.

"Selamat tidur kakak gala mimpi yang indah" Gumam javas dengan isak tangisnya membuat kedua orang tuanya tergelak lucu.

"

'Entah di mana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu' Untaian lagu dari Ari Lasso yang diputar pak darmo mengiringi perjalanan manggala menuju rumahnya.

"Akong, Manggala ada sesuatu buat akong tapi maaf sekali kalau tulisan manggala jelek soalnya manggala sedang belajar menulis bersama bubu tadi pagi, jadi kalau akong tidak bisa baca nanti tanya saja sama bubu" Manggala berucap sambil mengeluarkan kertas yang sedikit kusut.

Pravda | Jung Fams ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang