Chapter 7

114 23 46
                                    

Hola! Hola!
Halo! Halo!
Update lagi nikh gays, pastikan tombol bintangnya dipencet ya!
Keyboard ketik di kolom komen woi!!
Follow juga ayolah!!
Aaa kasian aaa, teh kasihan tehh udah update masa nggak di vote, komen Ama follow siii!!
.
.
.
[Happy Reading]

Bagi sebagian orang, luka goresan aspal memang terdengar mengerikan bahkan merujuk pada perih dan sakit. Tidak dibayangkan ketika luka yang ada pada paha Laut bercucuran darah setelah motornya di tendang oleh pembalap misterius.

Tidak ada ekspresi apapun, bahkan mukanya hanya menampilkan gambaran datar, ketika sebuah luka basah dicuci dan diobati menggunakan obat merah, tidak ada rengekan sedikitpun bahkan ia masih terlihat tangguh.

"Hebat banget bos kita, gua aja yang ngobatin sampe meringis kok lo biasa aja sih," ucap Galang. Salah satu anggota inti geng Antariksa. Yang tanganya sedang sigap mengobati luka Laut yang masih merah merona karna tampilan darah.

"Iya lah, bestprend gue!" Seru Alkana atau biasa dipanggil Kana. Lelaki itu sedang membuat segelas minuman dengan es batu tepat berada pada dapur markas.

Prakk!!

Laut dengan tatapan tajam dan aura menyeramkannya kembali muncul. Memecah gelas yang ada ditanganya menjadi beberapa keping. Sisa gelas yang tajam masih berada ditanganya, bahkan darah dari tanganya kembali keluar karna pecahan gelas kaca yang menempel.

Galang yang sedaritadi sedang mengobati luka Laut segera mendudukkannya kembali. Menenangkan emosi Laut yang mulai meluap dan terlihat sangat marah.

"Cari tahu tentang orang misterius itu. Dia curang bangsat!!" Umpat Laut tatapnya mengarah pada Rakyat Antariksa yang sedang berkumpul semua.

"Siap!!" Serempak jawaban dari rakyat Antariksa. Semuanya patuh tidak ada yang berani melawan jika Laut sudah berada pada puncak kemarahan.

"Udah Lo tenang aja dulu, nikh minum dulu biar adem," ucap Kana. Sembari menjulurkan segelas Mirah ditambah es batu yang terlihat segar sekali.

"Kita bakal cari orang itu, kita kasih perhitungan yang kejam!!" Tegas kembali Galang. Tanganya ikut mengepal kesal, lantaran kecurangan yang telah dilakukan oleh orang misterius hingga membuat Laut terjatuh dari motor.


****

"Kocak sekali drama kali ini!" Ucap Kanya tawanya lepas ke awan. Tiga sahabat nya menatap heran.

Tangan Lita menyentuh dahi Kanya mengecek apakah ada yang salah dengan temanya itu? Tidak biasanya Kanya mengeluarkan tawa lepas seperti orang gila.

"Apaan si!!" Kanya mengalihkan tangan Lita dari dahinya sigap.

"Gue kira Lo lagi nggak waras," ucap sekali lagi Lita membuat gadis itu terduduk dan akan menjelaskan apa alasannya ia bisa sesenang itu malam ini.

"Kalian tau nggak, tadi motor Laut gue tendang sampai jatuh nggak tau dia masih hidup apa engga!" Ucap Kanya membuat tiga sahabat nya menganga. Apa katanya? Mati atau tidak? Jika dia benar benar mati Bagaimana?!!

"Woi jangan maen main Lo, kalo beneran mati gimana?" Tanya Qeysha nadanya sedikit panik, nada yang bicara yang bergetar.

"Iya Kanya. Lo boleh bunuh Laut asal jangan pake tangan lo jangan pake tubuh Lo," tambah Lita.

"Kanya Lo nggak beneran bunuh Laut kan?" Sekali lagi ditambah dengan Kelly yang anaknya panik attack, apalagi mendengar apa yang disampaikan oleh Kanya barusan.

HOLOKAUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang