GELISAH

17 10 5
                                    

"Sudah ku bilang anak kecil jangan berlarian di tempat ramai." Ujarku seraya memberikan berkas miliknya.

Ia menatapku kesal dan berdiri mendongak menatap ku.

"Ya aku bukan anak kecil usia ku 19 tahun kau tau." Ujarnya dengan wajah marah nya.

Entah mengapa wajah marah nya sangat lucu bagiku sehingga aku tidak tahan untuk tidak menggoda nya, aku berjalan mendekati nya dan menyamakan tinggi badanku dengan nya.

"Kalau tidak mau di bilang anak kecil tambah tinggi badan mu dulu." Ujarku usil.

Aku terkekeh dan pergi meninggalkan nya yang sedang kesal itu.

"Kecil sekali." Gumam ku yang tanpa sadar tawa kecil terus keluar dari bibir ku.

Supirku menatapku dengan tatapan tidak percaya dan akupun kembali memasang wajah datarku.

"Ayo kita berangkat pak." Ujarku seraya masuk ke dalam mobil.

"Hari ini jadwalku apa saja nan." Ujarku pada sekertaris ku.

"Hari ini setelah pemeriksaan ke rumah sakit, tuan ada kunjungan ke sekolah yang mendapat dana donatur dari perusahaan kita." Jelas Nanda.

"Ya baiklah." Aku menghela nafas dan melihat keluar jendela mobil, tanpa aku sadari kedua ujung bibirku terangkat dan tersenyum ketika memikirkan gadis itu.

"Benar benar kecil."gumamku. Rasanya rasa sakit di dadaku berkurang ketika memikirkan gadis itu, perasaan aneh apa ini.

Perasaan yang timbul ini benar benar membuat ku risih sehingga aku terkadang gelisah karena perasaan ini.

Sesampainya di rumah sakit akupun turun dari mobil dan langsung menuju ruangan dokter pribadiku.

Akupun masuk ke dalam dan langsung di sambut oleh dokter ku itu.

"Halo dir sudah lama tidak bertemu dengan mu." Ujar vinia.

Aku sedikit terkejut ketika ternyata dia yang menangani ku, aku tidak membencinya namun aku sedikit risih karena dia yang paling Dady ku inginkan untuk menjadi istri ku. Akupun hanya menatap nya dengan dingin dan duduk.

"Apa keluhan mu dir apa ada yang sakit lagi?." Tanya vinia seraya memeriksa Ku.

"Semalam aku merasa sesak beberapa jam setelah itu paginya akupun sesak lagi." Jawabku singkat.

"Hah kan sudah ku bilang jangan lupakan obat mu kau ini kebiasaan sekali ya." Ujarnya.

Aku hanya diam tanpa menanggapi nya aku tau dia memiliki perasaan terhadap ku, dan aku tidak pernah sedikitpun tertarik dengan nya itu sebabnya aku tidak ingin dia salah faham dengan sikapku.

"Mulai sekarang konsumsi obatmu dengan teratur kalau kondisi mu memburuk segera hubungi aku apa kau mengerti?." Ucapnya.

"Ya, terimakasih." Ujarku seraya pergi meninggalkan ruangan itu.

Akhirnya perasaan lega ini datang, aku melihat jam tangan ku dan langsung masuk kembali ke dalam mobil untuk menuju kantor ku.

Tak terasa aku sudah sampai di kantor pekerjaan yang menumpuk menantiku di sana. Tanpa keraguan aku memasuki gedung itu yang mana aku langsung di sambut beberapa karyawan di sana.

Aku berjalan tanpa menengok dan masuk ke ruangan ku, duduk di kursi yang sama selama 3 tahun belakangan terkadang membuat ku bosan.

"Tuan ada beberapa investor...." Jelas Nanda.

Aku hanya mendengar kan nya namun, siapa sangka aku yang selalu fokus dalam pekerjaan untuk pertama kalinya malah tidak fokus dalam pekerjaan Ku.

"Tuan." Panggil Nanda.

Akupun tersadar dari lamunan ku dan menatapnya.

"Ah maaf silahkan kamu lanjutkan laporan nya." Ujar ku seraya menepis semua pemikiran yang di penuhi oleh gadis kecil itu.

Rapat demi rapat aku jalani, setiap jam banyak clien yang aku temui sampai pada akhirnya sore pun tiba dan tiba juga waktu nya aku berkunjung ke sekolah yang menerima dana donatur dari perusahaan ini.

Setelah berganti pakaian aku pergi menuju mobil ku.

"Aku bawa mobil sendiri saja pak."ujar ku meminta kunci mobil pada supirku.

"Baik tuan ini." Ujar supirku seraya memberikan kunci mobil ku.

Akupun masuk ke dalam mobil dan melaju kencang menyusuri jalanan ramai ini. Hari ini aku benar benar terganggu oleh pikiran-pikiran ini, gadis kecil itu terus saja muncul hingga membuat ku gelisah.

Sesampainya di sekolah itu, akupun memarkirkan mobil ku dan turun dari mobil, menyusuri setiap kelas hingga aku menemukan sosoknya di salah satu kelas, gadis kecil yang sedang bermain dengan anak-anak itu tampak sangat ceria, wajahnya yang selalu tersenyum dan menampilkan lesung pipi nya.

Perasaan ku aneh lagi jantung ku berdebar tidak karuan dan kedua pipiku memanas. Aku lekas pergi dari sana menuju kantor para guru.

"Sepertinya aku sudah gila aku harus ke psikiater seperti nya ada yang salah dengan ku." Gumamku.

Sesampainya di kantor seperti biasa para guru menyapaku dan aku duduk menunggu kepala sekolah datang. Sepersekian detik bel tanpa pulang sekolah berbunyi, suara bising mulai terdengar dari anak anak, Langkah kaki yang terdengar.

Sampai gadis itu masuk dan ekspresi wajah terkejut nya benar benar membuat ku gila.

"K..kau..." Tunjuk gadis itu padaku.

"Ahaha...maaf mengganggu anda pak dirgantara." Ujar seorang wanita yang berada di samping nya.

Tanpa aku sadari smrik itu aku tunjukan di hadapan nya, ekspresi wajah nya berubah lagi benar benar lucu.

"Dasar pria gim..eump..eump."ujarnya belum sempat selesai mulutnya langsung di tutup oleh teman nya itu.

"Ahaha silahkan bicara dengan leluasa tuan dirgantara kami pamit dulu." Ujar temannya seraya menarik tangan gadis itu keluar.

Ah aku benar benar gila di buat nya, tak berselang lama kepala sekolah pun sampai, basa basi yang ia ucapkan serta menunjukkan laporan uang yang di donasikan untuk apa saja sudah aku terima sampai pada akhirnya.

"Aku melihat ada beberapa guru baru di sini apa anda tidak ingin memperkenalkan nya kepada saya Bu?" Tanyaku.

Aku melihat kepala sekolah itu gugup dan tersenyum.

"Tentu saya akan memperkenalkan mereka tuan, tunggu sebentar." Ujarnya seraya memanggil mereka masuk ke dalam kantor.

Saat masuk gadis itu masih menunjukkan wajah tidak suka nya, tapi entah kenapa dalam pandangan ku aku hanya melihat kucing kecil yang sedang menggeram marah benar benar lucu sekali.

"Nah perkenalan mereka adalah guru baru di sekolah ini, ini Ibu Nia Yuningsih dan yang itu Ibu Liliana putri, dan kalian berdua ini adalah donatur utama sekolah kita sejak awal pak Reygan dirgantara." Ujar kepala sekolah sambil memperkenalkan kami.

Akhirnya aku mengetahui nama gadis itu, Lilian putri. Gadis yang mengusik fikiran ku beberapa hari ini.

Dia hanya membungkuk setelah perkenalan itu akupun memutuskan untuk pergi.

"Baiklah karena sudah perkenalan nya saya harus pergi." Ujar ku.

Kepala sekolah pun mempersilahkan ku pergi dan yang paling menyenangkan adalah.

"Ternyata ada anak anak yang mengajar anak anak di sini." Gumamku tepat di samping nya.

Reaksinya terhadap perkataan ku benar benar menghibur ku, akupun pergi dari sekolah itu, sepanjang perjalanan aku tidak bisa berhenti tersenyum.

"Ah aku benar benar sudah gila." Gumaku seraya melonggarkan dasiku.

Aku melaju kencang di jalanan dan berfikir harus menceritakan ini kepada bunda, gadis itu berhasil membuat diriku gelisah.




To be continue.....

Hai guys jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dengan cara vote and comen kalau bisa share juga ya karena jejak kalian akan sangat berarti bagi author sampai jumpa Minggu depan. Up setiap Minggu ya say.


2 HEART Where stories live. Discover now