incident

394 83 2
                                    

"ini ga ngerepotin mami kan?" yeji bertanya ketika jeno menghentikan mobilnya di rumah mami. Mereka ada jadwal kuliah pagi, dan memutuskan untuk menitipkan eric di rumah omanya, itu atas permintaan omanya sendiri sih seperti perjanjian awal. Jeno sih tidak ada masalah karena maminya itu dokter pribadinya, dia pasti paham kalau ada yang 'aneh' dengan eric dan bisa mengatasinya atau bahkan mencegah dari awal jika eric menunjukkan hal hal yang diluar nalar.

jeno mengangkat bahu. "orang mami yang minta. bahkan papi sengaja cuti hari ini buat momong eric padahal besok besok dia juga dititip lagi" ia mengambil eric dari carseat miliknya. bayi yang menurunkan garis wajahnya itu hanya tersenyum lebar dan mengangkat tangannya, meraih hidung mancung milik jeno sesekali berusaha menggapai kacamata miliknya. Yeji membawa tas berisi perlengkapan eric mulai dari susu hingga popok.

"apa? aneh ya papanya?" yeji mencoba menjauhkan tangan eric yang berusaha menggapai kacamata jeno. jeno hanya menggesekan hidungnya di pipi eric yang bulat yang disambut ringisan gusi dari si pemilik wajah.

"eric mana?" baru mereka hendak menekan bel, pintu rumah sudah terbuka dengan wajah mami yang antusias. jeno mengangkat alisnya. maminya bahkan tidak repot-repot menyapa dirinya dan yeji disini?

"ini" mami menepuk kedua tangannya pelan sebelum langsung mengambil cucunya dari gendongan jeno. eric yang sudah familiar dengan omanya happy happy saja. "hari ini eric sama oma ya?" eric hanya mengangkat tangannya.

"mami, ngga ngerepotin ini? yeji bisa bawa eric ke kampus kok nanti yeji titipin ke temen yeji" berbanding terbalik dengan jeno yang fine fine saja, yeji malah tidak enak dengan mertuanya.

mami mengambil tas milik eric dengan tangan tangan kanannya kemudian meletakkan di bahunya. "alah kaya sama siapa aja. orang dititip cucu sendiri kok" ia mengibaskan tangannya.

"udah mending kalian sana kuliah, biar eric sama mami dulu. Ngga papa yang lama aja kuliahnya"

brak

jeno dan yeji tersentak ketika pintu ditutup oleh mami dengan kaki kirinya. yeji berkedip bingung. "what was that?"

jeno mendengus, mengangkat bahu. "kekuasaan mami. Udah, kita udah diusir mending pergi aja. mami cuma mau eric aja, soalnya" jeno melangkah menuju mobilnya. sudah kenal betul dengan tabiat mami yang masih saja senang dengan cucu pertamanya. dia tidak harus  memasukkan ke dalam hati karena sikap maminya, sudah biasa.

Yeji selesai kuliah ketika jam menunjukkan pukul tiga sore. Jeno sudah selesai lebih awal dan dia harus lanjut bekerja sementara yeji dia nanti akan pulang dengan hyunjin—katanya dia mau sekalian memberi hadiah ke eric karena dia baru gajian. ya, yeji senang senang saja sih soalnya kembarannya ini punya duit banyak sekarang dan saat ini mereka tengah mampir di restoran korea.

"kepala gue pusing dah" yeji berujar ketika hyunjin datang membawa jjajangmyeon pesanan mereka. hyunjin duduk di depannya. "kenapa? bukannya lo seneng belajar?"

yeji menggelengkan kepala. "kaga sih. ini gue udah terlanjur nyebur juga yaudah lanjutin sampai akhir toh gue ngga mau kerja juga juga" ia mengambil sumpit.

"jeno ngelarang lo kerja?"

yeji yang mengaduk mie nya menggelengkan kepala. "engga sih. dia mah bebasin gue mau ngapain aja. Mau kerja ya sono, mau kuliah lagi ya sono. cuma gue males lah, duit laki gue udah cukup buat hidup bertiga dan kalau buat belajar kayanya gue ngga mau deh. Habis lahiran eric kayanya sel sel di kepala gue ikut rontok deh ini jadi gue makin bodoh"

hyunjin menggelengkan kepala mendengar mulut yeji yang makin tua makin asal berbunyi. "lo masih ngga mau balik ke rumah?"

yeji menggelengkan kepala, ia mengambil nursing cover di tas dan memakainya. ia mengambil alat untuk memompa asi karena sudah merasa penuh. "gue sambil pumping ya" hyunjin menganggukan kepala.

Loving Living Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang