Chapter 15

16.3K 2K 1.1K
                                    

Sorry for typo

****

Lily's POV

"Lily, jangan terlalu jahat padaku. Aku tidak suka dengan caramu yang seperti ini. Aku juga bisa mengambil keputusan jika aku ingin."

Ya Tuhan, Valdos. Kau ingin membunuhku di sini? Kau ingin aku jantungan? Aku malu, Valdos. Aku— argh!

"Kau tak boleh begitu, Lily. Mr. Yordanov bukan anak kecil yang bisa dengan mudah kau anggap remeh perasaannya."

"Mom, please." Aku berbalik melihat ibu, sementara tanganku masih Valdos genggam.

Mataku, wajahku, kepalaku, telingaku, semuanya terasa panas. Aku benar-benar akan meledak karena rasa maluku.

"Baik, aku mengaku salah. Tapi dari semalam, aku sudah memutuskan untuk tidak berkomunikasi atau bermain apa pun lagi dengannya. Aku sadar, dia pria dewasa yang membutuhkan istri, sementara aku belum siap untuk itu," jelasku terus terang.

Demi apa pun. Hari ini adalah hari kekalahanku.

Keparat. Aku sedang malu setengah mati hingga rasanya ingin pingsan, ayah dan ibu, nyonya Matilda dan pelayannya, mereka justru tersenyum-senyum seolah aku dan Valdos ini sedang memainkan drama percintaan. Kurang ajar.

Derek dan Chiki, mereka juga justru bermain bersama. Sialan. Semuanya sialan. Pagi ini semua orang sangat sialan, termasuk Valdos.

"Kita bicara."

"Apa? Aku tidak mau." Valdos menarik tanganku, hendak membawaku entah ke mana.

Dia berhenti begitu aku berusaha menarik tanganku dengan kuat. "Kau ingin kita membahasnya berdua, atau kita bicarakan saja di depan orang tua kita?" Tangan Valdos menunjuk kepada orang tua kami.

Aku tertegun, mataku membelalak mendapati keseriusannya. Rasa-rasanya leherku seperti dicekik, aku tak menyangka dia akan seserius ini. Astaga, Lily. Kau akan mati.

"Ya— ya! Bicara saja di sini, silakan. Tidak perlu berduaan, kita orang asing," kataku. Pertama kalinya aku terbata di hadapan Valdos. Meski pundakku kubuat tegak, nyatanya nyaliku menciut membalas sorot tegas mata cokelatnya.

Sekilas Valdos mengulas senyum— tidak, itu bukan senyuman. Dia menyeringai untukku.

"Mr. Harlow, izinkan aku bicara."

Kulihat ayah menyenggut, dia mengulum bibir dan aku tahu ayah ingin tersenyum lebar di situ. Sialan kau dad.

"Anak ini." Mataku membelalak lagi, kuamati jari telunjuk Valdos yang berada di depan wajahku.

"Dia bermain-main denganku. Dari pertama kali, benar-benar pertama kali, dia sudah berusaha mencuri hatiku. Aku menyadari itu, aku menyadari semuanya, namun aku sangat tertarik dengan permainannya hingga kuikuti. Aku terus mengikuti caranya bermain, dan sampai di hari ini, kukatakan bahwa dia berhasil." Valdos berhenti, dia melihatku.

"Kau berhasil, Lily. Aku jatuh hati padamu. Congratulations."

Katakan padaku bila ini mimpi. Katakan, cepat bilang kalau ini hanya mimpi. Ini mimpi, 'kan? Tidak mungkin Valdos benar-benar jatuh hati padaku, benar? Itu tidak mungkin. Itu tidak mungkin ter—

"Kau buat pria tua sepertiku jatuh hati pada gadis muda manis sialan sepertimu. Sekarang bagaimana, Miss Harlow? Terus terang kukatakan, aku kesal denganmu."

Aku yakin wajahku sudah benar-benar pucat saat ini. Napasku bahkan tak beraturan, rasanya sesak dan aku kebingungan untuk mengatakan apa.

"Lepas." Alih-alih menjawab, aku justru berusaha melepaskan tanganku darinya.

OLD MAN : HIS PROPERTYWhere stories live. Discover now