Chapter 18

23.5K 2.8K 1.4K
                                    

Sorry for typo.
Beritahu bila menemukan typo agar langsung aku perbaiki.

****

Valdos's POV

"Aku takkan menunda lagi keberangkatanku. Hari ini aku akan kembali ke São Paulo. Maaf untuk semua yang terjadi di antara kita beberapa hari belakangan ini. Maafkan aku."

"Benar-benar harus hari ini? Tidak bisakah kau menunda satu minggu lagi? Aku masih—"

"Sampaikan salamku pada kedua orang tuamu. Selamat pagi, Carla."

Segera kusimpan ponselku ke saku celana. Satu jam lagi aku akan berangkat, pulang kembali ke São Paulo. Dua minggu sudah aku berada di Boa Vista untuk melakukan survei lokasi pembangunan bisnisku.

Selain melakukan survei, aku juga berlibur bersama mantan kekasihku, Carla Sevarro. Carla merupakan mantanku yang terakhir, terakhir aku menjalin hubungan adalah dengannya, perempuan Brazil dengan kulit eksotis, rambut brown, juga mata yang cantik.

Aku tak berniat menemuinya, namun kedatanganku ke Boa Vista diketahui olehnya karena aku memasang instastory tentang perjalananku. Lima malam lalu Carla menghubungiku, dan kami pun bertemu di sebuah restaurant.

Perbincangan kami berlangsung lama, bahkan sampai pukul sepuluh malam kami mengobrol lalu memutuskan untuk sedikit minum. Pertemuan yang tak kuharapkan itu membuat kami dekat, dan malam itu, kami berdua berakhir di ranjang hotel.

Selama lima hari belakangan aku dan Carla menjadi dekat. Dia bahkan mengundangku makan malam di rumahnya, bertemu kedua orang tuanya yang dulu hampir menjadi mertuaku.

Namun semalam pada pukul satu, aku tak bisa tidur hingga akhirnya bermain ponsel. Tanpa arahan jariku mengetik nama instagram Lily di pencarian, membuka akunnya dan kulihat instastorynya. Dia memasang beberapa video singkat juga beberapa foto tentang semua kegiatannya pada hari itu.

Tiba-tiba aku diserang oleh rasa bersalah. Semenjak bertemu Carla, aku tak pernah lagi meneleponnya untuk sekadar berbincang singkat atau menanyakan kabarnya. Aku melupakan Lily, dan pesan terakhirnya pun belum kubaca—sampai semalam barulah aku membacanya.

Aku memang tidak berbohong, aku ke sini untuk melakukan survei, tetapi aku tak jujur padanya tentang mengapa aku berada lebih lama lagi di sini, menunda kepulanganku ke São Paulo.

Setelah melihat instastorynya semalam, aku pun memutuskan pulang di hari ini. Aku mengingatnya, aku ingin melihatnya, aku rindu pada interaksi kami.

Kala itu aku mengatainya tukang selingkuh, tetapi semalam, aku merasa bahwa akulah yang sudah berselingkuh darinya. Dari Lily yang bahkan bukan siapa-siapaku, bukan kekasihku ataupun calon istriku.

Aku merasa telah menyelingkuhinya, dan aku gelisah.

"Satu jam lagi aku akan berangkat. Saat kau pulang dari kampus nanti aku sudah berada di rumah. Maaf baru mengabarimu, belakangan aku sangat sibuk."

Aku mengirim pesan pada Lily. WhatsAppnya aktif, pesanku masuk dan langsung bercentang dua. Kuharap dia tidak menunggu kabarku, itu akan membuatku semakin merasa—

"Tidak. Kau tidak pernah membalas pesanku secepat ini."

"Tidak apa. Hati-hati."

Lily membalas. Aku tertegun membacanya, ini pertama kalinya Lily membalas pesanku dengan cepat. Ini pertama kalinya WhatsApp Lily aktif saat kuhubungi.

Apa dia menunggu kabarku? Apa dia menantikan pesanku? Ini— i-ini terlalu cepat, dia tak pernah secepat ini meresponku.

"Kau ingin oleh-oleh apa? Masih ada 30 menit untuk mencarikanmu oleh-oleh dari Boa Vista."

OLD MAN : HIS PROPERTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang