Ch. 4

60 8 6
                                    

“Apa yang lu lakukan di sini, Sayang?”

Aruni mengangkat kepala, sebuah payung melindunginya dari hujan yang menetes sejak lama. Sebenarnya, itu tidak berpengaruh banyak, karena setidaknya sudah setengah jam dia duduk di bangku ini dan dua puluh menit sejak hujan turun dengan deras. Aruni sudah basah dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Dai…”

Setengah jam yang lalu, Aruni meneleponnya. Gadis itu tak menangis, bahkan suaranya tak bergetar, tapi entah bagaimana Daiva tahu ada yang salah. Jadi dia melemparkan tongkat biliardnya, meminjam paksa mobil temannya, dan pergi begitu saja untuk menemui Aruni.

Jadi inilah yang pertama dia lihat. Seorang gadis, dengan kaos putih polos tipis dan celana jeans berwarna gelap. Duduk di bangku taman memeluk kedua kaki dan menenggelamkan kepala diantara lutut, sementara hujan membasahi rambut gadis itu yang kusut. Itu membuat Daiva gila seketika. Untungnya di mobil pinjaman yang dia kendarai, dia menemukan payung lipat berwarna merah muda.

“Ayo bangun, kita cari tempat kering.” Daiva mengulurkan tangan dan mencengkram lengan Aruni, itu sedingin es, membuat hati Daiva terasa sakit.

“Gue gak bisa gerak, kaki gue kesemutan.”

Daiva memandang gadis itu dengan pasrah. “Pegang ini,” ujarnya menyerahkan gagang payung pada Aruni. Setelah gadis itu menerimanya, dia kemudian berjongkok di depannya. “Ayo naik, biar gue gendong.”

Aruni menatap punggung Daiva yang lebar, senyum tipis perlahan mencul di wajahnya yang kaku karena dingin. Dia kemudian memajukan tubuh dan memeluk leher Daiva dengan satu tangan yang bebas. “Gue berat.”

Daiva melingkarkan tangan di kaki Aruni, memantapkannya sebelum berdiri. “Makanya jangan kebanyakan makan seblak.” Ujarnya asal, kemudian berjalan menuju tempat dia memarkir mobilnya. Itu tidak terlalu jauh, dan sejujurnya Aruni juga tidak seberat itu, jadi hanya memakan waktu singkat sampai mereka berdiri di samping mobil.

Tanpa berkata, Aruni meluncur turun. Kakinya agak kaku karena ditekuk tak bergerak selama setengah jam, tapi tak separah sebelumnya. Jadi tanpa menunggu intruksi Daiva, Aruni sudah mengulurkan tangan membuka mobil.

Daiva mengambil alih kembali payungnya, dan menekan remot untuk membuka kunci mobil, membiarkan Aruni masuk terlebih dahulu sebelum berputar dan masuk di sisi berlawanan. Tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, Daiva membawa mobilnya pergi.

***

STOP!!!!

KAKAK BISA BACA LANJUTAN CERITA INI DI KARYAKARSA YA.
JANGAN LUPA MAMPIR UNTUK MENGIKUTI KISAH KELANJUTAN ARUNI DAN RADEVA...
LUV U UNTUK KAKAK-KAKAK SEMUA!


Best regard,

R. R. Putri



https://karyakarsa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

https://karyakarsa.com/Aymoonlite/wandering-heart-613556

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wandering HeartWhere stories live. Discover now