6

736 164 14
                                    

Pria itu tidak pernah memegang peralatan rumah tangga--sapu, lap pel, kemoceng, vacuum cleaner, tidak ada satu pun yang dia tahu bagaimana cara pakainya. 

Tapi terbukti, saat sedang kepepet, semua bisa dilakukan.

Itu karena dia sudah mempersiapkan segalanya, termasuk mental. 

Kalau pun suatu saat dia ditangkap karena kejahatannya, itu bukan karena polisi mengecek history Google-nya dan menemukan dia mencari hal-hal seperti 'cara membuang mayat' atau 'bagaimana membersihkan sisa darah di karpet'.

Lagi pula cara membersihkan darah di karpet mudah saja; kamu hanya butuh lap pel dan air hangat yang diberi sedikit cuka. Kalau tidak ada cuka, air lemon juga bisa. Tapi dia tidak sesantai itu sampai harus memeras-meras potongan lemon ke dalam ember.

Tidak, dia tidak sesantai itu. 

Dia malah super kepepet dan amat tertekan.

Tidak seperti kelihatannya, menusuk orang sampai mati bukanlah pekerjaan mudah.

Menghunjamkan pisau dalam-dalam ke daging kiloan saja sudah sulit. Apalagi kalau dagingnya masih menempel pada pemiliknya yang masih hidup, yang berontak dan menjerit-jerit. Telapak tangan pria itu masih lecet dan sakit karena gagang pisau yang digenggam kuat-kuat dan dia hunjamkan berkali-kali.

Untungnya, pesta di lantai bawah yang tadinya sopan dan elegan sudah berubah jadi dentum musik elektronik yang memekakkan telinga. Ada DJ dan penari yang sesekali naik ke meja dan melakukan tarian provokatif, yang membuat para tamu menjerit histeris dan tertawa terbahak-bahak.

Tambahan satu jeritan anak manusia yang menemui ajal jadi terasa tidak ada apa-apanya.

Pria itu memang sudah merencanakannnya; mengeksekusi targetnya bertepatan dengan pesta di bawah. 

Lalu setelah itu, yang lain-lain juga berjalan sesuai rencananya; dia memasukkan korbannya ke dalam kantong plastik, lalu ke koper, dan membawanya turun ke mobil. Mayatnya akan menginap semalam dalam mobilnya. Bukan pengaturan yang ideal tapi itu lebih baik daripada menginap semalam bersamanya di dalam kamar ini.

Setelah itu dia akan kembali naik dan membersihkan diri. Mencuci pisau. Membersihkan sisa darah yang muncrat di lantai dan mengenai karpet (untungnya tak banyak).

Lalu setelah semuanya beres, dia sampai pada to do list-nya yang terakhir; memeriksa barang bawaan milik korbannya. 

Dia yakin dia akan bisa menemukannnya, flashdisk yang selama ini membuat hidupnya tak tenang karena isinya yang bisa membuat hidupnya hancur. 

Flashdisk yang selama ini menjadikan dia kesulitan membuat rencana-rencana besar kecuali dia bisa melenyapkannya dengan tangannya sendiri.

Pria itu menarik napas dalam-dalam. Senyum mengembang di wajahnya. Lalu mulai memeriksa tas milik Vania.

Dia hanya perlu menemukan flashdisk itu. Lalu melenyapkannya.

Baru setelah itu, dia akan benar-benar bebas.

***

Sengkarut AsmaraWhere stories live. Discover now