12

899 164 91
                                    

Seperti biasa, kalau sedang bekerja Aishin selalu menggunakan headset di telinganya. Aishin susah berkonsentrasi, dan perhatiannya mudah teralihkan jadi biasanya dia menyetel video di YouTube dengan judul "20 Jam Suara Gerimis" atau "15 Jam Suara Angin di Hutan Bambu."

Aishin tidak suka mendengar musik, tapi kalau sama sekali tidak mendengar apa-apa membuat pikirannya melayang-layang dan sulit diajak bekerja.

Ponsel yang dia taruh di samping papan ketik, layarnya menyala.

Aishin menoleh untuk mengecek notifikasinya.

Pesan baru dari Bapak Kos.

Aishin melirik hasil ketikannya di layar laptop, tinggal beberapa paragraf lagi sebelum selesai. Lalu dia akan membacanya ulang sebelum di-submit ke klien.

Jadi Aishin menaruh kembali ponselnya, memutuskan untuk menunda membaca pesan dari Rangga, sebelum pikirannya buyar.

***

Aishin baru mengecek pesan dari Rangga dua jam kemudian, saat sudah menjelang sore.

Bapak Kos

Aishin, aku mau beli sate buat makan malam, mau request apa? Kambing atau ayam?

Aishin mengernyitkan dahi. Tadi siang dia makan dengan lauk frozen dan setidaknya masih ada satu set lauk pauk bisa untuk makan dua orang yang akan kedaluwarsa dalam waktu dekat.

You

Beli sate buat makan malam?

Tapi masih ada lauk frozen nih, best before-nya besok.

Sayang.

Bapak Kos

Iya, gimana Sayang?

Jempol Aishin yang tengah mengetik lanjutan argumen soal kenapa Rangga sebaiknya tidak membeli sate seketika berhenti, tertegun melihat jawaban aneh Rangga yang sangat asbun dan tidak nyambung dengan penjelasan Aishin sebelumnya.

Aishin masih terheran-heran dengan jawaban Rangga, ketika di depan matanya mendadak kalimat Iya, gimana Sayang? berubah menjadi keterangan:

🚫 This message has been deleted

***

Rangga mematung menatap layar ponselnya.

Tulisan sedang mengetik yang ada di bawah nama Aishin tadinya ada, lalu menghilang....

Aishin tidak menyalakan notif pesan terbaca—semua centang selalu abu-abu, jadi Rangga tidak tahu apakah Aishin membaca pesan tolol yang tadi dia kirimkan... yang barusan dia hapus.

Sembari masih menggenggam ponsel, Rangga meninju angin dengan kesal.

Rasanya Rangga ingin membanting ponselnya ke lantai, atau menjedotkan kepalanya ke dinding. Tapi keduanya merupakan tindakan impulsif yang akan menimbulkan kerepotan yang lebih jauh lagi.

Iya, gimana Sayang?

Kalimat itu masih terngiang di kepalanya dan mungkin akan tetap menghantuinya dalam waktu yang lama. Rangga tertawa kecil sembari  melangkah menuju sofa di ruangannya dan ambruk di sana.

Rangga bersandar di punggung sofa dan mulai tertawa terbahak-bahak.

Rangga tadi sedang membereskan meja saat pesan dari Aishin masuk ke ponselnya. Dia sedang berjalan menuju pintu keluar, hendak pulang, saat membaca pedan dari Aishin--rencana pengamanan Aishin, rapat pengamanan konser beberapa hari lagi, dua rapat permulaan dengan beberapa calon klien--semuanya ada di kepala.

Sengkarut AsmaraWhere stories live. Discover now