40. Kecewa

344 19 3
                                    

Bukannya selesai masalahnya dengan Raisa, kini malah bertambah. Ares merasa dipermainkan. Antara Rere dan Raisa, mana yang berbohong? Setelah keluar dari rumah Raisa, Ares langsung bergegas kembali pulang. Ia ingin menanyakan kebenarannya pada Rere. Kalimat Raisa pun juga terngiang-ngiang, saat wanita itu mengatakan jika semua yang Rere, Serena dan Steven katakan adalah kebohongan. Semua itu dibuat agar Rere dan bayinya mendapat tanggung jawab dari Ares.

Ah, tapi ... benarkah Rere se-licik itu? Ares terus menanyakan hal yang sama berulang kali pada dirinya sendiri. Keraguan yang timbul dalam dirinya ada karena ia juga belum terlalu mengenal Rere. Lagipula, mereka mulai dekat juga baru-baru ini. Sesampainya di rumah, Ares langsung bergegas menemui Rere yang ternyata sedang berada di rumah kaca. Serena dan Steven sudah pergi, Pras mengatakan mereka sudah pergi sejak 5 menit yang lalu.

Tanpa banyak bicara, Ares langsung meletakkan foto yang memang dibawanya di atas meja. Pergerakannya membuat Rere terkejut. “Kapan kak Ares datang?”

“Lalu ... ini apa?” tanya Rere meraih foto yang tergeletak di atas meja. Ia melihatnya dengan seksama. Bahkan setelah melihatnya ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya karena wanita itu adalah dirinya. Sebuah foto yang tidak senonoh dan Rere merasa malu melihatnya.

Siapa yang membuat rekayasa menjijikkan ini? Batin Rere bertanya.

“Kak?” Rere berdiri, ia menatap Ares bertanya. “Kak Ares percaya ini aku?”

“Tanpa kujawab, kamu sudah tau jawabannya, Re,” balas Ares dengan nadanya yang terdengar marah. “Foto itu dengan sangat jelas memperlihatkan dirimu dan entah siapa pria itu.”

Rere menatap Ares tidak percaya, dadanya terasa nyeri. “Bahkan ini bukan aku, seseorang telah merekayasanya.”

“Aku tidak mungkin melakukan hal menjijikan seperti itu, kak.” Lanjut Rere dengan suaranya yang terdengar bergetar.

“Secara tidak langsung kamu menuduh Raisa merekayasa ini.” Ares menatap Rere dengan tajam. “Aku tidak menyangka, wajahmu yang terlihat polos seperti itu ternyata sangatlah licik, Re.”

Ares mencengkram erat lengan Rere, membuat wanita itu merintih sakit. “Akh, kak Ares. Lepaskan, sakit.”

“Aku juga meragukan jika anak yang kamu kandung adalah anakku.” Kalimat Ares kembali menghantam Rere. Ia kecewa. Bagaimana bisa Ares tidak mempercayainya?

Ah, tentu saja. Raisa adalah segalanya bagi pria itu. Apa pun yang dikatakan Raisa, sekalipun itu adalah omong kosong, Ares akan tetap percaya. Siapa dirinya dalam hidup Ares?

“Kak ... setidaknya jika kamu tidak mempercayainya aku, percayalah jika anak yang kukandung adalah anakmu.” Rere sudah tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis. “Apa aku sekotor itu di matamu, sampai-sampai tidak percaya apa yang aku katakan?”

“Kenapa hanya mempercayai apa yang kak Ares lihat daripada yang kakak dengar. Ini benar-benar menyakitiku.”

Ares menghempaskan tubuh Rere, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang. Untung saja ada meja di belakangnya sehingga Rere tidak terjatuh.

Rere benar-benar terkejut dengan perlakuan kasar Ares yang dilakukan kepadanya. “Kak .....”

“Aku sudah tidak sudi mengakui bayi itu adalah anakku! Gugurkan saja atau lakukan apa pun agar dia tidak terlahir di dunia.” Kalimat Ares sukses membuat Rere semakin kecewa dan merasakan sakit di hatinya. Ia langsung memegang perutnya yang sudah membuncit, menggelengkan kepalanya, menolak kalimat Ares.

Bagaimana bisa Ares mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya? Bahkan Rere bisa memastikan jika bayi yang ada di dalam kandungannya mendengar semua apa yang Ares katakan barusan.

“Kumohon percayalah padaku, kak. Sungguh ... itu bukan aku! Dan bayi yang kukandung adalah anakmu,” ujar Rere berusaha untuk menjelaskan. Meskipun ia tau itu akan sia-sia. “Kak Ares tau, dia pasti sedih mendengarnya jika kak Ares tidak mengakui keberadaannya.” Lanjut Rere sembari mengusap perutnya.

Ares merasa nada yang tersirat kecewa dari kalimat Rere. Ia juga ingin mempercayai wanita itu. Melihat sorot matanya dengan seksama yang tidak memancarkan kebohongan. Namun, di sisi lain Ares yang masih dikuasai amarah tidak ingin mempercayai semua penjelasan Rere. Apa yang ia yakini akan kebenarannya itu adalah kenyataannya.

Ares sedikit mendorong tubuh Rere hingga membuat wanita itu terduduk di meja. Ia sedikit menunduk, menatap Rere dengan tajam. “Kamu ... benar-benar memuakkan, Re.”

Setelah mengatakan itu, Ares langsung pergi meninggalkan Rere yang terdiam di tempatnya. Wanita itu menangis tanpa suara, merasakan sesak yang teramat sakit di dadanya.

💐

Satu minggu berlalu sejak kejadian di mana Ares menuduhnya melakukan hal menjijikan dengan seorang pria. Rere memang tidak asing dengan wajah pria di foto itu, karena memang beberapa kali selalu datang ke toko bunga. Pria itu bernama Jay, selalu rutin membeli bunga satu minggu sekali untuk diberikan kepada mendiang istrinya yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Lagipula Jay juga masih mencintai istrinya, pria itu juga sudah tau jika Rere memiliki suami.

Rere juga ingin meminta tolong pada Jay untuk ikut menjelaskan foto itu kepada Ares, tapi sayangnya pria itu sedang berada di luar negeri dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan. Benar-benar membuat Rere frustasi.

Serena dan Steven belum mengetahui tentang hal ini. Rere juga tidak berniat memberitahu, karena lebih baik begitu. Ia hanya tidak ingin, Ares semakin marah dan lebih mempercayai Raisa karena mungkin merasa dirinya meminta pembelaan dari Serena dan Steven. Ya, Rere akan mengatasinya sendiri.

“Kak Ares tidak sarapan?” tanya Rere pada Ares yang terlihat akan langsung berangkat ke kantor tanpa sarapan terlebih dulu.

Ares mengabaikan perkataan Rere, tapi wanita itu tidak tinggal diam. “Setidaknya jika kak Ares marah padaku, jangan merugikan diri kakak sendiri.”

“Sarapanlah, meskipun sedikit saja.”

“Berhenti peduli padaku, Re.” Ares menatap Rere dengan tajam, memberi peringatan pada wanita itu.

“Kak Ares boleh diam padaku, tapi kumohon sarapan meskipun sedikit.”

“Re, berhenti. Sudah cukup kamu peduli padaku,” ujar Ares. “Entah pedulimu itu benar-benar peduli atau hanya pura-pura.”

Rere menggelengkan kepalanya. Cukup satu minggu ia membiarkan Ares pergi ke kantor tanpa sarapan. “Aku nggak mau berhenti sebelum kak Ares sarapan terlebih dulu.”

“Aku beneran peduli sama kak Ares.” Lanjut Rere dengan pelan.

Ares menghembuskan napasnya kasar, menatap Rere dengan tajam. “Cukup!” ujarnya membentak membuat Rere terkejut.

“Urusi saja dirimu sendiri dan anak yang ada di kandunganmu itu.” Lanjut Ares dengan tegas, tapi terdengar begitu menusuk di hati Rere.

Kalimat Ares yang menyakitkan membuat Rere diam. Ia tidak lagi menahan Ares dan membiarkan pria itu pergi. Ares benar-benar masih marah padanya. Lagi, Rere kembali menangis dalam keheningan untuk kesekian kalinya. Ia merasa tidak mengenal Ares yang sekarang. Sedingin dan setidak peduli Ares, pria itu tidak akan mengeluarkan kalimat-kalimat yang menyakitkan.






















*****

btw, cerita Ares dan Rere sudah ending di KaryaKarsa dan beberapa platform lainnya (KBM App dan GoodNovel) ya! kalian bisa baca secara ekslusif di sana dengan username: thxyousomatcha

oiya, selain itu juga tersedia versi PDF secara lengkap dengan harga 55.000 dan akan mendapatkan free salah satu pdf cerita by thxyousomatcha lainnya (bebas pilih)! Jadi, hanya dengan 55.000 sudah mendapatkan 2 pdf!

untuk pemesanan bisa langsung hubungi nomor WA ini: 089667748603

jumlah keseluruhan cerita Ares dan Rere ada 60 BAB dan 4 ekstra part yang nggak akan diupload di wattpad dan hanya bisa dinikmati secara ekslusif ya.

thx u!

Beautiful Heart (On Going) Where stories live. Discover now