Chapter 01.

74.7K 4.7K 100
                                    

Hai, balik lagi bareng aku, Habib. Seperti biasa, aku buat cerita bergenre cerita fantasi-transmigrasi. Enjoyy on this story, Readers.

(Bengkulu, 21 Maret 2024)

Cahaya matahari menyinari mata seorang perempuan yang sedang tertutup rapat. Karena terganggu, sepasang kelopak yang menutupi mata itu perlahan terbuka, menampilkan netra biru terang yang terlihat menenangkan.

Perempuan dengan ciri fisik berambut perak tersebut mendudukkan tubuhnya seraya menyentuh kepalanya menggunakan tangan kanan. Bola mata indah itu perlahan bergerak menyusuri area sekeliling. Tanpa sadar, dahinya mengernyit bingung kala menyadari bahwa saat ini dirinya berada di tempat yang terlihat sangat asing.

"Aku di mana?" Perempuan bernama lengkap Alera Aleondra itu bermonolog. "Kenapa aku berada di sini?" lanjutnya mencoba mengingat penyebab yang membuat ia berada di tempat ini.

Namun, sekuat apapun ia mencoba, Alera sama sekali tidak bisa mengingat apa yang menyebabkan ia berada di sini. Justru ingatan-ingatan asing mulai menyeruak memenuhi kepalanya membuat Alera mencengkram rambut peraknya kian erat, sebagai bentuk pelampiasan rasa sakit yang ia rasakan.

Beberapa saat kemudian, rasa sakit itu perlahan menghilang membuat Alera mendesah lega. Dari ingatan asing yang muncul di kepalanya, perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi.

Secara singkat, jiwanya masuk ke tubuh orang lain yang berada di zaman masa lalu, tepatnya pada zaman kuno di mana kasta masih sangat dilihat.

Awalnya identitas dari jiwa yang saat ini menempati tubuh Alera Aleondra adalah Alera Ananta. Ia berasal dari zaman modern dengan usia yang sama, yaitu dua puluh tujuh tahun. Alera sendiri sama sekali tidak mengetahui apa yang menyebabkan ia bisa berada ditempat ini.

Entah sebuah keberuntungan atau kesialan, Alera di zaman ini telah memiliki seorang suami, berbeda dengan Alera di zaman modern yang masih perawan alias belum menikah.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, Alera yang pada dasarnya seorang anak yatim piatu ingin fokus bekerja untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Ia ingin membalas kebaikan ibu panti yang telah merawatnya sedari bayi dengan cara menjadi kaya raya kemudian membiayai panti tersebut.

Namun sayangnya, selama lima tahun ia bekerja sebagai seorang pegawai kantoran, Alera belum berhasil mewujudkan keinginannya. Sekarang, ia justru terbangun di tempat yang serba asing, membuat Alera hanya bisa menghela napas pasrah.

Ia perlahan bangkit, menapakkan kaki di lantai yang terbuat dari papan kayu. Bola mata indah itu berputar memperhatikan keadaan sekeliling yang terlihat sederhana. Rumah yang ia tempati itu masih menggunakan diding yang terbuat dari papan kayu dengan atap terbuat dari daun rumbia. Selain itu, rumah sederhana ini tampak kotor pertanda belum dibersihkan membuat Alera berdecak pelan.

Tampaknya selain tak punya hati, pemilik tubuh yang Alera tempati ini juga sangat malas. Padahal rumah ini tidak lebih besar dari kosan yang ia tinggali ketika masih menjadi seorang mahasiswi. Jika dihitung, ukuran rumah itu sekitar empat kali delapan meter. Rumah itu diisi dengan satu kamar tidur dan satu lagi ruangan yang berfungsi sebagai tempat memasak.

Ya, hanya dua ruangan.

Bahkan untuk membersihkan tubuh dan buang air, penghuni rumah ini hanya menggunakan sungai.

Alera meregangkan tangannya, karena tidak tahan melihat kekacauan ini, perempuan berambut perak itu akhirnya mengambil sapu lidi yang ada di dekatnya kemudian mulai membersihkan rumah itu.

Farmer's Wife (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang