03.

3.9K 402 9
                                    



Bagaimanapun, setelah semua perbincangan usai dan negosiasi mereka mencapai kata sepakat, Kaisar kemudian menjelaskan kepada Archduke bagaimana mereka akan membuat anak itu.

"Kau yakin menginginkan anak untuk mewarisi Archduke juga?" Kaisar masih penasaran dengan alasan Archduke mengajukan syarat bahwa Kaisar harus melahirkan penerus juga untuk Dukedom. Masalahnya, bukankah Archduke selama ini dikenal sebagai orang yang hanya peduli pada bisnis dan uang saja? Dia sama sekali tidak tertarik untuk bercinta atau apapun. Beberapa orang bahkan berpendapat kalau dia impoten atau semacamnya.

"Tentu saja. Lagipula saya juga tidak punya waktu menikah dan punya anak. Saya sibuk, tapi Dukedom butuh penerus." jelasnya. Sekilas nadanya terdengar dingin, tapi Kaisar sendiri memahami bahwa Archduke tidak pernah main-main jika itu menyangkut kesepakatan. Dia selalu terlihat fokus pada keuntungan yang dia dapat.

"Baiklah, tapi apakah benar anda impoten?"

"Apa?" Kini Archduke memicingkan mata tajamnya kearah Kaisar yang tampak penasaran. Kaisar bahkan terlihat seperti tidak menyadari jikalau Archduke merasa tersinggung dengan pertanyaan itu. "Tidak. Saya itu sehat. Sangat sehat. Impoten? Tidak masuk akal!"

"Yasudah kalau tidak. Kenapa kesal begitu?" tanya Kaisar dengan santainya, sembari menyesap teh hangatnya dengan khidmat.

"Yang Mulia," Archduke kini berdiri dengan wajah kesal dan menahan amarah. Sepertinya dia benar-benar sangat sensitif pada topik impoten ini. "Bagaimana, fuh, bagaimana cara melakukannya?"

"Oh... Kenapa kau terlihat tergesa-gesa begitu?"

"Tentu saja saya harus membuktikan pada anda kalau saya tidak impoten." Archduke mengurung Kaisar dengan cara menaruh kedua lengannya di kedua belah sisi kursi kayu yang didudukinya, "Bagaimana caranya?"

Kaisar tidak tahu mengapa saat Archduke menatapnya dengan mata serius dan penuh kesungguhan itu,

Dia,

Merasa sedikit gugup.

"Seks. Kita akan melakukan seks."


***

Kaisar hanya terduduk diatas kasur kingsize itu dengan tatapan kosong. Setelah mengatakan pada Archduke kalau mereka harus seks, Archduke terlihat bersemangat. Menilik bagaimana  ia melakukan perenggangan otot dan berolahraga sebelum memasuki sesi seks mereka yang panas.

"Apa kau sedang berada di arena tarung? Untuk apa melakukan push-up?" tanya Kaisar, dengan nada bingung dan kesal.

"Saya harus mempersiapkan otot kaki saya."

"Apa maksud— hei!"

Archduke tersenyum sinis seraya melakukan lari-lari kecil ditempat dengan keringat bercucuran didahinya, "Kenapa anda terlihat gelisah, yang mulia? Takut?"

"Omong kosong."

"Akuilah saja." Arhduke tertawa meremehkan. "Sedari tadi anda terlihat seperti anak kucing yang takut diterkam."

"Kau mau diseret ke penjara atas tuduhan penghinaan terhadap Kaisar?"

"Wah, reaksi yang keras. Ternyata anda sangat gugup, ya." Archduke akhirnya berhenti melakukan pemanasannya itu dan berjalan kearah meja di kamar besar itu untuk meminum air. "Saya masih sangat pemula. Anda akan jadi pertama yang akan saya setubuhi. Saya tidak sabar."

Marry The EmperorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang