KE-DUABELAS

9 4 5
                                    

Arana meringis saat ia menyentuh bagian telapak tangannya yang tanpa sengaja tergores kaca jendela, memang jendela bagian kamarnya itu sedang rusak jadi jika Arana akan membuka jendela ia harus bersusah payah menurunkan kaca tersebut dan kembali memasangnya saat malam datang.

Arana melihat pada langit diluar kamar, gelap yang bukan menandakan malam akan tiba, tapi kali ini gelap yang bersama dengan mendung dimana hujan dipastikan akan turun setelahnya. Arana menghembuskan nafas, sudah sejak tadi ia menunggu Husein. Laki-laki itu bilang akan datang ke kos dan melihatnya, tapi sampai saat ini pun tidak ada tanda-tanda bahwa laki-laki itu sampai, bahkan notifikasi di handphone Arana sama sekali tidak terlihat dari lelaki itu.

"Apa aku kembali dibohongi sama laki-laki gini." gumam Arana memasang wajah kesalnya.

Tanpa mau banyak memikirkan tentang laki-laki yang hanya akan membuatnya pusing lalu kecewa. Arana kemudian mengambil kotak obat dan mulai mengobati tangannya. Sebenarnya Arana sudah berencana bahwa nanti yang mengobati dan memanjakan dirinya adalah Husein, tapi harapan hanya tinggal angan. Terkadang berharap dengan sesama manusia itu hal yang bodoh.

"Rana..!" suara seseorang dari arah pintu kamarnya membuat Arana terkaget-kaget dan kembali meringis saat tangannya yang lain menyentuh kuat bagian tangan yang luka.

"Siapa?" tanya Arana waspada. Dia bahkan masih trauma jika itu adalah Syarif.

"Ini aku, Husein."

Setelah mengetahui bahwa pemilik suara itu adalah calon gebetannya, maka langsung saja Arana membuka pintu kamarnya dan mengajak Husein masuk.

"Kenapa lama sekali?" ujar Arana yang langsung bertanya.

"Maaf, aku menyelesaikan dulu pekerjaan karena tadi bahan banyak yang datang jadi aku muat bahan dulu untuk pekerjaan besok. Maaf jika aku telat." Husein tersenyum simpul lalu mengangkat plastik yang ada ditangannya. Berharap jika perempuan bertaring didepannya itu bisa ditenangkan dengan sogokan makanan yang ia bawa.

"Kamu kan bisa chat aku. Aku jadi menunggu. Kau harus tahu, aku itu tidak suka menunggu. Kalau tidak jadi bilang saja tidak jadi, jangan iya nanti iya nanti." omel Arana namun tangannya yang tidak tinggal diam langsung mengambil plastik ditangan Husein.

Husein yang melihat hal itu hanya terkekeh dan sepertinya gemas dengan tingkah Arana, rasanya ingin mencolek dan mencelup lalu diputar dan dibilas.

"Kenapa kau ketawa-ketawa sendiri. Aku tau banyak makhluk gaib di kos ini tapi kalau kamu sampai kemasukan, jangan menyesal kalau aku tendang keluar." heran Arana dengan melihat pada Husein.

Husein hanya berdehem lalu ikut duduk bersama Arana. Perempuan itu sudah menyiapkan piring didepan mereka, ia membuka bungkusan yang dibawa Husein dan menuangkan siomay tersebut ke dalam piring.

"Ini siomay yang mana?" tanya Arana sambil mengunyah siomay dalam mulutnya.

"Hmm. Telan dulu makanannya baru ngomong. Ini aku beli yang di pinggir jalan biasa gitu. Kenapa? Apa tidak enak." Husein melihat pada Arana yang dimana perempuan tersebut masih tetap memasukan siomay kedalam mulutnya itu.

Arana hanya menganggukkan kepalanya, kemudian ia melepaskan sendok ditangannya dan melihat pada Husein. Husein yang ditatap dengan intens seperti itu lantas mengangkat sebelah alisnya dengan bingung, jangan-jangan malah Arana yang kemasukan.

"Apasih?" Husein mengusap wajahnya, takut jika Arana melihat sesuatu pada bagian wajahnya itu.

"Husein."

"Iya."

"Aku suka sama kamu."

"Hah, uhuk uhuk..!"

Arana dengan gesit memberikan gelas yang berisi air putih kepada Husein. Laki-laki itu langsung meminumnya sampai tandas. Beberapa saat keduanya saling berpandangan tanpa interaksi baik dari salah satunya akan memulai kata.

A JOURNEY OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang