64 - 28 JANUARI

28.9K 1.2K 186
                                    

Assalamu'alaikum

Awali dengan

bismillahirrahmanirrahim

HAPPY READING

****

Suasana masih begitu panas, keringat bercucuran dari siapa pun. Mereka tengah menantikan baby boys lahir. Ziva masih berjuang keras, ditemani Gus Agam.

"Ayo terus Ning. Terus!" pintah sang bidan.

Ziva sedikit mendengus kesal mendengar nada perintah yang terucap dari dokternya itu. "Sabar napa dah, susah nih. Dipikir ngeluarin e ek kali," ocehnya.

Gus Agam terkikik mendengar prilaku Ziva ini. "Huss. Ga boleh gitu, tidak sopan!!"

"Mas diem. Ziva gak konsen nih!!"
Gus Agam memilih diam merasakan sakit saat Ziva terus mencengkram dan mengigit tangannya. Bahkan menarik rambutnya secara brutalnya.

Namun, perjuangan itu akhirnya membuahkan hasil, bayi itu akhirnya keluar. Terdengar suara tangisan yang cukup nyaring dari bayi.

"Alhamdulillah, " ujar semuanya.

Ziva sendiri masih bertarung dengan deru nafasnya itu, keringat masih bercucuran dari Ziva, dadanya naik turun dengan cepat karena pernafasan yang tak teratur itu.

"Wahh Masya Allah bayinya tampan, aktif lagi," ujar sang bidan.

Sorot mata Gus Agam benar-benar sudah berbinar-binar mantap kearah anak semata wayangnya itu.

"Agam, adzan kan sekarang!" pintah umi Aisyah.

Tanpa ragu, Gus Agam lekas berjalan kearah sang bayi yang tengah menangis itu. Dengan penuh rasa terharu, bahkan air matanya sudah mulai berjatuhan. Gus Agam pun mulai mengumandangkan adzan untuk sang bayi.

Sungguh merdu lantunan adzan itu. Siapa pun yang mendengar benar-benar terhipnotis olehnya. Bahkan bayi itu seketika terdiam ketika mendengar adzan yang Gus Agam kumandangkan. Ziva yang memperhatikan momen itu menangis haru, dirinya tak menyangka akan melihat momen ini.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Gus Agam selesai mengadzankan putranya. Setelah itu Gus Agam lekas berbalik menoleh kearah Ziva. Gus Agam tersenyum memandangi sang istri. Gus Agam berjalan mendekati Ziva, dirinya mengecup singkat dahi sang istri. "Makasih."

Ziva membalas senyuman itu, walau dirinya masih terlihat kesusahan mengatur nafasnya. " Habis ini kita rawat sama-sama loh!! Kita ajak dia ketaman bermain, terus main boneka beruang sama-sama. Terus makan sate sama-sama. Resepsi pernikahannya juga jangan lupa," jelas Ziva.

Gus Agam tersenyum mendengarnya. Dirinya lekas membelai pucuk kepala sang istri yang terbalut hijab itu. " Iya Huamirahku, iya kita rawat sama sama," balas Gus Agam.

Tidak hanya Gus Agam dan Ziva yang turut merasakan kebahagiaan. Melainkan semua orang yang sudah menunggu lama disana.

Tak berselang lama, adzan dzuhur berkumandang. Semuanya terdiam beberapa menit mendengarkan suara adzan. Ketika adzan selesai, Gus Agam izin berpamitan untuk shalat di masjid terdekat rumah sakit.

"Mas shalat dulu ya, kamu yang tenang disini," Gus Agam membelai pucuk kepala Ziva, dengan sesekali menciumnya.

"Iya mas, gih shalat. Sehabis shalat kesini ya, jangan mampir-mampir!!"
Gus Agam tersenyum kearah sang istri. Dirinya lekas mengangguk paham tentang hal itu. Sebelum pergi, Gus Agam menyerahkan boneka beruang itu kepada Ziva.

"Mas shalat dulu, nah ini tady bear akan nemenin Ziva dulu."
Ziva lekas meraih boneka, lalu membalasnya dengan senyuman manis. "Siap komandan. Hati-hati."
"Iya sayang."

istri mungil nya Gus Agam (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now