Pertemuan, Lagi

492 70 6
                                    

" Udah lama?"

Arkenzee menggeleng," Belum ada lima menit, ini gapapa kan ya saya jemput? Suami kamu ngga marah kan?" was wasnya

Ashel terkekeh kecil," Ngga akan marah, aman" jawabnya

Arkenzee mengangguk paham, netranya kini beralih pada anak kecil yang semalam ia bopong untuk ditidurkan itu, anak kecil itu nampak tak nyaman dengannya. Ia jongkokkan dirinya didepan anak itu," Halo, namanya siapa cantik?" tanyanya mengakrabinya

Anak kecil itu enggan menjawab, tubuh mungilnya itu malah ia sembunyikan pada kaki jenjang milik ibunya disana.

" Sayang, om ini baik, tadi malem nolongin mama sama michie, gih kenalin dulu sama om" bujuknya

Perlahan tubuh mungil itu keluar dari persembunyiannya tadi, ia tawarkan tangan kecilnya itu pada Zee untuk dijabat," Nama aku michie om" ucapnya lirih

Zee terkekeh kecil, ia terima jabatan tangan dari anak kecil didepannya itu dengan senang hati," Nama om, Zee" sahutnya

" Om itu susu?" tanyanya

Arkenzee mengernyitkan keningnya," Kenapa om susu? Om kan sama kayak Michie, manusia namanya" tanya Zee tak paham

Anak itu mendongak ke arah sang ibu," Susunya om arkan kemarin kan namanya zee ya kan ma? Om arkan yang bilang" ucapnya pada Ashel

Arkenzee dan Ashel tertawa disana, ia tau sekarang apa yang dimaksud oleh anak kecil empat tahun itu," Ada ada aja kamu ini ya, yuk berangkat sekarang, mau om gendong?" tawarnya

" Gendong atas ya om!" pinta anak kecil itu

Zee tepuk bahunya disana, memberi interupsi pada Michie agar segera naik disana," Ayo naik, tapi pegangan kepala om oke? Biar ngga jatuh" ucapnya

Anak kecil itu menurut, ia mulai menduduki bahu kokok milik Zee disana dengan bantuan sang ibu," Ini bakalan aman kok, mba. Santai aja, mba kunci dulu rumahnya, saya tunggu di mobil ya" ucap Zee pada Ashel

Ashel mengangguk disana, melangkahkan kakinya untuk menutup beberapa pintu disana dan menguncinya, mengingat ia akan pulang sedikit sore nantinya.

Menjadi orangtua tunggal tidaklah mudah untuknya, apalagi diusianya yang masih terbilang cukup muda ini. Harusnya ia masih duduk di bangku perkuliahan dengan teman temannya, harusnya ia masih menghabiskan waktu mudanya ini dengan semua hal yang belum pernah ia coba. Ia gagal, ia gagal menjadi anak yang baik untuk orangtuanya, ia gagal menjadi kakak yang menjadi panutan adiknya, ia gagal dalam hal apapun. Harusnya ia dulu tak lakukan hal itu dengan laki laki  ter brengsek yang pernah ia temui itu, harusnya ia tak terayu godaan laki laki itu, harusnya ia patuhi titah sang ibu untuk tidak keluar pada malam itu. Perandaian yang mungkin sampai saat ini dan seterusnya akan Ashel ingat.

Helaan nafasnya ia buang disana, di depan gerbang rumahnya yang menjulang tinggi. Segera ia langkahkan kakinya menuju mobil putih milik laki laki yang menolongnya tadi malam, anak kecil di kursi kemudi itu terus memanggil dirinya.

" Mama lama, michie pengen cepet cepet lihat meng di tempat temannya om ini" ucapnya pada Ashel

Ashel mengulum senyumnya disana," Om ini punya nama ya, sayang. Coba manggilnya yang bener" nasihatnya lirih

Anak kecil itu menunduk, memainkan boneka yang ada di dekapannya itu dengan ragu," Maaf ya om Zee" ucap anak kecil itu lirih

Zee usap kepala anak itu pelan," Gapapa, sayang. Kita berangkat sekarang?" ajaknya dengan antusias

" GOO OM!"

°°•°°

Sarapan kali ini nampak berbeda dari hari hari sebelumnya bagi ia, ia Angelina Christy yang dalam masa terburuknya untuk satu minggu ke depan. Gagal sudah rencananya untuk menghindari sarapan pagi kali ini tatkala sang kekasih menelponnya tadi pagi. Kekasihnya itu mengabarinya untuk membatalkan janji karena kekasihnya itu akan mengantar seseorang yang ditolong tadi malam. Ingin sekali ia melarang kekasihnya itu pergi, namun ia rasa ia tak punya hak sebegitu jauhnya pada sosok gitaris band itu.

DI ANTARA KEBIMBANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang