weak heroine - 01

326 45 4
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran,  dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Rutinitas Seoyeon itu cuman satu. Belajar. Dia tidak terlalu punya minat untuk melakukan hal lain. Belajar, baginya adalah suatu keharusan. Menjadi pecundang bodoh itu merepotkan, apalagi bagi orang yang tinggal di area Yeongdeungpo dimana segala bentuk penindasan bisa terjadi.

Bagi Seoyeon, memiliki otak cerdik itu lebih berguna ketimbang pandai berkelahi. Dia punya pemikiran yang cukup berbanding terbalik dari saudaranya.

"Sial, aku tidak mengerti." Helaan napas berat terdengar bersamaan dengan punggung yang jatuh bersandar pasrah ke sandaran kursi. Seoyeon, menyugar rambut panjanganya dengan tampang lelah. "Akan kutanyakan pada Bu Lee Jiyeon besok." Kemudian dia menutup buku.

Suara pintu yang dibuka mengambil alih perhatian Seoyeon, membuatnya beranjak dari meja belajar dan pergi melihat keluar kamar.

Seorang laki-laki baru saja masuk. Penampilannya cukup mencolok. Blazer merah dengan kaca mata dan plester luka dibagian bawah dagu dan pangkal leher. Manik dibalik kaca mata itu memandang ke arah Seoyeon, tampak culas, dagunya terangkat tinggi dengan sombongnya.

"Anak SMA ngapain aja sampai pulang selarut ini?" cetus Seoyeon, jelas dengan intonasi menyindir. Dia bersedekap dada. Mengawasi saudaranya.

"1...2...3"

Mata Seoyeon menyipit saat dia mengawasi saudaranya dan tatapan yang anak laki-laki itu layangkan ke arahnya.

"Apa, bangsat? Kau mau pukul aku?" cetus Seoyeon sengsi, tiba-tiba teringat rumor mengenai saudranya tentang arti bertatapan selama tiga detik. Itu membuat Seoyeon mencibir saat dia menyaksikan cowok itu berlalu melewatinya begitu saja.

Tidak mau memperpanjang interaksi yang tidak berguna dengan saudaranya, seoyeon mundur dan kembali masuk ke dalam kamarnya. mendekam hingga pagi tiba dan bersiap memulai aktivitasnya sebagai murid di SMA Perempuan Seoyi

Sementara itu, ketika Seoyeon keluar dari kamarnya dan pergi untuk menyiapkan sarapan untuk dirnya sendiri, saudaranya sudah duduk di meja makan dan tengah melahap roti lapis buatannya sendiri. anak laki-laki itu melirik Seoyeon sekilas, tidak berkata apa pun dan kembali menyibukan diri dengan ponsel yang entah berisi apa saja.

Geum Seongjae. Saudara laki-laki Seoyeon. bisa dikatakan mereka kembar namun tidak identik. Saking tidak identiknya, sifat dan karakter mereka bahkan berbeda 180 derajat. Seperti yang Seoyeon bilang, jika Seoyeon lebih mementingkan otak dan nilai, Seongjae justru sebaliknya. alih-alih mencoba menjadi murid berprestasi untuk mencapai hierarki di sekolah, Seongjae menggunakan kemampuan berkelahinya untuk mencapai posisi teratas di sekolahnya sendiri.

Julukan sebagai orang nomor 1 Ganghak sudah menjadi nama belakang Geum Seongjae. Seoyeon bukannya tidak tahu kalau saudaranya tersebut merupakan salah satu orang paling terkenal di sluruh area Yeongdeungpo. Sebenarnya, Seoyeon bertanya-tanya, semenakutkan apa Seongjae bagi orang-orang diluar sana? sebab di rumah, kerjaan anak laki-laki itu hanya menonton film sembari berleha-leha di sofa.

Selain saat sekolah dasar, Seoyeon tidak pernah lagi satu sekolah dengan Seongjae, sebab, saking seringnya anak itu berkelahi di sekolah, Seoyeon sebagai saudarinya terkadang menanggung pembalasan dari musuh-musuhnya. Jadi, semenjak SMP hingga SMA, Seoyeon memilih masuk ke sekolah yang berbeda dan tidak pernah menyinggung siapa saudara kembarnya meskipun teman-temannya tahu dia punya saudara kembar.

Anak-anak di sekolahnya mengenal Geum Seongjae, Seoyeon terkadang mendengar berita tentang apa yang terjadi di lingkungan para berandal, namun tidak pernah mau peduli atau ikut campur. setidaknya sampai dia terlibat suatu masalah.

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Onde histórias criam vida. Descubra agora