weak heroine - 03

155 31 4
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Kelas sedang rehat selama 10 menit ke depan. Beberapa anak memilih keluar sementara yang terisisa tinggal dalam kelas. Seoyeon adalah salah satu yang tetap duduk di kursinya. Selepas mengikuti pelajaran bersama guru les tadi, pikirannya benar-benar fokus pada pelajaran, lupa bahwa dia seharusnya khawatir soal rumor yang mengaitakan dirinya dengan berandal Yuseon.

Situasi kelas saat itu cukup tenang, karena hanya anak-anak yang tengah belajar mandiri yang menempati kelas. Namun, situasi dalam sekejap berubah kala beberapa orang masuk dan mulai menyeret beberapa anak berseragam Eunjang.

Tiga anak Eunjang yang tampak ketakutan diseret ke depan kelas, tepat di dekat pintu keluar. Mereka berjejer, berdiri dengan tubuh agak gemetar dan ekspresi yang jelas sekali takutnya. Apalagi saat seorang laki-laki bertubuh gempal dan berwajah garang maju ke hadapan mereka dan mulai mengintimidasi.

"Hei, diantara kalian, ada yang tahu bajingan bernama Yeon Sieun?"

Tiga anak Eunjang itu saling pandang, sebelum menyahut dengan ragu-ragu, "ah, aku tahu sih. Tapi cuman tahu nama."

"Aku juga, tidak tahu orangnya yang mana."

Jawaban itu justru mengundang kemarahan si cowok gempal.

Seoyeon mengawasi dari tempat duduknya, dengan perasaan agak jengkel karena seorang yang bukan murid Hero Academy sedang membuat keributan di tempat les yang suci. Seoyeon tidak bisa menerimanya, rasanya seperti diremehkan. Cowok itu mengira bahwa anak-anak yang gemar belajar seperti mereka itu cupu, pengecut dan tidak pandai berkelahi, jadi mudah untuk mengintimidasi dan bersikap sok jagoan dihadapan mereka. Sepenilaian Seoyeon, cowok gempal itu, seperti deskripsi berandal yang baru saja Seoyeon sebutkan.

Seorang anak laki-laki yang takut dan ragu-ragu datang menyela. Dengan suara yang agak gemetar dia berbicara, "anu...apa...aku boleh lewat?" Dia bertanya dengan suara sesopan mungkin. Sementara itu, seisi kelas mengawasi dengan tegang, berpikir apa yang mungkin akan menimpa anak itu.

Si cowok gempal awalnya terdiam, ekspresi wajahnya menjadi datar sebelum dia menanggapi, "ah, lewat saja."

Seoyeon menyipitkan mata curiga atas sikap yang tidak terduga itu. "Tidak mungkin akan dibiarkan lewat begitu saja." Dugaan Seoyeon benar. Matanya melebar tak kala melihat si cowok gempal menendang anak laki-laki itu saat hendak meraih ganggang pintu. Anak laki-laki itu jatuh terjembab dan si cowok gempal menarik rambutnya kasar, memaksa anak laki-laki itu melihatnya. Lalu adegan berikutnya adalah adegan dimana anak laki-laki itu mulai dipukuli dengan brutal sampai-sampai wajahnya babak belur dan berdarah-darah.

"Hei, coba hentikan mereka."

"Aku juga takut, kenapa tidak kau saja."

"Atau kau saja."

"Mana bisa, aku pasti kalah."

Bisik-bisik dari orang-orang di kelas mulai terdengar, saling mendorong agar siapa pun pergi dan menghentikan apa yang dilakukan orang-orang di depan sana. Mereka mengasihani nasib anak laki-laki yang dipukuli itu, tapi tidak ada yang berani untuk maju.

Tangan Seoyeon terkepal, merasa sangat geram. "Tidak bisa dibiarkan..." Seoyeon berpikir dia akan maju dan mengusir cowok gempal itu, meski dia tidak punya keyakinan bahwa tubuhnya yang kecil ini bisa melawan orang berbadan dua kali lipat besar tubuhnya. Namun, baru saja Seoyeon bangkit dari tempat duduknya, sebuah suara mengintrupsi dengan beraninya. Mengusik aksi si cowok gempal di depan kelas.

"Hei, Haiba."

Suaranya dingin dan mengintimidasi, seperti desisan ular yang berbahaya. Seoyeon mencari asal suara itu dan menemukan seorang anak laki-laki pendek dan kurus berjalan tenang melewati deretan meja. Seoyeon tidak yakin apa yang terjadi, dia tertengun saat anak laki-laki itu terus berjalan menuju depan kelas tanpa terlihat sedikitpun rasa takut, memandang lurus cowok gempal yang rupanya namanya adalah Haiba. Seisi kelas menyaksikan tindakanya, khawatir bahwa anak seceking itu akan menjadi mangsa Haiba berikutnya.

"Heecheol, jangan pedulikan. Bajingan itu cuman banci..."

Tidak, ada yang aneh. Ucapan anak laki-laki berambut gondrong di samping Haiba itu tidak tergubris, sebab begitu anak laki-laki ceking dan tampak pucat itu berjalan melewati Haiba, dengan begitu santainya membuka pintu dan keluar dari kelas, Seoyeon tahu bahwa cowok itu bukan sekedar cowok bajingan biasa. Sebab, Haiba terdiam gemetar walau hanya bersinggungan dengannya. Sebab, cowok berbadan gempal yang berwajah garang dan sejak tadi menebar ketakutan pada seisi kelas itu dibuat bungkam hanya oleh satu panggilan nama.

Sementara seisi kelas dibuat kebingungan, tidak ada yang mengerti situasi dan tidak ada yang tahu apa yang barusan telah mereka lewatkan. Seoyeon sendiri, tertengun saat dia jatuh kembali ke atas kursinya, mencoba mencerna kejadian yang berlangsung cepat.

"Siapa cowok itu? Dan orang seperti apa dia?"

Rasa penasaran tumpah ruah. Cowok ceking berwajah pucat itu berhasil mengusik rasa keingin tahuan Seoyeon tentang orang lain yang hanya seukuran kutu. Jika dia bisa membuat orang semengerikan Haiba gemetar ketakutan, maka ada sesuatu yang telah terjadi di antara mereka dan cowok itulah yang memenangkan harga diri milik bajingan brutal seperti Haiba.

"Aku pasti sudah gila." Dia berdecak dan merutuk sepanjang langkahnya keluar dari kelas. Mencari dimana keberadaan cowok pucat yang membuatnya penasaran.

Ini diluar kebiasaannya. Seoyeon tidak pernah sepenasaran ini dengan seseorang. Dia cenderung bersikap abai bahkan pada keluarganya sendiri -Seogjae- tapi kenapa dia penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang cowok pucat yang bahkan terlihat lebih lemah dari gadis seperti dirinya.

"Ah, aku balik kelas lagi saja..." Niat Seoyeon urang ketika tidak sengaja melihat sosok yang dicarinya baru saja keluar dari toilet. Berdecak kecil sesaat, Seoyeon akhirnya melangkah dengan percaya diri menghadang langkah cowok pucat tersebut.

"Hai" sapa Seoyeon ramah. Tapi kecewa saat cowok itu memandangnya heran dan tampak keberatan oleh tindakan menghadang jalannya. Senyum Seoyeon seketika berubah canggung.

"Soal aksimu di kelas tadi. Bagaimana kau membuat si Haiba yang sok brutal itu menciut seperti tikus got?"

"Untuk apa kau bertanya soal itu?"

Seoyeon terkekeh hambar. Bukan tanggapan yang dia harapkan. "Sial, anak ini pintar"

"Aha, hanya tadi itu sangat mengejutkan. Seisi kelas khawatir kalau kau akan kena pukul seperti anak yang tadi. Tapi dugaan kami salah." Entah kata-kata apa lagi yang harus Seoyeon pakai jika dia kembali tidak mendapat jawaban yang diharapkan.

"Itu bukan apa-apa." Dia berlalu melewati Seoyeon yang merutuk, mengasihani dirinya yang tidak pandai mengajak ngobrol orang dengan baik.

"Hei."

Seoyeon berbalik oleh panggilan barusan, dia segera memasang senyum terbaiknya, menyangka cowok itu berubah pikiran dan akan memberitahunya.

"Kau sekelas denganku bukan? Istirahat 10 menitnya hampir berakhir. Guru akan segera masuk. Ayo."

"Ah, dugaanku salah."

Meski kecewa, Seoyeon segera berlari kecil menyusul cowok itu, berjalan berdampingan dengannya menuju kelas.


To Be Continued

A/n

Holla, masih ada yang nungguin cerita ini update nggak? Maaf ya karena kelamaan up.

Jadi gimana pendapat kalian sama chapter baru ini?

Kalo pengen cerita ini tetap dilanjut, bisa komen ya~

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum