weak heroine - 06

76 23 2
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Pertama kali Seongje mengetahui mengenai keterlibatan buruk Seoyeon dengan anak-anak Yuseon, Seongje langsung mencari tahu. Melalui mata-mata yang dia tempatkan di SMA Yuseon untuk memantau segala hal yang terjadi di SMA itu terutama pergerakan Bae Jihoon sialan.

Saat akhirnya dia mengetahui kalau anak-anak yang terlibat dengan Seoyeon hanyalah cecenguk payah tingkat bawah, Seongje merasa legah. Dia tahu, bahwa meski tidak tertarik untuk berkelahi, Seoyoen punya kemampuan beladiri yang memampuni, karena saat masih kecil, Seoyeon yang selalu menempel pada saudara kembarnya selalu mengikuti apa pun yang Seongje lalukan, termasuk latihan bela diri. Meski Seoyeon akhirnya berhenti saat mulai memasuki SMA.

Sejujurnya, saat mendengar Seoyoen mengaku kalau dia sempat dicegat lagi oleh anak Yuseon, Seongje merasa khawatir jika saja Bae Jihoon atau Kang Jeongyeon yang brutal itu yang datang. Jika sudah mereka berdua, Seongje tidak yakin Seoyeon akan bisa selamat. Tapi Bae Jihoon yang harga dirinya tinggi itu tidak mungkin akan turun tangan langsung untuk menghabisi satu cewek saja. Lagi pula, Seongje tahu kalau diam-diam Bae Jihoon sedang merencanakan aksi balas dendam pada Eunjang. Jadi masalah Seoyeon pasti tidak menjadi urusan penting untuknya sekarang.

"Dasar bodoh. Padahal sudah diperingati untuk jangan cari masalah sama orang-orang payah itu."

Dia kemudian melirik punggung saudarinya yang tengah mencuci piring bekas mereka makan sebelumnya.

Meski bersikap cuek dan seolah tidak perduli di hadapan Seoyeon, Seongje tetap seorang kakak yang menghawatirkan adiknya jika terlibat masalah. Maka jika sampai Bae Jihoon benar-benar masih menyuruh anak buahnya mengincar Seoyeon, Seongje akan buat perhitungan pada cowok itu.

"Kalau cecenguk dari Yuseon itu masih menyergapmu, bilang saja padaku--"

"Tidak mau," sela Seoyeon. Dia berbalik untuk menatap Seongje yang berekspresi datar sembari menatapnya juga.

Kedua bersaudara itu saling membagi tatapan dingin.

"Akan kuurus masalahku sendiri. Kau tidak perlu ikut campur." Seoyeon berkata sambil lalu, melewati Seongje yang masih duduk di depan meja pantri.

Seongje menghela napas berat. Dia sudah menduga sebenarnya kalau Seoyeon tidak akan mungkin minta bantuannya. Sejak awal saat cewek ini menyembunyikan masalah darinya, Seoyeon sudah menetapkan diri untuk menyelesaikannya tanpa melibatkan Seongje. Dia tahu alasannya, alasan kenapa Seoyeon tidak ingin orang tahu kalau mereka bersaudara.

"Oke kalau begitu." Seongje bangkit berdiri. Dia meraih blazer merahnya yang tersampir di kursi dan mengenakannya kembali. Seoyeon yang melihatnya langsung paham bahwa Seongje hanya mampir dan akan segera pergi lagi.

"Sebenarnya apa yang sering kau lakukan sampai-sampai jarang sekali pulang ke rumah? Sejak masuk organisasi berandal sialan itu kau juga jadi tambah menyebalkan. Aku tidak bilang pada Ayah dan Ibu karena aku pasti bakal kena juga---" Seoyeon seketika terdiam saat Seongje menatapnya tepat. Bukan tatapan congkak seperti biasanya, tapi tatapan kosong dengan ekspresi yang terlihat lelah.

"Tunggu saja. Hanya sebentar lagi. Aku masih mencari cela."

Seoyeon tidak mendengar apa-apa lagi setelah Seongje pergi dan terdengar pintu depan tertutup. Dia tidak mengerti apa maksud dari perkataan saudaranya itu, tapi terlihat jelas bahwa cowok itu sedang merencanakan sesuatu.

•••

"Sial, gara-gara terlalu banyak memikirkan soal berandalan nggak ada guanaya itu. Nilaiku sampai hancur begini."

Sepanjang langkahnya menuju kelas, Seoyeon terus menggerutu dalam bantinya, mengeluhkan soal nilainya yang turun drastis. Ekspresinya yang keruh saat ini, jika di lihat orang lain, mereka akan langsung tahu kalau dia sedang banyak pikiran.

Sampai saat Seoyeon tiba di kelas tempat lesnya. Indra pendengarannya langsung diserbu oleh percakapan anak-anak cowok yang sedang ngobrol dan berkumpul di meja dekat pintu masuk.

"Aku sudah periksa daftar murid diam-diam. Anak itu beneran Yeon Sieun."

"Haiba sampai menghilang."

"Waktu itu, Haiba ketakutan dan walaupun anak itu lewat tanpa melakukan apa-apa. Situasinya nggak cocok."

"Masa sih, anak itu Yeon Sieun si ular putih."

Langkah Seoyeon yang masih tertahan di ambang pintu mendengarkan percakapan itu diam-diam, dan tatapannya langsung tertuju ke arah cowok kurus berwajah pucat yang tengah duduk di salah satu kursi, belajar dengan tenang, seolah tidak perduli sedang dijadikan topik gosip oleh anak-anak di sekitarnya.

"Ular putih? Yeon Sieun?"

Sama seperti anak-anak lain, Seoyeon tidak punya keyakinan. Cowok kursi dan pucat yang terlihat lemah itu adalah Yeon Sieun, anak yang mengalahkan Haiba dan sampai membuatnya trauma. Tapi ada bukti nyata, dan dia melihatnya langsung tempo hari bagaimana Haiba gemetar walau hanya dilewati begitu saja.

"Anak itu Yeon Sieun?"

Seoyeon sulit mempercayainya. Dia memiliki perasaan yang hampir sama saat mengetahui tentang Park Humin kemarin.

"Anak-anak Eunjang sepertinya agak berbeda."

Seoyeon akhirnya meneruskan langkahnya, masuk ke dalam kelas dan memgambil tempat duduk di bangku yang biasa. Masih sambil memperhatikan punggung Yeon Sieun yang terlihat rapuh. Memikrikan bagaimana cowok sekurus itu bisa mengalahkan Haiba yang berbadan gempal dan brutal.

"Semakin dipikirkan semakin tidak masuk akal. Masa sih. Sulit bagiku mempercayainya. Aku bahkan tidak punya bayangan bagaimana cara dia mengalahkan Haiba."

"Permisi..."

Perhatian Seoyeon teralihkan saat seseorang datang menegurnya. Itu seorang anak perempuan dan laki-laki. Seoyeon tidak mengenal mereka, jadi dia agak bingung kenapa mereka mendatanginya. Dia hanya memasang ekspresi bertanya tanpa mengatakan apa-apa.

Saat itu, Seoyeon juga tiba-tiba sadar bahwa saat ini, nyaris semua orang di dalam kelas sedang menatapnya -kecuali Sieun yang masih sibuk belajar dan tampaknya sama sekali tidak tertarik dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

"Anu...kami hanya ingin bertanya." Anak laki-laki memulai, dia kemudian memamerkan layar ponselnya ke hadapan Seoyeon, memperlihatkan laman macebook dan sebuah postingan anonim yang termuat di sana. "Apa benar yang di postingan ini kau?"

Seoyeon akhirnya tahu alasan kenapa dia juga dijadikan pusat ketertarikan orang-orang saat ini. Karena sebuah postingan anonim yang beredar di macebook. Postingan berisi foto dirinya dan Park Humin ketika mereka berjalan bersama setelah berurusan dengan cecenguk Yuseon kemarin. Foto itu di posting baru pagi ini, dengan caption yang sukses membuat Seoyeon rasanya ingin menghancurkan ponsel yang di sodorkan ke hadapannya saat ini.

-Park Humin dan pacarnya yang juga seorang berandal-

Tidak sampai lima menit, ponsel Seoyeon yang sedang digenggamnya berdering, menandakan sebuah panggilan masuk, dimana nama Geum Seongje tertera di layar ponselnya.

To Be Continued

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Where stories live. Discover now