#! two

1.6K 226 15
                                    

Pagi lainnya dijalani seperti biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi lainnya dijalani seperti biasa. Nana menemukan dirinya berada di antara para siswa yang berbondong-bondong mengarah pada satu tujuan—masuk melewati pintu gerbang yang sudah di jaga oleh salah satu guru laki-laki di sana.

Kurang lebih satu tahun lagi dia menjalani kehidupannya sebagai seorang siswa. Nana menghela kecil, mengeratkan pegangan pada tali ranselnya.

"Ya!" tubuh Nana sedikit limbung ke depan. Mata nya melotot kaget yang mana hanya ditanggapi tawa kecil oleh seseorang yang kini merangkul pundak nya; lebih ke mencekik tepatnya.

"Bagaimana ini lengan ku sakit sekali karena kau jadikan bantalan!"

"Kenapa tidak ditarik?"

Jeno tersenyum, melihat ke arah gerbang sekolah yang semakin dekat, dia lalu membawa bibirnya berbisik di telinga Nana.

"Kau tahu, tadi malam tidur mu lelap sekali sampai mengeluarkan air liur."

Langkah kaki Nana otomatis berhenti. Jelaga binarnya lagi-lagi membelak lebar.

"Ya! Itu tidak benar!"

"Itu benar, atau mau lihat lengan kaos ku? liur mu membentuk pulau lebar di sana."

Tawa Jeno meledak, mengundang perhatian anak-anak lain untuk menoleh ke arahnya. Cukup menggelitik perutnya, Jeno akhirnya mengangkat pandang nya kembali ke arah Nana yang sedari tadi diam.

Bibir tipis Nana mengatup rapat, datar. Jelaga binar dibalik bulu mata panjang nya tidak berkedip barang sedetik. Wajah turunan sang Buna itu kini memerah padam. Satu hal yang pasti—Jeno telah berhasil mengibarkan bendera perang di pagi hari.

Wajah berisi yang kini diterpa mentari pagi itu menyurutkan humor Jeno. Namun kalimat yang begitu anti dan terasa aneh untuk ia pikirkan kembali mampir sekelebat kala melihat wajah masam Nana yang malah terkesan'cantik' saat ini.

Jeno menggeleng, tahu-tahu Nana sudah lebih dulu angkat kaki memasuki gerbang sekolah.

"Nana! Hei! Tunggu Aku!"

Tercekat, saat tiba-tiba saja ranselnya ditarik mundur oleh guru laki-laki yang sedari tadi berdiri memperhatikan pakaian para siswa.

"Baju mu, masukkan Lee Jeno."

★🐈.

"Ini tidak lebih baik dari kemarin, bisakah kita tidak makan sayuran hanya untuk satu hari?" Kim Sunwoo sibuk mengoceh mengomentari nampan makan siangnya.

"Mari kita lihat di mana tempat yang masih kosong," dia segera menyenggol lengan Jeno saat mendapati meja yang bisa mereka tempati.

"Ya, mari duduk di—" Sunwoo mengangkat sebelah alisnya ketika Jeno tiba-tiba saja berjalan ke arah yang berbeda; meninggalkan nya. Dia dengan cepat mengikuti di belakang.

don't look like a girl, nana! ✔Where stories live. Discover now