CHAPTER 1

268 23 2
                                    

Ini adalah hari pertama Yuhwa mendatangi kota Arriba dimana Ia akan menghabiskan waktu selama beberapa bulan ke depan untuk sebuah pekerjaan yang tengah Ia jalani di sana. Kebetulan Yuhwa terpilih sebagai salah satu anggota pekerja yang di pindah tugaskan ke kota lain selain kota Outlaw—dimana kota tersebut merupakan tempat dimana kantor Yuhwa berdiri.

15 jam lamanya Yuhwa berada di dalam kereta, tepat di jam 1 siang Ia tiba di kota tujuan. Yuhwa menurunkan barang bawaan saat kereta benar-benar berhenti. Tungkainya di bawa melangkah, dan saat pijakan pertama mendarat di aspal, di situlah Yuhwa dapat melihat betapa ramainya stasiun kereta di kota Arriba.

Bedanya, kalau di kotanya sendiri itu stasiun kereta ramai tetapi tidak beraturan. Masih banyak orang yang melanggar aturan-aturan yang sudah di tetapkan atau bahkan masih ada beberapa pengemis serta pedagang kaki lima yang masih memenuhi area stasiun. Sementara di kota Arriba ini, stasiun kereta ramai namun tergolong tertib. Bahkan Yuhwa bisa melihat sendiri ada plang yang bertuliskan 'bukan tempat untuk tidur dan beristirahat' di berbagai tempat. Yuhwa menganggap kalimat itu cukup sarkasme. Tetapi mungkin sudah biasa bagi penduduk lokal di sana.

Ia berjalan mendekat ke arah bangku sambil menarik koper besar yang Ia bawa. Ia juga menenteng satu tas berwarna ungu lavender di tangan sebelah kirinya. Saat ini, Yuhwa tengah kebingungan apa yang harus Ia lakukan. Masalahnya saat Yuhwa hendak membuka aplikasi maps untuk memeriksa seberapa jauh lokasi dirinya menuju rumah sementara, sinyalnya malah eror.

"Anjenk! Ada aja ini musibah," misuh Yuhwa seraya menghidupkan dan menyalakan data seluler secara bergantian. Saat tengah sibuk dengan ponsel, seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Awalnya Yuhwa tidak peduli karena Ia lebih peduli dengan kondisinya. Karena Yuhwa tidak menoleh, orang yang memanggil nama Yuhwa berkali-kali itupun berlari kecil menghampiri lelaki berambut hitam legam lalu menepuk bahunya.

"Si anjing gue panggil kagak nyaut."

"Lah? Lo ngapain di sini Sa?" Tanya Yuhwa kebingungan saat dirinya melihat Yusa—salah satu teman dekat di kantornya.

"Gue juga di lempar ke kota ini kalo lo lupa."

Yuhwa sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya menganggukan kepala. "Kenapa sih lo? Gue perhatiin kayak sibuk banget sama hp," tanya Yusa penasaran.

"Tadinya gue mau cek seberapa jauh jarak gue dari sini ke rumah sementara. Tapi sinyalnya malah gak ada."

"Pak manager ngasih lo rumah di daerah mana?"

"Jalan Arccena 21."

"Sumpah? Etdeh itu mah daerah rumah sementara gue juga!" Seru Yusa saat Yuhwa menyebutkan lokasi rumah sementaranya. "Bareng gue aja, Hwa. Mumpung searah," ajak Yusa.

"Iya deh ayo."

Mereka berdua sama-sama berjalan meninggalkan stasiun kereta api dan memesan taksi untuk pergi ke Jalan Arccena 21.

Sekitar 4 jam perjalanan dari stasiun ke daerah Jalan Arccena 21, taksi yang di tumpangi oleh Yuhwa dan Yusa mulai memasuki gapura selamat datang. Semakin lama mobil melaju, Yuhwa sesekali melihat beberapa wanita yang berdiri di pinggir jalan. Agak keheranan karena wanita-wanita itu masih tetap melihat ke arah mobil padahal mobil yang Yuhwa dan Yusa tumpangi ini sudah lumayan berjarak jauh dari mereka.

"Maaf, rumahnya di sebelah mana ya?" Tanya Bapak pengemudi taksi.

"Saya di blok D nomor 5 pak," jawab Yuhwa.

[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang