THE LAST OF ARRIBA

56 14 9
                                    

⋆ ࣪» A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡ ! DESTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRD
<after decision>

__




Pagi ini, Yusa tengah berada di tengah pusat negara Propaganda. Tentunya Ia habis dari markas Halcyon yang memang letaknya dekat sekali dengan pusat negara. Yusa di minta oleh Himeros untuk datang atas dasar permintaan Thanarus. Yusa tentunya di minta untuk mengerjakan sebuah projek besar negara. Dia termasuk salah satu penduduk yang ikut bergabung dengan projek ini.

Yusa menatap langit-langit yang terhalang oleh benda bulat berukuran besar yang mana benda itu yang akan di gunakan sebagai bahan projek dunia parallel. Yusa rindu melihat langit di dunia nya. Cerah, berwarna biru, bersih, dan tidak ada benda besar pengganggu seperti yang ada di dunia parallel.

Ia juga sungguh merindukan kota nya—kota Outlaw. Ia merindukan masa-masa indah selama di tampat bekerja. Biasanya Yusa sedang kesulitan dalam membuat tabel data dan akan selalu meminta bantuan dengan Yuhwa. Ia juga ingat setiap jam kerja pasti akan selalu pergi ke kantin kantor dan bercengkrama dengan Yuhwa, Aiden dan Marlo.

Mendengar ocehan mereka, cerita random, dan lain sebagainya. Sayang sekali hal itu sudah tidak dapat Yusa dan teman-temannya rasakan. Sekarang mereka hidup di bawah penguasaan seseorang. Mereka tidak bisa bebas. Walau mereka memiliki rumah untuk pulang—tidak tinggal di asrama seperti Arya—tapi tetap saja setiap hari mereka harus bekerja di kantor pusat.

Ya. Setiap hari, tidak ada hari libur.

Mereka muak hidup di dunia penuh aturan ini. Jika melarang sedikit, langsung di bunuh. Mereka berdelapan tentu hidup di bawah tekanan. Dan itu membuat Yusa semakin lama menjadi frustasi, bahkan Ia juga menjadi orang yang bukan dirinya.

Kalau dulu Yusa adalah orang yang ceria, bisa sarkas, selalu penuh canda tawa, kini Yusa menjadi orang yang pendiam dan tidak banyak membantah. Teman-teman nya juga sama seperti Yusa. Tapi mereka tidak begitu larut dalam suasana.

"Yusa!"

Si empu menoleh. Ia melihat Sandreas turun dari kendaraan canggih, berlari ke arah nya, lalu berhenti di tempat yang tengah Yusa pijaki.

"Nyusul gue?"

"Umm... Di suruh sih sama Marlo. Lo lama banget soalnya. Ngapain sih?" Tanya Sandreas ingin tahu.

"Cuman di tawarin doang buat ikut projek besar negara," jawab Yusa sekena nya.

"Hah? Projek apa?"

"Tuh di atas langit."

Sandreas mendongakan kepala, "Itu yang bakalan jadi projek negara?" Yusa mengangguk singkat. "Lo terima?"

"Iya. Kalo enggak lo tau sendirikan si brengsek itu bakal ngelakuin apa?"

Sandreas mengerling. Dia lupa kalau ini bukan di dunia nya—dunia manusia. Tidak seharusnya Sandreas menanyakan hal yang tentunya sudah memiliki jawaban.

"Yaudah ayo balik. Marlo sama yang lain nungguin lo," ajak Sandreas seraya merangkul leher laki-laki itu.

"Uh..." Sandreas menghentikan pergerakan kala mendengar Yusa bergumam. "Kenapa? Lo.. Ada masalah, Sa?"

"Gue cuman muak aja, San, sama dunia ini. Penuh aturan, penuh alat-alat canggih. Bagus sih, cuma kalo di gunain berlebihan juga gak baik kan?" Sandreas hanya diam. Ia masih mau mendengar apa yang temannya ingin katakan lagi. "Gue mau balik ke dunia kita, tapi gak bisa."

"Negara kita udah ancur. Mau ke negara lain, juga itu gak mungkin. Kita pun gak bisa gagalin rencana mereka lagi. Mereka terlalu pintar, kuat dan.... Licik." Final Yusa.

Sandreas tahu. Ia sempat dengar kalau Thanarus akan kembali menguasai negara lain setelah projek besar telah selesai. Akibat satu hal saja bisa merambat kemana-mana hingga merugikan yang lain.

"Kalo dari awal kita tau apa penyebab Thanarus kayak gini, mungkin negara kita masih ada," sambung Yusa lagi.

"Atau mungkin negara kita tetep gak ada tapi gak bakal ngerembet ke negara lain," tambah Sandreas. Yusa hanya menggeleng tidak tahu. Ia sangat lelah menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya.

"Yaudah lah, Sa. Nasi udah jadi bubur. Kita juga cuma 8 orang gagal. Kasarnya mau jadi penyelamat eh malah kena jebakan Batman karena pahlawan nya kesiangan, dalem artian karena pahlawan nya gak tau apa akar dari masalah semua ini. Ya... Gue cuma gak mau lo larut dalam pikiran lo yang sekarang. Kita juga udah gak bisa berbuat apa-apa," ujar Sandreas panjang lebar.

Yusa diam. Ia tidak mau menerima kenyataan pahit yang sudah terjadi ini.

Ting!


"Sa, ayo ah balik. Nih hp gue bunyi pasti Marlo yang ngechat. Males gue debat mulu sama tuh anak."

Yusa hanya pasrah. Ia melenggang pergi mengekori Sandreas dari belakang menuju kendaraan canggih yang melayang di udara. Sandreas membantu Yusa untuk naik setelah itu Ia menekan salah satu tombol untuk menutup pintu.

"Siap?" Yusa mengangguk. Sandreas pun menancapkan gas untuk kembali dengan teman-temannya.
























































































"Pada akhirnya kita tetep kalah... Rencana kita tetep gagal dan pembalasan dendam kota Arriba dengan dunia parallel tidak akan pernah bisa terbalaskan."



























⋆ ࣪⎙  » A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡ ! Destruction of the City & the Blue Bird has Officially ended.

_______

Ya ampun akhirnya cerita ini tamat.
Sebelum nya makasih banyak buat kalian yang udah mau mendukung book ini. Makasih juga udah mau baca dan vote book aku yang kesekian kalinya.
Mohon maaf banget kalau cerita ini ada yang tidak sesuai ekspektasi atau lain sebagainya.

Tapi, aku emang sengaja bikin cerita ini gak kebanyakan chapter karena aku gak mau bikin pembaca ku ngerasa bosen. Sekali lagi makasih banget atas dukungan kalian dengan book ini!

Ateez cinta kalian❤️
Tapi jangan sampe kalian di cintai Thanarus, nanti malah di jadiin budak juga. Kan dia licik 😬

See u di karya ku selanjutnya temen-temen.
Livia pamit!

[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRDWhere stories live. Discover now