CHAPTER 5

59 17 0
                                    

"Ck ini bener gak sih jalannya ke sini?" Tanya Marlo kebingungan saat melihat peta di ponselnya. Padahal sudah ada petunjuk, tapi tetap saja Marlo tidak yakin dengan aplikasi maps yang sedang di gunakan.

"Bener anjrit mana mungkin Yuhwa nyesatin kita," ucap Aiden dengan pandangan yang tertuju ke depan.

"Ah tai. Coba lo aja deh Den yang bacain peta nya," pinta Marlo kesal.

Aiden merotasikan bola mata seraya mengambil alih ponsel milik Marlo untuk membacakan peta. Di sepanjang perjalanan kedua orang ini terus terpaku dengan petunjuk arah digital dengan adanya drama, dimana selama perjalanan, Marlo terus mengoceh kepada Aiden.

"Etdeh bangsat lo tuh bawel banget ya anjing. Pengen gue sumpel mulut lo pake ban mobil," geram Aiden. Masalahnya sedari tadi Marlo terus mengoceh kalau Ia tidak percaya dan ragu dengan arah yang di berikan. Siapa yang tidak muak?

"Gue takut di sasarin lagi sama ini aplikasi jahannam kayak waktu itu kampret. The feel of traumatized can not disappear suddenly, bro."

"Sok trauma lo anjing. Orang baru di sasarin sekali udah bergaya bilang trauma."

"Payah lo. Tidak mengerti perasaan kawannya!" Seru Marlo. "Mana nih tas berat banget lagi kampret," keluhnya.

"Najis. Bahasa lo terlalu drama. Udahlah mending gue tanya aja ke orang dimana alamat rumahnya Yuhwa. Dari pada pake maps di bacotin lo mulu," putus Aiden sembari mempercepat langkah.

"Hehe. Bagusan gitu sih," ucap Marlo yang hanya bisa mengikuti Aiden dari belakang sambil terkekeh.

"Um, permisi..."

Sapa Aiden ketika Ia melihat seseorang bertubuh tinggi yang tengah berdiri di dekat tiang rambu lalu lintas.

"Maaf pak saya mau tanya, apa bapak tau alamat rumah ini ada di sekitar mana? Soalnya kita mau ketemuan sama temen," tanya Aiden ketika dirinya menemukan seseorang yang sangat di harapkan untuk membantu.

Alih-alih menjawab, orang yang di tanya oleh Aiden hanya terdiam dan tidak menggubris sama sekali.

"Tuli kali Den." Bisik Marlo.

"Heh! Gue tabrakin ke tiang listrik nih pala lo," gertak Aiden dengan suara merendah di samping telinga Marlo.

"Ya kan bisa aja dia gak denger lo ngomong apa stupid," ucap Marlo berbisik lagi.

"Uh.. Jadi kita gimana?" Tanya Aiden masih dengan adegan bisik-bisik.

"Langsung aja cabut. Lo mau pamit juga kagak bakalan denger. Kita cari orang lagi aja buat di tanyain," Marlo berusul.

Tanpa berpikir lama, dengan perasaan tidak enak karena merasa tidak sopan, Aiden dan Marlo pergi meninggalkan orang itu untuk bertanya ke orang lain lagi perihal alamat rumah Yuhwa.

Berkali-kali mereka berdua bertanya, bekali-kali pula mereka tersasar karena salah ingat. Pada akhirnya Aiden memutuskan untuk kembali menggunakan maps. Tidak peduli lagi mau seberisik apa seorang Marlo Jamaicc. Awalnya Marlo memang terus mengoceh seperti di awal. Tapi sewaktu mereka sampai di belokan dan melihat Yuhwa beserta Yusa, Marlo langsung terdiam.

"Kan... Bukan berarti lo di sasarin maps sekali terus lo bakalan di sasarin lagi. Liat, sampe juga kita di rumah Yuhwa. Dasar stupid," sarkas Aiden yang kemudian berjalan mendahului Marlo.

"Oi!"

Baik Yuhwa maupun Yusa, keduanya sama-sama menoleh saat Aiden berteriak. Melihat Aiden dan juga Marlo, mereka berdua langsung saling bersalaman dan melakukan high five sebagai bentuk penyambutan.

"Gile cok. Bener-bener definisi rela dateng jauh-jauh kesini dari kota Sector 1 sama kota Dune cuma buat ngerasain suasana tentram. I appreciate for you two guys," kata Yuhwa sambil bertepuk tangan. Tapi menurut Marlo, kalimat Yuhwa terdengar sarkas seolah tengah menyindir.

"Ya gimana ya. Emang gue udah muak banget bangke di kota itu. Baru berapa hari udah bikin gak nyaman. Makanya kita kesini."

Aiden mengangkat tangannya ke udara, "Izin ngebenerin. Sejujurnya yang gak betah parah cuma Marlo doang."

Marlo mengernyit saat mendengar pernyataan dari Aiden. Ia tidak terima, "Apaan lo? Bisa-bisanya ngomong gitu padahal lo sendiri juga gak betah kan di kota Dune?"

"Gue gak betah tapi masih bisa tahan ya curut."

"Udah-udah! Si anjir malah pada ribut," lerai Yusa. "Oh iya Ar, kenalin ini temen-temen gue. Yang nyolot namanya Marlo. Yang pendek... Uh, maksud gue, yang pake headband namanya Aiden."

"Gue Arya, penduduk asli kota Arriba. Kalian berdua kesini juga karena buat kerja kayak Yuhwa sama Yusa kan?" Tanya Arya usai memperkenalkan diri.

"Ya... Selain tujuan kita kesini buat nyamper Yuhwa sama Yusa, tujuan kedua sesuai apa yang lo ucap tadi," jawab Marlo.

Arya mengangguk sebagai jawaban.

"Terus kalian udah dapet rumah juga? Kata Yuhwa, perusahaan kalian nyediain rumah sementara buat masing-masing anggota yang di sebar."

"Hm... Karena rumah sementara gue di sediain nya di kota Dune sedangkan Marlo rumah sementaranya di kota Sector 1, jadi kita disini numpang aja di rumahnya Yuhwa atau enggak Yusa," giliran Aiden yang menjawab kali ini.

"Pilihan bagus. Yaudah lah, gue balik ke rumah dulu," kata Arya pamit sambil berjalan kembali ke arah rumahnya. "Eh, besok ada yang mau ikut gue ke pasar?" Tanya lelaki tinggi itu sebelum Ia benar-benar masuk dan menutup pintu.

"Random banget ngajaknya tapi gue Ikut! Kebetulan gue belom buang air besar dari kemaren gara-gara gak makan sayur sama buah, jadi pengen beli sekalian hehe," ucap Marlo.

"Gue juga ikut deh. Lo berdua mau nitip?" Tawar Yusa ke Yuhwa dan Aiden.

"Nanti gue kasih listnya ke lo."

Yusa mengangguk. Mereka semua kembali ke rumah masing-masing dengan Aiden yang menumpang di rumah Yuhwa dan Marlo yang menumpang di rumah Yusa.

⋆ ࣪⎙  » A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡

[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang