CHAPTER 13

43 14 3
                                    

Pagi ini, tepat pukul jam 4:30, mereka semua bersiap untuk memulai menjalankan rencana. Mereka bertujuh berkumpul di ruang tamu rumah Arya sambil mempersiapkan beberapa barang penting yang perlu mereka bawa sebagai perbekalan.

Tidak banyak. Hanya beberapa senjata canggih yang tentu saja mereka sembunyikan di dalam tas dan dibalik pakaian apabaila pakaian itu memiliki lebih dari satu kantong.

"Kalian udah siap?" Tanya Sandreas memastikan. Yang lain mengangguk dengan kompak. Marlo juga melapor bahwa tidak ada barang yang tertinggal lagi.

"Sekarang cepet masuk ke mobil. Kita anter Yuhwa dulu ke lapangan," perintah Alanta.

Aiden, Yuhwa, dan Marlo masih belum berdamai. Masih ada perselisihan diantara ketiganya. Buktinya saat nama Yuhwa disebut, Aiden melirik laki-laki berambut hitam legam itu dengan tatapan tajam dibalut rasa amarah sedangkan Marlo acuh dan terlihat tidak ramah seperti biasanya dengan Yuhwa.

Mereka semua berangkat pukul 4:52. Perkiraan sampai di lapangan besar sekitar pukul 5:25 karena jaraknya agak jauh dari jalan Arccena 21 menuju lapangan besar tersebut.

Di sepanjang perjalanan, Alanta meminta tolong Gail untuk mengirim pesan kepada Tania bahwa mereka semua sudah berjalan menuju lapangan besar lalu setelah itu akan pergi menuju toko kelontong yang jaraknya tidak begitu jauh dari posisi Yuhwa berada. Bermaksud agar Tania memberi tahu yang lain kalau rencana sudah di mulai.

Yuhwa melangkah turun saat mobil yang di kendarai Alanta berhenti. Ia tidak merasa takut untuk menjalankan perannya sendiri, jadi Yuhwa tidak merasa terbebani. Ia mulai membawa kedua tungkainya ke depan, Yuhwa sempat menoleh, menatap mobil hitam yang Arya sewa itu.

Terlihat jelas dari balik kaca mobil, Alanta menyunggingkan senyumnya kepada Yuhwa untuk memberi semangat. Sementara Aiden yang duduk di kursi kemudi hanya diam menatap Yuhwa—masih dengan tatapan tajam dan datarnya itu.

Sepeninggalan Yuhwa, mobil hitam yang dibawa Alanta itu mulai berbalik arah dan pergi menjauh. Kini, Yuhwa benar-benar sendirian di tengah-tengah lapangan besar. Desiran angin membuat helai-helai rambut Yuhwa menerpa wajahnya.

"Huh.." Yuhwa menghembuskan napas dengan kasar sebelum akhirnya Ia memanggil sosok serba hitam yang akan ditemuinya.






































































"HALAZIA! KELUAR DARI TEMPAT PERSEMBUNYIAN LO!"

"GAK USAH NGUMPET DI ALAM FIKSI LO! GUE, CAVELO YUHWA SAGARA, BAKAL NANTANGIN LO! SINI LO! GUE MAU LIAT LO DI DEPAN MATA GUE. TUNJUKIN KE GUE BAHWA LO ITU EMANG ADA!"

Sebenarnya ini diluar dialog Yuhwa. Seharusnya Yuhwa hanya cukup meneriaki nama dia—Halazia, dan berkata kalau Yuhwa siap menyerahkan dirinya pada Halazia, bertingkah seolah-olah dirinya adalah orang yang sudah muak akan kehadirannya.

Namun disini, Yuhwa memiliki cara lain.

Awalnya tidak terjadi apa-apa. Bahkan Yuhwa tidak melihat kemunculan Halazia. Yuhwa yang kesal, kembali meneriaki nama itu dan terus berucap tanpa henti.

"KELUAR SEKARANG DASAR KEPARAT BAJINGAN! HALAZIA, GUE TAU LO YANG UDAH NYULIK TEMEN GUE! MUNCUL LO SEKARANG JUGA!!!"

Tepat pada saat Yuhwa berteriak, angin yang semula tenang kini berubah menjadi agak lebih kuat. Daun-daun bahkan sampai beterbangan mengenai wajah Yuhwa. Tak hanya itu, langit yang semula terang benderang kini berubah menjadi sedikit gelap. Bahkan langit diatas sana juga menghadirian sambaran-sambaran petir yang cukup memekakan telinga.

"Anjrit... Kenapa suasana nya jadi begini?" Monolog Yuhwa dengan mata menyipit karena hembusan angin yang cukup kencang hingga membawa debu ikut beterbangan.

"Apakah anda mencari saya?"

Yuhwa sedikit terperanjat dengan suara itu. Sungguh tidak asing. Lalu dari balik kepulan debu, munculah sosok serba berpakaian hitam yang berjalan mendekat ke arah Yuhwa.

"Anda perlu bukti akan kehadiran saya?" Tanya sosok itu, Halazia, saat langkahnya terhenti. Sekarang jarak Yuhwa dan sosok itu tidak begitu jauh. Hanya beberapa puluh meter saja. Yuhwa masih merasa ini hanya halusinasinya. Tapi faktanya, ini memang hal nyata.

"Lo... Dateng dari mana?"

Sosok itu menyunggingkan seringaian tipis. "Horizon, portal dunia parallel. Apakah anda tahu dunia itu? Oh... Saya rasa anda tidak perlu tahu karena sebentar lagi anda akan merasakan dunia saya, dunia penuh kesenangan dan kejayaan," ucapnya.

"Berarti benerkan? Lo yang udah culik temen gue?" Sentak Yuhwa.

"Kerabat anda yang mana? Lagi pula saya tidak peduli siapa orang yang saya ambil. Apakah itu kerabat anda, musuh anda atau bukan." Yuhwa menggelengkan kepalanya. "Perlu anda ketahui bahwa selama ini, yang mengambil penduduk di kota Arriba bukan saya," lanjut sosok itu.

"Maksud lo apa? Gak usah boong!"

"Mana pernah saya menipu? Kalian saja yang tidak sadar."

Yuhwa terdiam sejenak. Ia sempat berpikir, pada saat massa pendiskusian, Arya sempat menyebut ciri-ciri tentang Halazia. Berpakaian serba hitam, mengenakan topi dan memiliki ciri khas masker dengan rantai yang membentuk tanda X. Yuhwa memperhatikan sosok yang berada di hadapannya dengan lamat.

































Tunggu... Ciri-ciri yang disebut Arya itu tidak ada pada sosok di hadapannya. Sosok yang saat ini berhadapan dengan Yuhwa memiliki ciri-ciri berpakaian serba hitam, mengenakan topi, mengenakan masker dengan rantai membentuk tanda X dan terakhir...






































Sosok itu memiliki lambang aneh pada bagian mata yang tertutup oleh topeng kainnya.

"Sekarang sudah paham kan siapa yang selama ini membawa penduduk Arriba ke dunia saya?"

"Keparat! Itu tandanya dia gak cuma satu, tapi ada banyak!" Batin Yuhwa.

Disitulah Yuhwa makin dibuat terkejut kala menghadap ke belakang. Disana, sudah ada beberapa sosok berpakaian hitam tanpa lambang aneh pada bagian mata. Dapat Yuhwa duga kalau mereka semua adalah anggota kelompok Halazia yang menculik banyak orang di kota Arriba.

"Tangkap anak sialan itu!" Perintah Halazia.

Yuhwa memberontak saat mereka semua mulai menerjang tubuhnya dan memegangi lengan Yuhwa. Halazia membuka portal kedua untuk Ia dan anggotanya kembali ke dunia parallel sambil membawa Yuhwa. Saat Yuhwa dibawa masuk ke dalam portal tersebut, Ia merasa aneh karena kepalanya mulai terasa pusing secara tiba-tiba, entah pengaruh dari apa. Pada saat itulah Yuhwa hilang kesadarannya dalam sekejap.


⋆ ࣪⎙  » A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡

Ini dia wujud asli pemeran antagonis kita, Halazia!
Jadi kalo Halazia yang asli punya lambang Anarchy Guerilla. Sedangkan yang diliat orang-orang di kota Arriba selama ini itu gak punya lambang Anarchy Guerilla. Bisa dibilang, yang mereka liat selama ini adalag anggota-anggotanya Halazia.

Jangan lupa vote komen nya kawan kawan ku 😃🙏🏻

__

__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang