✿PROLOG✿

51 15 23
                                    

Hari yang membahagiakan harus berakhir menjadi hari penuh duka. Baru saja tertawa bahagia kini sudah menangis menderita.

Baru saja penghulu mengucapkan kalimat sakral. Baru saja menikmati makanan diatas pelaminan. Baru saja statusnya berganti menjadi seorang istri, bukan lagi gadis remaja.

Manusia memang bisa berencana, tapi yang menentukan takdir ialah sang pencipta.

Tuhan mentakdirkan mereka sampai disini. Penyakit jantung yang dideritanya sudah memasuki stadium akhir dan itulah yang menjadi alasan mempelai pria kehilangan nyawanya tepat di hari pernikahan mereka.

****

"Kenapa kamu pergi?"

"Kamu yang sudah berjanji untuk menemaniku, kini kamu sendiri yang mengingkari janji tersebut."

"Pembohong! Kamu pembohong besar!"

"Kamu bilang sayang sama aku. Kamu bilang cinta sama aku, tapi kenapa kamu malah pergi?"

"Kembalilah. Aku masih butuh kamu."

****

"Jika anak saya tidak menikah dengan kamu maka tidak akan berakhir seperti ini!"

"Saya menyesal telah merestui hubungan kalian berdua!"

"Dasar bodoh! Malu-maluin keluarga aja!"

"Gara-gara kamu, Mama sama Papa dihina sama keluarga mereka!"


"Anak pembawa sial!"

Mulai dari sini kehidupannya berubah drastis, yang dulunya penuh dengan keharmonisan kini harus menderita. Dianggap sebagai anak pembawa sial, kekerasan fisik sering kali dia terima.

Kejora Lavanya Maharani, gadis muda yang masih berusia 20 tahun harus mengalami perubahan dalam hidupnya secara drastis. Tepat di hari pernikahan, kekasihnya telah menutup mata untuk selamanya.

Kejora yang bermakna sebagai bintang kejora, bintang yang menyinari bumi dengan sinar cantiknya. Namun, sinar itu perlahan redup. Senyum yang selalu terpatri kini tidak kelihatan lagi. Yang dulunya selalu menebar tawa kini menjadi manusia yang paling menderita.

Kejora atau yang biasa dipanggil Jora. Anak tunggal yang tumbuh di dalam keluarga yang harmonis, tapi semua itu hanya berlaku sebelum dia memutuskan untuk menikah. Setelah kekasihnya tiada semua orang menyalahkan Jora atas kepergian Kala, kekasihnya yang sangat dia cintai.

Penyakit jantung yang diderita Kala membuat nyawanya tidak tertolong. Baru saja mereka duduk berdampingan di pelaminan, tapi setelahnya kabar duka menjadi penutupan di acara pernikahannya.

Kedua orang tua Kala sangat terpukul atas kepergian putra sulungnya. Mereka menyalahkan Jora atas kejadian ini. Putranya tiada karena penyakit yang selama ini dideritanya, tapi mereka malah menyudutkan Jora. Mereka beranggapan jika Kala tidak menikah dengan Jora maka putranya sulungnya masih tetap hidup.

Tidak sampai disini hinaan yang diterima oleh Jora. Bahkan kedua orang tua kandungnya juga menyalahkan Jora. Orang tuanya malu karena pernikahan yang diselenggarakan malah menjadi acara penuh duka.

Bukan hanya hinaan saja, melainkan kekerasan fisik juga di dapatkannya.

****

Rambut hitam yang panjangnya sudah mencapai pinggang kini terpaksa dipotong menjadi sepundak. Bukan atas kemauannya sendiri melainkan ulah dari Caya-Mama kandungnya.

Kulit kepalanya sengaja digores oleh gunting, perlahan cairan berwarna merah membahasi rambutnya. Sakit, itu yang dirasakan oleh Jora saat alat pemotong rambut itu menggores kulit kepalanya hingga berdarah. Sedetik kemudian, kepalanya dibenturkan ke dinding kamar mandi yang dingin. Berulang kali kepalanya dibenturkan hingga darah segar membasahi pakaian yang dikenakannya. Baju tidur yang tadinya berwarna putih bersih kini berubah menjadi merah karena noda dari darah yang mengalir dari kepalanya.

"Sakit, Ma," ucap Jora dengan suara yang memilukan.

Tak mendapat jawaban dari Mamanya membuat hati Jora terasa perih. Dia kesakitan tapi Caya tidak peduli sedikitpun dengan dirinya.

****

Dari sekian banyak orang yang membencinya, ada seseorang yang selalu mendukungnya. Yang berusaha menghibur dirinya walau tidak sepenuhnya.

Dia adalah Rada, adik kandung dari Kala. Meski masih berusia 17 tahun tapi pemikiran gadis ini sangatlah dewasa. Tiap malam pergi diam-diam dengan membawa brownies cokelat kesukaan Jora. Rada rela harus pergi diam-diam demi menemui Jora, dia hanya berusaha membuat Jora tidak larut dalam kesedihan. Padahal dia sendiri juga terluka atas kepergian Kala, entah kenapa saat menemui Jora dia bisa merasakan kehadiran Kala disana. Pelukan hangat yang diberikan oleh Jora sama persis dengan pelukan yang dia dapatkan dari kakaknya. Rasa rindunya pada Kala seakan terobati jika dia menemui Jora.

"Jangan nangis lagi. Bang Kala udah tenang diatas sana, dia bakalan sedih jika Kakak terus-terusan menangis seperti ini. Masih ada aku, aku yang bakal jadi teman buat Kak Jora, jadi tempat curhat kapanpun Kakak butuh." ucap Rada bersungguh-sungguh.

Jora yang mendengar perkataan tersebut, tidak kuasa menahan air matanya. Langsung saja Rada dipeluknya dengan erat. Kedua perempuan itu saling menguatkan satu sama lain.

****

Bersambung....

helloo everyone 👏

hehe ini cerita baruku, genrenya berbeda dari ceritaku yang pertama-HERA

bantu vote dan komen ya guyss...

jangan bosen baca ceritaku yaa🤗

sampai jumpa 👏

Waktu Membawa LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang