Part 02

20 7 6
                                    

Hari ini Jora memutuskan untuk melamar pekerjaan di cafe yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Jora ingin membuat dirinya sibuk supaya tidak terlalu larut dalam kesedihan, saran yang dia dapatkan dari Rada. Gadis yang usianya lebih muda darinya itu berkata, bahwa Jora harus menyibukkan diri supaya tidak terlalu larut dalam kesedihan. Sebenarnya Jora ini seorang mahasiswa dengan jurusan Sastra Indonesia. Waktu itu dia ijin untuk tidak masuk beberapa hari karena acara pernikahan yang akan diselenggarakan, namun setelah kejadian itu dia memutuskan untuk berhenti kuliah.

Jika dia tetap berada di rumah maka siksaan akan terus menimpanya, terlebih lagi luka yang dia dapatkan dari wanita yang melahirkannya.

Kebetulan sekali cafe yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya itu sedang membuka lowongan pekerjaan. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke cafe tersebut.

Baru saja dia ingin membuka pintu keluar namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara pecahan gelas yang berasal dari dapur. Dengan langkah cepat dia langsung menuju ke dapur untuk memastikan keadaan.

"Mama nggak apa-apa?" tanya Jora ketika melihat Caya sedang membersihkan pecahan gelas yang tersebar di lantai.

"Siapa yang habis cuci gelas?" tanya Caya balik.

"Aku, Ma. Tadi aku habis cuci piring sekalian sama gelasnya juga," jawab Jora.

"Kamu nyucinya kurang bersih! Gelasnya masih licin kena sabun, sekarang gelasnya pecah itu gara-gara kamu! Kalo ngerjain sesuatu itu yang bener! Masa nyuci ginian aja kurang bersih, kamu di sini cuma nambahin beban aja!" murka Caya dengan volume suara yang sengaja dikeraskan.

"Maaf, Ma," ucap Jora dengan nada lirih. Cuma perkara gelas bisa sepanjang ini.

"Bersihkan! Jangan ada yang tertinggal pecahan gelasnya."

Jora langsung membersihkan pecahan gelas tersebut dengan kedua tangannya. Mungkin karena terlalu takut, dia jadi lupa bahwa benda yang dia pegang itu bisa berbahaya jika tidak berhati-hati. Caya dengan sengaja mendorong tubuhnya sehingga Jora langsung terjatuh tepat di atas pecahan kaca, bisa dilihat ada beberapa pecahan kaca yang menancap di sela-sela jarinya serta lengan tangannya.
Padahal, pakaian yang dia kenakan adalah kemeja putih tapi karena ada beberapa pecahan kaca yang menancap di lengannya membuat kemeja putihnya terdapat noda merah karena ada darah yang mengalir.

"Itu akibatnya kalau ngerjain sesuatu nggak pernah bener."

Lagi dan lagi Caya tega menyiksa putri semata wayangnya.

Caya tengah mengambil gelas baru, dia tampak melarutkan air garam dalam gelas tersebut. Tak lupa perasan air jeruk juga dia masukan ke dalam gelas campur dengan larutan garam tadi.

Tanpa diduga, sela-sela jari serta lengannya terasa basah karena air yang sengaja ditumpahkan oleh Caya. Air yang sudah diisi oleh garam dan perasan air jeruk itu memang Caya berikan untuk Jora. Caya memang sengaja menumpahkan gelas tersebut ke arahnya, luka yang baru saja dia dapat sudah disiram oleh air larutan garam serta perasan jeruk membuat lukanya lebih terasa sakit dari sebelumnya.

Mulutnya bergetar menahan tangis, Jora tidak berbohong bahwa ini rasanya sakit sekali. Sekali saja dia tidak diberi kesempatan untuk hidup tenang.

"Kenapa? Sakit? Itu hukuman buat kamu! Rasain!" ucap Caya sebelum dia pergi meninggalkan Jora sendiri yang tengah menahan tangis.

****

Setelah membersihkan pakaiannya yang terdapat noda darah, kini Jora tetap melanjutkan niatnya untuk melamar pekerjaan di cafe. Dia berharap semoga dia bisa keterima kerja disana. Dengan ini dia bisa sedikit bebas.

Waktu Membawa LukaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz