With---5: Jika Sudah Siap

61 16 75
                                    

“Tidak, Angel! Jangan dulu,” ucap Rayyan.

Angel pun mendengkus kesal akan hal itu, lantas menangkup kedua pipi Rayyan.

“Terus sampai kapan, Mas? Brama makin hari, makin aneh dan cintaku makin ada sama dia. Aku nggak mau menyakiti dia Mas,” gerutu Angel lalu menundukkan kepalanya.

Mendapati hal tersebut, Rayyan mengangkat dagu Angel agar dia bisa menatap wajah adiknya lagi.

“Aku tahu. Brama mencintaimu, Ngel. Namun, nggak sekarang itu terungkap dia butuh waktu. Sikapnya yang aneh bahkan perlakuannya ke kamu juga beda. Hal tersebut bentuk rasanya ke kamu, Ngel. Cowok memang seperti itu. Kamu lupa kakakmu cowok?” tanya Rayyan, kemudian melepas tangan kanannya di dagu Angel.

“Namun, Brama dan kamu beda, Mas. Jangan dibandingin sama kamu,” sanggah Angel lalu melepas tangkupan kedua tangannya di pipi Rayyan.

“Aku kenal Brama dari SD, Ray. Dia bakal nggak peka,” sahut Krisna yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Angel duduk sembari menyedakapkan kedua tangannya di dada. “Jika kamu sudah siap ungkap saja dahulu, Ngel, tak apa. Toh, cewek yang dekat dengannya juga banyak.”

Mendengar hal itu, Angel menghela napas.

“Namun, aku juga harus siap sakit hati,” jawab Angel.

Rayyan pun yang mendapati jawaban adiknya ke Krisna tertawa, setelah tawanya mereda dia menatap sang adik lagi.

“Terus, kamu sadar belum, Ngel? Jika, Brama nggak tersakiti kamu cintai?” kata Rayyan.

“Nggak gitu juga, Mas,” sanggah Angel.

“Justru kamu yang akan tersakiti jika Brama terus-menerus seperti itu denganmu, Ngel. Teman nggak seperti teman, sahabat nggak seperti sahabat. Apalagi pacar? Jadian saja belum. Aku juga heran, sih, sama dia. Brama terlalu baik, jadi dia nggak sadar akan perlakuannya sendiri yang sering dia sangka biasa saja padahal bagi orang lain dampaknya besar. Contohnya kamu. Berusaha yok, Ngel! Biar dia tidak mengampangkan perasaan orang. Aku yakin kamu bisa dengan rasa cintamu itu,” ucap Nadinia yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Krisna.

Ucapan Nadinia membuat Angel kaget, pasalnya dia belum pernah menceritakan soal Brama kepadanya. Mengapa Nadinia tahu? Padahal baru Saras yang tahu.

“Dari Saras, ya, Ndin, kamu tahu aku cinta sama Brama?” tanya Angel to the point.

“Bukan, aku tahu sendiri. Aku kenal kamu, Ngel, dari SD. Gerak-gerikmu aku hafal meski kamu nggak cerita. Terus, aku mastiin ke Rayyan. Cintamu lebih besar ke Brama daripada Danu, Ngel. Aku tahu itu,” sanggah Nadinia.

Respons Angel hanya menghela napas ke Nadinia. Nadinia pun beralih jongkok di depan Angel agar dia bisa mengimbangi duduknya.

“Kalung itu sudah nggak ada di lehermu. Kalungnya pasti kamu titipkan ke Saras,” ucap Nadinia lalu mengenggam tangan kanan Angel dengan kedua tangannya. “Ngel, aku ingin kamu semangat lagi.”

Mendengar hal tersebut, Angel menggeleng.

“Aku terus semangat, ‘kan ada kalian,” jawab Angel. “Kalian tambahan semangatku.”

“Kita dan Brama beda. Brama dengan cinta sebagai pelengkapmu, sedangkan kami sahabat dan saudaramu. Kamu butuh cinta, Ngel, untuk kamu bangkit,” kata Nadinia masih dengan posisi yang sama sesekali menghapus air matanya yang tiba-tiba luluh dengan tangan kiri.

“Jika aku butuh itu, Ndin, terus, bagaimana dengan Brama? Aku nggak boleh egois,” sanggah Angel.

Nadinia menghela napas mendengar jawaban Angel. Angel tidak mungkin gegabah memutuskan sesuatu. Dia selalu berpikir panjang apalagi tentang perasaan orang lain.

Ketika Waktu BersamamuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant