With---64: Tapi Aku

12 2 0
                                    

Akhirnya, Rayyan sampai di rumah sakit. Dia langsung disambut oleh suster dan Dokter Demian yang sudah dia hubungi tadi. Angel pun bergegas dibawa ke ruang UGD. Rayyan tak diizinkan masuk, jadi dia pun duduk saja di kursi untuk menunggu. Rayyan mengacak rambutnya yang basah secara kasar. Dia sudah tidak peduli lagi dengan bajunya yang juga basah kuyup itu.

Beberapa menit kemudian, Dokter Demian keluar ruangan. Beliau langsung saja menemui Rayyan dan duduk di sampingnya.

“Adikmu tidak apa, Ray. Dia cuma capek, tetapi apakah ada hal yang membuat perasaan terguncang saat ini?” tanya Dokter Demian.

“Ada, Dok. kakek dan neneknya meninggal,” jawab Rayyan.

“Ah, pantas,” balas Dokter Demian, kemudian dia menerima salah satu paper bag dari suster dan mengucapkan terima kasih lalu suster itu masuk ke ruang UGD.

“Kenapa, Dok?” tanya Rayyan.

“Sebelum ke ruangan saya, kamu ganti baju dulu, ya? Kamu basah seperti itu,” kata Dokter Demian.

“Baik, Dok. Terus, adik saya bagaimana?” tanya Rayyan.

“Jangan khawatir. Angel sudah digantikan bajunya di ruang UGD,” balas Dokter Demian tersenyum. “Sana, gih! Saya tunggu di ruangan saya, ya.”

Rayyan hanya mengangguk lalu dia meninggalkan Dokter Demian untuk ke toilet berganti baju. Akhirnya, setelah selesai dia langsung saja menuju ruangan Dokter Demian.

Di dalam ruangan Dokter Demian, Rayyan diperiksa dan disuntikan vitamin oleh beliau dengan telaten.

“Kamu yakin nggak mau diinfus sebentar?” tawar Dokter Demian setelah selesai melakukan aktivitasnya. “Kamu juga capek, Ray.”

“Nggak, Dok. Saya baik-baik saja. Terima kasih, ya,” jawab Rayyan tersenyum.

“Sama-sama. Kita bicara di sini saja, ya, tentang Angel? Cukup kamu tetap duduk bersila di atas brankar. Saya duduk berayun di sini,” kata Dokter Demian.

Rayyan hanya mengangguk.

“Apa kabar dengan orang tuanya Angel, Ray?” tanya Dokter Demian.

Mendengar hal itu, Rayyan tertawa sinis. “Menurut Dokter?”

“Sama saja, sih, Angel saja masih seperti itu,” jawab Dokter Demian menghela napas.

“Ya begitulah, Dok. Saya nggak tahu lagi,” balas Rayyan.

“Kamu nggak boleh putus asa, ya?” pinta Dokter Demian.

“Tidak, Dok. Hanya makin ke sini, makin aneh saja.”

“Ya, Ray, saya hanya bisa memberi Angel obat saja untuk pengalihannya.”

“Dosis obat Angel, apa lebih tinggi daripada yang sebelumnya, Dok?” tanya Rayyan khawatir sebab sang adik belum ada perkembangan.

“Iya. Dia mulai bisa melepas, tetapi lagi-lagi tertumpuk karena guncangan tak terduga. Jiwa manusia yang dari awal sudah banyak luka butuh proses panjang untuk pulih. Dalam khasus Angel, tumpukan itu sedari kecil malah,” jelas Dokter Demian. “Saya yakin guncangan Angel bukan hanya soal kakek dan neneknya saja yang meninggal.”

Mendengar hal itu kening Rayyan mengerut bingung. “Apa, Dok? Ada lagi?”

“Iya. Angel bersama siapa sebelum denganmu?” tanya Dokter Demian.

“Brama.”

“Hubungi Brama sekarang, minta tolong untuk dia ke sini. Saya membutuhkannya,” pinta Dokter Demian.

Rayyan pun hanya mengiakan lalu dia meminta izin untuk memgambil handphone-nya di dalam mobil.

******

Sementara itu Brama sedang duduk di kursi belajarnya, dia menatap kalung liontin pemberian Amgel yang Brama gelantungkan di depan mukannya. Tawa sinis Brama pun sesekali terbit saat dia memandangi kalung tersebut. Mendadak hati dan pikirannya berperang ketika sang papa, Dito, menanyai perihal hubungannya dengan Angel.

“Perkataan Papa benar lalu bagaimana dengan perasaan Angel?” gumam Brama sendiri sesekali tertawa sinis. “Aku mencintamu, Ly, tetapi aku—“

Ucapan Brama terpotong ketika handphone-nya berdering, ternyata pesan Whatsapp dari Rayyan.

Rayyan

Ke rumah sakit sekarang, Bram. Aku kirim lokasinya.

Langsung saja tanpa basa-basi Rayyan sudah mengirim lokasi rumah sakit tersebut. Brama pun menebak Angel-lah yang membutuhkannya sekarang.

Brama

Oke. Aku ke sana, Ray.

Setelah meletakkan kalung itu di tempatnya kembali, Brama pun menyambar kunci mobilnya dan bergegas menuju rumah sakit. Dia hanya membalas singkat teguran sang papa saat berpapasan di ruang tamu tadi.

******






Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang