Cheers 4

1K 183 8
                                    

2 Februari 2024

🌸

"Sakura pergi, dan aku tidak tahu kemana ia pergi ma."

Suara Sasuke terdengar bergetar. Mikoto mengusap punggung anaknya. Tangan kanan Mikoto menggenggam tangan besar anaknya.

Sasuke cukup jarang menunjukkan sisi lemahnya pada siapapun. Melihatnya seperti ini, membuat Mikoto menyadari seberapa besar perasaan kasih yang dimiliki Sasuke untuk Sakura.

"Sakura itu seperti apa?"

"Dia.. cantik. Manis. Matanya bewarna hijau terang. Rambutnya bewarna bunga sakura. Dia sangat cantik."

Dari penggambaran singkat Sasuke saja, Mikoto dapat membayangkan betapa manisnya Sakura. Pink dan hijau, perpaduan yang sempurna di matanya.

"Kenapa tidak meminta bantuan papa untuk mencari Sakura?"

Sasuke menelan ludah gugup. Ia berdehem beberapa kali. Pandangannya bergerak sembarang arah, selama tidak menatap mata sang mama.

"Aku cukup malu untuk membicarakan ini dengan papa," jawabnya dengan suara kecil. Telinga Sasuke memerah.

Mikoto tersenyum kecil, "Kau tidak perlu merasa malu pada papamu," nasihat Mikoto.

"Siapa nama lengkap gadis itu Sasuke?"

"Haruno. Haruno Sakura," ujar Sasuke.

Mikoto mengangguk kecil. Ia peluk bahu anaknya sebentar sebelum berdiri.

"Istirahatlah, kau akan berangkat besok."

Sang mama meninggalkan Sasuke. Laki-laki itu menghela napas gugup. Jantungnya berdebar cepat. Pertama kalinya ia bercerita tentang seorang perempuan pada mamanya. Sasuke berbarinh di atas kasurnya. Kakinya masih menggantung di tepi kasur.

"Mama tidak akan melakukan sesuatu yang aneh kan?" Gumamnya.

Sasuke melirik pada jam kecil di atas nakas. Jam itu menunjukkan pukul sepuluh malam. Sasuke belum bisa tidur diwaktu ini. Di sampingnya juga ada figura foto Sakura. Mamanya pasti juga sudah pernah melihat foto Sakura, tapi tetap bertanya padanya.

Deringan ponselnya mengalihkan perhatian Sasuke. Ia ambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

"Hm?"

"Kau akan ke Hokkaido besok?"

"Ya, ada apa?"

"Aku juga ada pameran di Sopparo, dalam bulan ini. Ku harap kau mau meluangkan waktumu untuk sekedar makan siang denganku dan Ino."

"Kabari saja jika kau sudah di Hokkaido," balas Sasuke. Ia mengernyit ketika mendengar namanya disebutkan dengan suara melengking di seberang sana.

"Sasuke! Kau ingin oleh-oleh apa dari Paris?!" Suara Ino terdengar. Sasuke menjauhkan ponsel dari telinganya yang cukup berdenging.

"Sweater Marienere dan parfum, untuk pasangan," jawab Sasuke sambil memikirkan Sakura.

"Eh! Kau sudah mempunyai kekasih?!" Lagi Sasuke menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Bawakan saja," titahnya.

"Kenapa kalian masih bangun di tengah malam seperti ini?" Tanya Sasuke mengalihkan pembicaraan. Terdengar dengusan dari seberang sana.

"Ino ngidam."

"Ngidam?" Tanya Sasuke tak paham.

"Iya, Ino sedang hamil dan ia ingin mendengar suaramu," terdengar keluhan dari suara Sai.

"Ino sedang hamil dan kalian akan naik pesawat besok?"

"Kami sudah ke dokter, dan sudah mendapatkan izin. Kandungan Ino sudah cukup kuat untuk perjalanan menggunakan pesawat," jelas Sai.

"Tidak ada ucapan selamat dari paman Sasuke?" Suara Ino kembali terdengar, seperti anak kecil.

"Selamat untukmu Ino," balas Sasuke sambil tersenyum kecil.

"Terimakasih paman Sasuke."

"Ya terimakasih juga Sasuke," ujar Sai malas. Ia tak mendapatkan ucapan selamat dari sahabatnya sendiri.

"Kalau begitu aku tidur dulu ya, aku hanya ingin mendengar suara Sasuke tadi. Bye Sasuke," pamit Ino.

"Hm."

Terdengar suara krasak-krusuk dari seberang. Sasuke belum memutuskan panggilan. Sepertinya masih ada yang ingin dibicarakan oleh Sai.

"Hei, aku belum sempat bertanya. Bagaimana kabarmu?"

"Seperti biasa. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik, tentu saja. Insomniamu belum sembuh juga?"

"Belum."

"Apa kata Psikologmu?"

"Mencarinya, menemukan sumber kegelisahanku."

"Kau masih belum menemukannya?"

"Belum."

"Aku harap kau  menemukannya di Hokkaido Sasuke."

"Ya, aku harap juga begitu."

"Kalau begitu titip salam untuk paman dan bibi. Dah."

Panggilan terputus tanpa sempat Sasuke membalasnya. Ia juga berharap dapat menemukan Sakura di Hokkaido.

~Cheers~


"Berhati-hatilah di sana," pesan Mikoto.

Sasuke mengangguk, ia lepaskan pelukan pada sang mama.  Kini gantiaan ia yang memeluk Itachi sekilas. Kakaknya itu menahan pelukan mereka. Sasuke malu dilihat banyak orang di bandara.

"Lepaskan kak," desisnya.

Itachi melepaskan pelukan itu sembari menyengir. Sasuke berdecih. Ia lantas memeluk papanya.

"Seseorang bernama Haruno Sakura, pernah menjadi mahasiswi di Universitas Kedokteran Sopparo. Papa harap ini dapat membantumu," bisik papanya.

Mata Sasuke kembali membulat. Mamanya memberitahu papanya ya. Ia eratkan pelukannya pada papanya.

"Terimakasih Pa," jawabnya.

"Hm, berhati-hatilah di sana," pesan papanya.

Sasuke mengangguk, "Papa jangan terlalu sibuk di Biro, mama akan kesepian di rumah," canda Sasuke.

Papanya terkekeh kecil. Ia tepuk pundak Sasuke beberapa kali. Sejak bekerja sebagai Kepala Biro Kepolisian, waktunya banyak dihabiskan di kantor. Sudah semakin jarang berdua bersama istrinya.

"Hubungi papa jika kau butuh sesuatu."

"Ya."

Sasuke melepaskan pelukannya. Sekali lagi ia memeluk mamanya. Tersenyum tipis.

"Aku pergi dulu," pamitnya.

Sasuke kemudian berjalan ke arah Shikamaru dan Kiba. Mereka sudah menunggu Sasuke. Shikamaru dan Kiba mengangguk sebentar. Berpamitan pada keluarga Uchiha sekaligus atasan mereka.

Setelah itu mereka bertiga mulai menjalani pemeriksaan sebelum memasuki pesawat. Sasuke membawa satu koper dan satu tas punggung, begitupun Kiba dan Shikamaru.

Sakura, tunggu aku.

🌸

Publish: 24 Februari 2024

Next chapter 65 vote yaaa...

Cheers [SasuSaku]Where stories live. Discover now