33 ° Torture

89 18 0
                                    

"Ada baiknya sekarang kau mulai buka suara, Helio."

Seperti perkataannya semalam, Jerzy benar-benar membuat Helio merasakan neraka di dunia. Setelah membiarkan Helio sepanjang malam di selnya, pada pagi hari Jerzy sudah menyeretnya menuju sebuah ruangan. Dimana disana Jerzy memulai aksi penyiksaannya.

Darah yang berasal dari tubuh Helio mengalir dan mengotori lantai. Sudah hampir sore dan Helio masih belum mau bicara. Padahal Jerzy sudah menyiksanya sedemikian rupa. Sudah termasuk memukuli dengan tangan kosong, menggunakan beda, dan menyetrumnya seperti kemarin. Wajah Helio sudah penuh luka memar dan darah. Kepalanya tertunduk dan nafasnya berat. Meski begitu, Helio masih terus diam.

Karena reaksi Helio ini, Jerzy jadi agak kesal karena hari ini berlalu dengan sia-sia. Walaupun dia sudah menduga bahwa pendirian Helio pasti kuat. Tapi, rupanya lebih kuat dari dugaannya. Jerzy jadi tahu bahwa ini mungkin akan memakan waktu lebih lama daripada yang seharusnya.

"Gigih sekali." Kata Jerzy. Ia menarik dagu Helio, mengangkat kepala yang berdarah itu agar memandangnya. Mata Helio balas memandangnya dengan tajam. Jerzy tersenyum. "Vampir yang hebat itu kini sudah tidak berdaya. Apa salahnya kau bicara sesuatu?"

Helio meludah pada Jerzy. Gerakan Jerzy yang gesit membuat ludah bercampur darah itu tidak mengenainya. Jerzy yang kaget dan kesal langsung melayangkan pukulan telak pada wajah Helio. Menambah luka pada vampir itu.

"Itu menjijikan, Helio." Ucapnya. "Maaf ya, jadi kupukul lagi. Kau yang membuat ini jadi sulit."

Mungkin karena pukulan yang tadi terlalu keras, Helio akhirnya tidak sadarkan diri. Jerzy menghela nafas lelah. Ah, dia tidak tahu bahwa menyiksa seseorang akan terasa sangat melelahkan seperti ini. Apa mungkin karena hanya dia yang bertindak sendiri? Ketiga temannya itu belum memberikan jawaban padanya.

Jerzy melepaskan ikatan rantai diruangan itu dari Helio. Dengan cepat menyeret tubuh tidak berdaya itu kembali ke dalam sel. Menyegel kembali Helio dan kekuatannya.

"Sampai jumpa besok, Helio. Kita akan berbincang lagi."

Jerzy melangkah meninggalkan sel Helio. Setelah langkah kaki itu tidak terdengar, Helio membuka matanya. Ia rupanya tidak pingsan. Hanya karena tubuhnya yang lemah, Helio tidak bisa berbuat apapun. Karena dia muak, Helio memilih untuk berpura-pura tidak sadarkan diri agar Jerzy menyerah. Rupanya rencana itu berhasil. Jerzy akhirnya mengembalikannya ke dalam sel.

Secara perlahan, luka-luka di tubuhnya mulai menutup. Helio tidak bisa menghentikan hal yang sudah wajar ini. Walaupun Helio tidak ingin sembuh dan mengharap agar disiksa sampai mati. Darahnya perlahan berhenti mengalir seiring dengan tubuhnya yang perlahan memulihkan diri. Walaupun kekuatannya di segel, sepertinya kekuatan menyembuhkan diri tidak tersegel. Helio sekarang sudah lebih baik dan merasa badannya tidak sesakit sebelumnya.

Pakaiannya sudah benar-benar lusuh. Bahkan kini kemejanya sudah hancur dan sepertinya sudah tidak bisa dipakai lagi. Helio merasa dingin tapi tidak begitu ia pedulikan. Sekarang ia hanya berpikir bahwa kematian pasti akan datang, cepat atau lambat. Helio duduk bersandar pada dinding yang dingin. Bagaimana semua ini berawal? Harusnya dia tidak melewati ini.

Semua karena dia bertemu dengan Kira dan melibatkan diri dengan gadis manusia itu. Harusnya Helio tidak usah mendengarkan omong kosong itu. Walaupun begitu, Helio juga kesal dengan dirinya sendiri yang percaya begitu saja. Semua tidak akan terjadi jika Helio lebih waspada.

Menarik nafas panjang, Helio memejamkan matanya. Tenggelam dalam mimpi yang belakangan ini sering menganggunya. Ia kembali memimpikan sedang ada di tempat dimana The Mighty berada. Helio rasanya sudah bosan melihat tempat ini lagi.

Crescent Moon [ Ddeungromi ]Where stories live. Discover now