41 ° The Perfect Awakening

99 20 0
                                    

"Anakku, pergi ke kuil sekarang juga."

Kira sedang ada di tenda medis, mengobati lukanya yang di dapat saat pertempuran, secara mendadak mendengar suara samar-samar di kepalanya. Tentu Kira mengenal suara ini dari siapa. Tapi kenapa mendadak menyuruhnya ke kuil? Apakah sebuah petunjuk tentang keberadaan Helio? Padahal Helio tidak ikut perang kali ini. Akan sia-sia jika Kira membuang waktu untuk datang kesana. Terlebih dia sedang terluka.

Tapi suara itu tidak berhenti terdengar dan seperti berputar-putar dalam kepalanya. Membuat Kira lama-lama merasa kesal dan akhirnya menuruti perkataan itu. Setelah selesai menelan pil penahan rasa sakit dan membalut lukanya dengan perban, Kira langsung bergegas keluar dari tempat medis. Beberapa petugas mencegahnya tapi Kira bersikeras pergi.

"Jangan gegabah, Kira!"

Sebuah suara familiar terdengar meneriakinya. Kira berhenti berjalan tapi tidak ingin menoleh. Ia tidak merasa bahwa ia harus membalas ucapan itu. Berusaha tidak mendengar dan kembali berjalan pergi.

"Aku akan jelaskan alasannya!"

Suara itu kembali terdengar dan terus berusaha menghentikan langkah Kira. Tapi Kira tidak ingin menggubrisnya. Lalu Kira merasa tangannya di tahan seseorang dengan kencang. Kira merasa sangat kesal sekarang.

"Tunggu!" Kini suara itu terdengar berada tepat di belakangnya. "Aku ingin mengatakan sesuatu."

Kira berbalik dan menatap tajam pada Jerzy yang berdiri disana. Kira menarik tangannya dari genggaman Jerzy.

"Jerzy, aku saat ini sangat marah padamu. Apapun alasanmu, apapun yang ingin kau utarakan, tidak akan ada pengaruhnya padaku. Rasa marah ini tidak akan bisa kau redakan dengan cara apapun." Ucap Kira penuh tekanan.

"Kira—"

"Jangan pernah bicara padaku lagi, mulai saat ini dan seterusnya." Kata Kira lagi. "Dan aku tidak peduli jika kau mau melaporkan ini pada atasan. Jadi, enyahlah dari hadapanku."

Setelah memberikan peringatan itu, Kira langsung berlari pergi. Jerzy yang sadar diri tidak lagi menahan kepergian Kira. Dia sudah tahu bahwa kesempatannya sudah lama hilang setelah Kira menyadari apa yang sudah ia lakukan.

Sementara itu, Kira terus berlari menuju kuil yang dimaksud. Karena jaraknya tidak begitu jauh dari tenda medis, Kira memilih untuk menempuhnya dengan berlari saja. Daerah itu sudah sangat hancur akibat perang. Mayat-mayat dari korban perang masih berserakan dan belum di evakuasi. Hari semakin lama semakin malam. Kira mendongak ke atas dan melihat bahwa langit malam ini menampakkan bulan sabit pertama.

Perjalanan itu di tempuh dalam waktu 30 menit berjalan kaki. Agak terlambat karena Kira yang terluka. Bagian pahanya yang tanpa sengaja terkena serangan vampir dan juga lengan kanan bagian atas. Beruntung dia meminum pil penghilang rasa nyeri sehingga rasa sakitnya masih bisa dia tahan.

Akhirnya Kira tiba di kuil yang dimaksud. Sampai disana Kira kaget saat mendapati ada seseorang yang ada lebih dahulu. Tanpa melihat jelaspun Kira sudah tahu bahwa itu Helio. Vampir itu duduk bersila diatas lantai batu. Kira tahu bahwa Helio pasti sedang berusaha membangkitkan The Mighty.

"HELIO!"

Kria berteriak memanggil Helio. Yang dipanggil namanya langsung kaget dan menoleh. Kira segera menghampiri Helio yang tampak marah.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini?" Helio berseru marah. "Pergi! Disini berbahaya!"

Kira tidak mengindahkan ucapan itu. Dia terus mendekati Helio. Disana dia melihat berbagai benda yang tergeletak dilantai. Pasti ini adalah syarat untuk melakukan pembangkitan. Kira menatap Helio dengan serius.

Crescent Moon [ Ddeungromi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang