PROLOG

15 1 0
                                    

23 November 2013

Tangan kurus Olive menyingkap gorden, matanya menjelajahi hamparan kebun karet yang gelap gulita, hatinya risau sejak matahari beristirahat dan menyisahkan remang-remang cahaya bulan.

"Ah Samuel masih lama baru pulang?" matanya melirik layar ponsel bertombol yang dia genggam sedari tadi, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, rumah yang jauh dari pusat kota membuat malam lebih mencekam.

"Mama Anny sudah mengantuk" seorang bocah berumur 7 tahun berjalan menghampiri Olive sambil mengucek matanya.

"Oh iya sayang ayo kita tidur" Ibu 34 tahun itu segera bangkit dari duduknya dan menggenggam tangan kecil Anny sambil menuntunnya ke kamar. Mata bulat Anny sudah tertutup rapat, Olive juga menutup buku bergambar yang sempat ia bacakan untuk Anny.

Srek srek srek

Lagi-lagi Olive mendengar suara grasak grusuk dari luar rumahnya, dengan langkah gemetar Olive mendekati jendela kamar Anny untuk memastikan suara apa yang dia dengar,

"Sial tidak ada apa-apa, apa mungkin babi hutan?" Olive kembali menutup rapat daun jendela kamar. Kecupan mendarat di dahi Anny diikuti dengan langkah menjauh Olive. Tangan Olive sibuk membereskan rumahnya, ia berusaha menyibukkan diri sembari menunggu kepulangan suaminya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menghentikan gerakan Olive, matanya segera menatap jam dinding.

"Baru jam 9 bukankah Samuel bilang akan lembur malam ini" Olive mengingat-ingat jika suaminya lembur paling cepat pulangnya jam 11 malam, apalagi perjalanan dari kota ke rumah mereka membutuhkan waktu 2 jam.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terulang, Olive segera meraih jaketnya, meski hanya sekadar membuka pintu pasti udara diluar sudah lumayan dingin.

"Siapa?" tanya Olive terlebih dahulu untuk berjaga-jaga, semenit dua menit tidak ada jawaban dari balik pintu, Olive segera menelpon Samuel namun belum sempat mendapat jawaban dari Samuel sosok dibalik pintu Olive bersuara.

"Maaf Nyonya, ini saya Mellisa guru piano Anny" Olive bernafas lega dan segera memutuskan panggilannya,

"Oh iya Miss Mellisa" dengan sigap Olive membuka pintu rumahnya.

"Ada apa Miss Mellisa jauh-jauh kesini?"

Mellisa menyeduh pelan-pelan teh panas yang dihidangkan oleh Olive.

"Aku ingin menawarkan putrimu untuk penampilan memainkan piano" tanpa basa basi Mellisa langsung menyampaikan maksudnya bertamu malam-malam ke rumah Olive.

"Oh tentu saja aku mengizinkan, akan ku tanyakan pada putriku besok saat dia bangun" Olive tersenyum menjawab penawaran Mellisa.

"Oh iya ngomong-ngomong dengan siapa Miss kesini?" tanya Olive penasaran melihat seorang wanita 20 tahun mengunjungi rumah muridnya yang jauh didalam perkebunan.

"Oh iya aku bersama supirku, dia menunggu di mobil" Mellisa menjawab terbata diikuti dengan mata Olive yang berusaha mencari keberadaan mobil Mellisa dari balik jendela.

"Dimana Miss memarkir mobil?, aku bahkan tidak mendengar suara mobil dari tadi" tanya Olive karena memang tidak mendengar suara mobil sedari tadi.

"Oh itu supirku memarkir agak jauh dari halaman karena jalanan yang gelap kami keliru memilih jalan".

Mellisa berdiri dan berpamitan pada Olive "Sepertinya aku harus pulang sekarang", dengan sedikit buru-buru Mellisa melangkah keluar sembari meraih kembali jaket tebalnya dan mengenakannya sambil berjalan.

SMILE (On Going)Where stories live. Discover now