Rumahku

3 0 0
                                    

Banyak kutemui orang-orang, yang mengatakan, bahwa rumah adalah suatu tempat yang sangat nyaman untuk dihuni. Melindungi dari berbagai ancaman marabahaya. Aku tersenyum, dan tidak menyangkalnya.

Rumahku, jauh dari kata ramai.

Rumahku elastis, terkadang dinamis, hanya aku yang bisa mengaturnya.

Mengatur suhu ruangan nya, menata nya, hanya aku yang memutuskan apakah akan ditempati banyak benda sampai sesak atau akan kubiarkan saja kelengangan yang mengisinya.

Kerap kali aku kewalahan untuk mengaturnya, ataupun membersihkan nya. Tapi, sebagai nyonya rumah yang baik hati dan rajin ini, aku berusaha untuk tetap tinggal didalamnya dan berusaha untuk memperbaiki bagian-bagian rumahku yang sudah koyak. Aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak keluar dari rumahku yang sangat besar ini.

Tentu saja, terkadang hujan lebat dan badai menghampiri.

Tentu saja , sebagian atap rumah berlubang, dan membiarkan air hujan itu terjun bebas menggenangi tiap lantai didalam nya. Tapi, aku tidak menyerah. Kenapa harus menyerah? Kalau atap itu terus menerus tidak mau tertutup, aku pasti akan cari jalan lain unuk memperbaikinya sampai aku terluka dan benar-benar pergi. Aku dan rumahku ini benar-benar pasangan yang serasi. Aku tidak ingin meninggalkan nya. Aku akan terus ada disini.

Jika ada yang datang bertamu, akan kubiarkan masuk.

Tapi, tidak akan kubiarkan ia ikut serta untuk merenovasi bagian-bagian yang sudah rusak di rumah ini. Hanya aku seorang, sang arsitektur dan kuli nya yang jelas mengetahui bagian mana yang akan ku perbaiki dan ku buang.

Sungai KesedihanWhere stories live. Discover now