Chapter 24

80 18 11
                                    

"Perkenalkan saya Frederick Zero Lorenzo, kaka dari Maverick Zeno Lorenzo dan Morana Zelo Lorenzo"

"Maverick sdh tdk ada" ujar Gavin dingin

"Morana juga sdh tdk ada" lanjut Elenna ikut bersuara. Frederick tertawa kecil menanggapi perlakuan kedua adiknya.

"Begitu pula dengan Frederick, dia sudah tidak ada, yang ada hanyalah Elzion Novalion Alicius" ujar El menimpali perkataan adik-adiknya.

"Panggil saja aku El nona"

"Lo ga pernah bilang kl lo punya kaka" tanya Rebecca ketus.

"Kaka beda ibu" jawab Elenna disebelah Zergan.

"Cih, hobi banget bikin hidup plot twist"balas Rebecca pedas.

"Apakah kamu sekarang mulai menjadi pria bajingan, boy?" tanya El pada Gavin.

"Maksud lo" jawab Gavin tidak ada sopan-sopannya. Jari telunjuk El terarah pada leher Rebecca yang membiru.

"Oh, cuman nandain doang, dan supaya orang-orang tau kalo dia milik gw" jawab Gavin enteng, El menatap tajam adiknya, Gavin memang paling sulit untuk ditebak.

"Apa Gavin yang melakukannya, nona?" tanya El diangguki Rebecca.

"Memangnya orang gila mana lagi yang berani melakukannya selain adikmu tuan" ucap Rebecca terang terangan tidak berusaha untuk menyangkal atau menutupi.

Semua orang yang mendengarnya tentu saja terkejut dengan kejujuran Rebecca, jujur memang lah baik tapi ini.... Sudahlah,semua orang kehabisan kata-kata dengan Gavin dan Rebecca.

"Lagi pula bukan cmn gw doang yang ngigit,dia juga ngigit gw" ujar Gavin kemudian menunjukkan lehernya yang juga membiru seperti Rebecca.

Keterkejutan mereka bertambah, benar-benar tidak habis pikir dengan dua sejoli itu.

"Gw suka timbal balik, ga adil kalo cmn gw doang yang digigit,dan-" Rebecca menjeda perkataannya membuat orang-orang menatapnya penasaran.

"-Kalo gw milik Gavin, berarti Gavin juga milik gw" Gavin menyeringai lebar, memeluk pinggang ramping Rebecca posesif, sedangkan sang empu membuat pola abstrak pada dada bidang Gavin.

"Dasar sinting" ucap Bryan mulai kesal melihat kegilaan Gavin dan Rebecca.

"Ayah, kamu tidak boleh seperti itu pada anakmu" goda Rebecca sengaja memanggil Bryan ayah seperti saat diacara pesta dansa.

"Bacot lo" umpat nya mengacungkan jari tengah pada Rebecca.

"Jadi, Gavin dan Rebecca, apa kalian sudah jadian? " tanya Lily yang sedaritadi diam menyimak semua percakapan.

"Belum" jawab keduanya serempak.

"Bodo amat anjing, suka-suka lo berdua, dasar pasangan gila" ucap Bryan misuh-misuh melihat kedua insan yang malah tertawa.

"Tapi kalo saling memiliki, iya" lanjut Rebecca diangguki Gavin.

"Apa bedanya anjing" ujar Navero ikut kesal, sedangkan Gavin dan Rebecca hanya mengangkat bahunya acuh.

El memijat pelipisnya pening melihat kelakuan gila adiknya, ditambah sekarang dia memilih pasangan yang sama gilanya.

Memang melelahkan, tapi untungnya sasaran Gavin tidak berbeda jauh dengannya, tidak bisa dibayangkan apabila Gavin mengincar perempuan polos dan lugu.

"Sudah-sudah, sebentar lagi fajar terbit, lebih baik kita semua kembali ke mansion" suara lembut Lily mengalun menghentikan pertikaian yang sempat terjadi.

Gavin naik ke atas motor miliknya yang dibawa oleh bawahan Zergan,elihat ke arah Rebecca yang tidak kunjung naik, ada apa lagi dengan perempuan itu, Gavin tidak merasa berbuat salah.

"Kenapa?" tanya Gavin pada akhirnya.

"Gw mau bawa motor sendiri, udah lama gw ga bawa motor" jadi karena alasan itu Rebecca tidak kunjung naik ke atas motornya?.

"Tidak ada lagi motor Rebecca, kecuali lo mau naik mobil bareng ibu" netra abu itu mengikuti arah jari Rebecca yang menunjuk pada salah satu bawahan Zergan.

"Lo kan bisa minta motornya, gw yakin pasti dikasih" pinta Rebecca tetap ingin membawa motor sendiri.

"Gw ga mau" berdecak kesal mendapat penolakan dari Gavin, Rebecca mengacungkan jari tengahnya tinggi-tinggi dihadapan wajah Gavin.

"Elenna aja bawa sendiri" memutar mata malas, kenapa sekarang Rebecca terlihat kekanak-kanakan, tapi Gavin menyukai sifat itu, terlihat menggemaskan.

"Oke" jawab Gavin akhirnya mengalah, Rebecca tersenyum senang mendengar nya hingga gigi putihnya yang rapi terlihat.

Gavin turun dari motornya, mengusak surai Rebecca sekilas kemudian berlalu menuju bawahan Zergan. Rebecca menghampiri Gavin ketika pria itu memanggilnya.

"Nih" ujar Gavin melemparkan kunci motor yang ditangkap dengan mudah oleh Rebecca.

Netra coklat itu memperhatikan penampilan Gavin saat ini. Wajahnya tertutupi helm fullface, memakai kemeja putih yang terkena bercakan darah, lengannya ia gulung hingga siku, tidak lupa celana hitam dan sarung tangan hitam membuat aura yang ia keluarkan begitu mendominasi.

"Jangan ngedahuluin gw, atau gw jatuhin lo dari motor" nasihat sekaligus ancaman dari Gavin, tanpa membantah Rebecca menganggukkan kepalanya lantas menaiki motor bawahan Zergan yang sekarang menjadi miliknya.

Gavin melajukan motornya di jalanan memimpin beberapa motor lainnya,sedangkan Rebecca berkendara disamping Gavin menyamai kecepatan laju motor pria itu .

Semuanya kini telah sampai di mansion dengan interior khas Eropa, Gavin memarkirkan motornya di halaman depan mansion diikuti dengan beberapa motor lainnya termasuk Rebecca.

Kaki jenjangnya melangkah masuk kedalam, menghempaskan tubuhnya pada sofa yang tersedia, Gavin mengambil cerutu dari saku celananya kemudian mengapit cerutu tersebut diantara kedua belah bibirnya.

"Bagi"ujar Navero merampas wadah cerutu dari tangan Gavin, sang empunya cerutu menatap tajam Navero yang acuh.

"Gw juga mau" Rebecca merampas balik wadah cerutu dari tangan Navero.

"Ck, lo ga boleh ngerokok, balikin sini" protes Navero dianggap angin lalu oleh Rebecca.

Rebecca mengapit cerutu, menghampiri Gavin yang akan menyulut cerutu miliknya, Rebecca mendekatkan wajahnya pada wajah Gavin, menempelkan cerutu miliknya pada milik Gavin yang sudah tersulut api.

Kepulan asap mengenai wajah Gavin ketika Rebecca menghembuskan nafasnya dengan sengaja, seringai tercipta pada wajah cantiknya.

Menjauhkan tubuhnya dari Gavin hendak pergi kekamar nya. Tubuhnya terhempas jatuh kepangkuan Gavin saat pria itu menarik pinggangnya.

"Tidak ada cerutu untukmu nona" ucap Gavin mengambil paksa cerutu dari bibir Rebecca , menjatuhkan cerutu itu di lantai, Gavin menginjaknya sampai cerutu itu hancur.

"Bangsat" umpat Rebecca diabaikan Gavin.

"Jangan coba-coba mengkonsumsinya lagi nona,atau aku akan menciummu"ancam Gavin mampu membuat Rebecca bungkam.

Sementara itu,orang-orang yang menyaksikan pertikaian keduanya menggelengkan kepala mereka, kecuali Harry dan Theo yang menatap datar keduanya.

"Aku merasa bahwa kamu berbeda dari agen pada umumnya"

Rebecca yang berada dipangkuan Gavin mengangkat sebelah aslinya mendengar penuturan dari kaka Gavin yang sekarang tengah memangku Elenna.

"Setuju, sifat lo dan segala tingkah laku lo jauh berbeda dari agen pada umumnya" timpal Elenna menyetujui ucapan El termasuk yang lain, bahkan Zergan yang ikut kemansion Gavin pun menyetujuinya.

"Dari pada agen,sifat lo lebih kaya kita, seperti seorang pembunuh"

Rebecca tersenyum lebar hingga matanya menyipit, sedetik kemudian senyuman itu berubah menjadi ekspresi datar dengan tatapan dingin.

"Tentu saja berbeda, karena berbeda itu indah"










...

Alicius And The Secret AgenWhere stories live. Discover now