UL | DESA DELIGHTIA | Urung

26 6 0
                                    

Hari ke dua puluh enam. Rasanya, pagi hari lebih cepat datang.

Aku sudah memasukan baju juga jubah yang robek ke dalam tas merah. Akibatnya, tas selempang milikku jadi tampak lebih gendut.

Aku kemudian mengedarkan pandangan. Di Pagi buta seperti sekarang, aku sudah tidak mendapati Nona Aoi ataupun Ash di manapun.

"Apakah mereka sedang pergi keluar?" tanyaku pada diri sendiri.

Tidak menemukan siapapun di rumah. Dengan tangan yang di letakkan di pinggang. Aku menghela napas. "Huh..! Padahal, Lilysia ingin berpamitan pada Ash juga Nona Aoi."

Tak lama kemudian, aku memutuskan untuk keluar dari rumah.

Saat pintunya digeser. Lilysia hanya bisa terpana oleh cantiknya pemandangan Desa Delightia.

Embun pagi juga semilir angin yang berhembus begitu menenangkan.

Langit yang masih berwarna jingga menjadi latar belakang dari bukit-bukit yang begitu memanjakan mata.

Sebelum aku melangkah lebih jauh lagi dari kediaman Nona Aoi juga Ash. Nona Aoi sudah terlebih dahulu memanggilku.

"Lilysia? Kau mau kemana pagi-pagi buta seperti ini?"

Aku berbalik menghadapnya. Terlihat, Nona Aoi baru saja selesai menjemur baju. Keranjang yang dia jinjing sudah kosong.

Nona Aoi meletakan keranjangnya dan mendekat ke arahku. Aku mengeratkan pegangan pada tali tas merah kala Nona Aoi sudah berdiri tepat di depanku.

"Mau kemana kau?" tanyanya lagi.

"Lilysia mau pergi sekarang. Lilysia masih harus mencari bunga Lavylia."

"Apa?" Nona Aoi menaikkan alisnya. "Kau akan tetap bersikukuh mencari bunga yang hanya ada dalam cerita dongeng Kerajaan Ophelia?"

Sekali lagi. Tekadku rasanya sedang dipatahkan oleh perkataan yang menyinggung bahwa Bunga Lavylia tidaklah nyata.

Meskipun demikian. Aku masih bisa mendongak sembari menatap wajah cantik Nona Aoi. "Lilysia akan tetap mencarinya. Bahkan jika Bunga Lavylia memang benar-benar tidak ada dan hanya cerita belaka. Ini semua Lilysia lakukan demi Ibu. Lagipula, jika Kerajaan Kuno Ophelia itu ada. Itu artinya, ada kemungkinan jika Bunga Lavylia itu nyata, bukan?"

Nona Aoi menghela napasnya mendengar penjelasanku. Dia menekuk lututnya dan membelai kepala Lilysia. "Saranku. Kau sebaiknya tinggal di sini. Tenang saja, aku akan menerimamu dengan senang hati."

"..."

Aku baru sadar akan sesuatu saat Nona Aoi sudah selesai membelai kepalaku dan berjalan menjauh.

Di tangannya, ada kain yang warnanya tampak tidak asing. Kepalaku turun. Mataku terpaku pada tas merah selama beberapa saat.

Iris mataku lalu membulat sempurna. Aku baru sadar kalau Nona Aoi mengambil baju juga jubah milikku yang ada di dalam tas.

"Nona Aoi! Kenapa Nona mengambilnya?" Aku dengan segera menyusul Nona Aoi. Sehingga, aku kembali masuk ke dalam rumah.

Nona Aoi baru menjawab pertanyaanku saat dia sudah duduk di depan meja yang kami gunakan untuk makan. "Aku akan memperbaiki baju mu," jawabannya.

Kala aku hendak membalas perkataan Nona Aoi. Wanita ini sudah terlebih dahulu membuka mulut, "ambilkan kotak di atas meja itu," perintahnya.

Aku menoleh ke arah kotak yang Nona Aoi maksud. Aku berdiri mengambil kotak itu dan memberikannya pada Nona Aoi.

Di dalam kotak berwarna coklat itu ternyata berisi jarum juga benang. Aku memperhatikannya, Nona Aoi sungguh lihai dengan semua peralatan ini.

UNTUK LAVYLIA [HIATUS]Where stories live. Discover now