Bab 4

2.5K 51 0
                                    

"Tuan jika sudah sampai ambil kartu aksesnya ke satpam namanya agus, dia ada di lobby" pesannya.

"Sip ini gue jalan ke lobby" balas gue.

Gue melihat satpam berdiri persis di balik pintu, lalu satpam tersebut terlihat hendak menghampiri gue.

"Permisi mas, bener mas dikta?" Tanyanya.

"Iya pak, betul saya dikta" Jawab gue.

"Ini mas titipan dari pak regan" sembari memberikan kartu akses

"Lantai 17 ya pak, dan nomor kamarnya bisa di liat di kartu aksesnya" lanjutnya.

Gue membalas dengan ucapan terimakasi dan melanjutkan mencari kamar regan.

Gue membuka pintu terlihat regan yang sudah terlanjang bulat dengan collar yang sudah terpasang.

Gue menutup pintu, tak berselang lama regan mendekati gue sembari membawa buttplug ekor anjing ke srah gue.

"Guk guk"

"Good boy" sembari tangan gue mengusap rambutnya.

Regan menjulurkan lidahnya karena kesenangan.

"Kita bersih bersih dulu ya" ajak gue sembari menuntun regan menuju kamar mandi dengan tali collarnya.

Sesampainya di kamar mandi, gue menarik tali pengikat regan dengan kasar, mungkin menimbulkan sedikit rasa sakit dari tusukan di kerah.

"Buat hari ini menyenangkan, anjing." Gue memerintahnya, sementara pada saat yang sama gue menjambak rambut pendek regan dan dengan paksa mendengakan kepalanya ke belakang, regan mendongak dan benar-benar gue melihat regan untuk pertama kalinya secara jelas.

"Buka mulut lu" Gue memberi luduh yang banyak dan gue memberinya sedikit ingus.

Regan melahap semua yang gue berikan tanpa tersisa, gue melepaskan tangan gue dari rambut regan.

"Lu naruh alat alat bdsm lu dimana" tanya gue.

"Lemari kecil beroda tuan" jawabnya

Gue berjalan mengambil salah satu alat yang khusus gue bawa, gue kembali dengan membawa masker wajah dengan tali di bagian belakang kepala. Dengan tambahan sebuah sumpal kontol kecil terpasang di dalam masker dan gue membawa lemari kecil yang bisa di dorong berisikan alat alat bdsm milik regan.

Gue memasangkannya dan secara otomatis regan membuka mulut untuk dimasukkan sumpalan itu.

Lalu gue memasangkan masker gas sebagai lapisan ke dua. Masker gas ini terdapat diujungnya selang panjang dan khusus di ujung selangnya yang ujungnya khusus untuk bisa dipasang poppers.

"Persiapkan diri lu, kemungkinan anda akan merasa pening akibat poppers yang gue kasih" ujar gue.

"Hmmm hmmm" jawabnya.

"Atur nafas lu jangan terlalu bersemngat dalam menarik nafas dan tetap tenang" sambung gue.

"Dan satu hal lagi, persiapkan mulut lu karena penyumbat mulut bentuk kontol itu bisa mengembang seiring gue menekan kompanya" instruk gue lagi.

Gue mulai memasang popper di ujung selangnya, dia mulai mengontrol nafasnya, badannya mulai rilexs.

Gue menyuruhnya untuk berdiri mengahadap tembok, gue mengambil alat di lemari kecil yang bisa gue gunain sebagai awalan.

Gue melihat selang dengan ujung besi, ya itu alat enema.

"Sekarang lu balik badan menghadap tembok" perintah gue.

"Buka kaki lu lebar, anjing" Perintah kedua gue.

Akhirnya regan menuruti perintah gue.
Dia membuka kakinya lebar dengan kedua tangan menyentuh tembok sebagai tumpuan.

Regan menganggukan dan sesekali terdengar suara dia mengihirup poppernya seolah itu oksigen. Pelicin gue balurin ke ujung selang enema dan ke tangan gue

Gue memegang pundak regan dan menggerakan pinggang dia lalu jari yang berlumuran pelicin yang rasanya dingin menelusuri belahan pantatnya, kemudian dengan perlahan membuka lubang boolnya dan gue memasukan tangan gue sebanyak 3 jari kedalam boolnya.

"Hmmmmm ahhhhhh" Suara erangan terdengar di balik masker.

Sambil mengerang tangan satu gue menarik pinggangnya semakin kebelakang untuk memberikan lebih banyak akses ke lubang bool regan.

"Hmmm ahmmmm" eranganny masih terdengar.

Gue mengerakan jari gue semakin cepat, sepertinya jari gue menyentuh prostatnya dengan begitu gue makin mempercepat menghantam prostat regan.

"Ahhh hmmmm hhhhhhhmmmmm" desahan yang tertahan.

Makin cepat gue menghantam lobang regan, hingga akhirnya regan lost kontrol yang ngebuat dia crott sendiri.

"Ahhhhhhh" desahnya panjang

"Wah keluar duluan, ijin dulu tolol ke gue" gue melepaskan jari gue dari lubangnya.

Badan regan bergetar hebat setelah crott tadi.

"Maaff tuan" ucapnya

"Harus gue kasih hukuman" ucap gue

"Guk guk"

Tangan gue meremas biji pelernnya dengan kenceng dan menariknya.

"Ahhhhhh yaaa tuaaann"

"Jalan bego!", regan merangkak seperti kuda, namun karena gue jail biji pelernya gue tendang berkali- Kali hingga sampai di ruang tamu, regan menikmati hingga kontol berdiri ketagak.



Family SlaveWhere stories live. Discover now