MG 010

218 49 14
                                    

Hari-hariku berjalan membosankan karena pernikahan yang ku impikan ternyata tak seindah kenyataanya. Bang Fawaz semakin arogan dengan tidak mengindahkan keberadaanku di rumahnya.

Okelah dia memang tidak menghendaki pernikahan ini, tapi apa aku juga tidak berhak untuk di perlakukan dengan baik?

Hanya pagi kami bertemu, itupun saat dia terburu-buru berangkat kerja dengan ponsel ditelinganya. Sore atau malam? Jangan tanyakan entah jam berapa dia pulang.

Heran, apa dia pacaran terus-terusan setiap hari dan balik ke rumah larut malam? Seekstrim itu gaya pacarannya? Iih, ngeri juga mendapat suami yang tak paham hukum agama.

Akhirnya besok aku bisa kembali bekerja dan menghabiskan waktuku di kantor. Ucha sudah berhore-hore saja ketika aku hendak masuk kantor. Dia bahkan berjanji menjemputku untuk berangkat kantor bareng dengan mobil mungilnya.

"Welcome back Ndut, loe koq bisa janjian sama bos baru kita masuknya? Ms Cyntia tuh besok juga ame loe samaan. Hahaha"

Eh, masa sih?

"Seriusan Cha?"

"Iye, dah lah pokoknye besok liat aja."

Hhmm, jadi penasaran sama Miss baru yang kata Ucha horor mukanya. Widiw, horor karena galak katanya. Wkwkwk ada aje tuh bocah ngatain orang. Siplah, besok aku lihat dia seperti apa.

Aku hendak masuk ke dalam kamar ketika terdengar sandi pintu berbunyi klik. Bang Fawaz dah pulang? Tumben masih sore begini, ini baru jam delapan tigapuluh.

Benar saja, ia terlihat masuk dengan wajah berkerut penuh kekesalan. Ia lalu menoleh ke arahku dengan pandangan datar.

"Loe belum tidur?"

Aku merapikan hijabku yg tadi berantakan. Bukan apa-apa, aku masih belum ikhlas memperlihatkan mahkotaku sama dia.

"Belon, ini mau"

"Hhmm, tolong lu besok masakin sarapan buat 2 porsi, pacar gw mau ada acara. Pagi ya"

Ih, enak bener.

"Gak mau Bang, bukan urusan saya lah pacar abang."

"LOOEE!!!"

"Ya abang kira-kira aja, klo saya punya pacar trus minta tolong abang bikinin sarapan, emang mau juga?"

"Silakan, gw gak masalah. Biar lebih cepet pisah kan? Enak gw gugat loe yang selingkuh"

Ampun dah, emang suami cuplis.

"Ya karena hati abang kotor makanya gak masalah dalam pernikahan ada perselingkuhan begini. Saya mah ogah bang, rugi-rugi buat dosa, harusnya ibadah malah buat dosa. Ya ampun"

Laki-laki itu nendekat ke arahku dan melotot sebal.

"Kalo ceweknya kayak loe, mana ada yang betah. Makanya punya badan dijaga, jangan asal ngembang kek tepung kena ragi. Hahahaa"

Giliran aku mendelik tak suka. Emang dah itu mulut minta dicuci keknya.

"Begini juga ada penciptanya Bang, ngehina saya ya ngehina penciptanya. Mau dilaknat gitu?"

Kontan laki-laki itu berdecak keras lalu berbalik menuju arah kamarnya. Jas yang ia sampirkan di bahu, ditariknya setengah emosi.

Ih kelakuannya ampun dah. Awas aja kalau ada kesempatan lain, aku babat dia sampe bebek belur.

🌷

Ditinggal sepuluh hari saja, aku ternyata amat kangen dengan suasana ruanganku. Teman-teman gabut yang selalu saja bikin hariku mejikuhibiniu.

Dari yang akrab kayak si Ucha, yang julid, yang cerewet, semuanya saling melengkapi. Tapi walo begitu, kami rajin makan siang bareng walo kadang hihi haha kami hambar. Aneh? Ember!

Beberapa orang menyalamiku dan memelukku hangat. Ada juga yang mengkepret pipiku sebal si Bita. Iya, sebal karena kerjaanku ada yang ditimpakan sama dia juga.

"Wajah lu kagak ada cerah-cerahnya Den, lu begadang muluk ya?" Cetus Laura si ratu jutek yang menatapku tajam. Ih ini anak, bisa aja bahasanya.

"Yoilah, namanya juga manten balu. Jangan sirik lu Lalauraa!" Cetus Ucha sambil melirikku genit.

"Dih urusan ranjang orang lu jangan pamer, bahaya banyak jomblo abadi. Noh bang Polim, kasian tahu doi. Nti nyeret gw ke pojokan berabe. Ih amitabachan!" Tukas Rindy berdecih sebal bin tukang iseng godain bang Polim jones kantor kami alias kepala bagian kami.

"Itu sih elu yang genit neek, pengen digeret. Noh lu ke kali ciliwung, ada eretan sekalian dieret dah.. hahaha" timpal Ucha tak mau kalah menanggapi keisengan Rindy.

Aku menyimpan oleh-oleh yang sudah aku siapkan kemarin yang ku bawa dari rumah Babeh. Apalagi kalau bukan rengginang kampung.

"Eh Den, lu kan asistennya bang Polim, nti lu pasti diajak briefing pasca perkenalan. Lu tolong cek ya doi itu beneran jutek ape gimana. Ngeri gw kalo beneran jutek. Males sama yang jutek-jutek. Cukup si Laura aja yang jutek dimari. Lelah hayatii neeeeng"

Plak

Laura menggeplak bahu Bita sambil memegang rengginang oleh-olehku.

Belum juga aku menjawab, tiba-tiba saja terdengar deheman cukup keras menyapa rungu kami semua.

"Hhmmm, jadi begini kerja kalian kalo pagi? Ngerumpi!!! Iyaa??? "

Kontan semua kepala menoleh ke arah sumber suara dan mendapati sosok wanita semampai beralis tinggi dengan bibir merahnya yang terang benderang. Eh, itu kayak siapa ya?

"Masuk ruangan rapat 10 menit lagi. Bawa buku catatan kalian! Bubaar semuanyaa!"

Perempuan itu langsung berjalan pergi ditemani bang Polim yang sigap berdiri menyusulnya.

Tinggal kami yang saling menatap satu sama lain dengan horor. Gila, itu calom bos baru kantorku kah? Rasa-rasanya aku pernah liat deh. Tapi dimana ya? Koq aku lupa?

Otak, cepat bangun dong. Siapa bos itu yang mukanya kayak familiar?

🌷

Hai hai
Sehat2 semuanya kan?

Ngaku salah jarang update, tapi insyaAllah soon update lagi yak.🙏

Kangen semuanyaak😘😘😘

🌷



Mantan GacoanWhere stories live. Discover now